Hati Airin berdebar kencang. Besok dia akan pulang ke rumah orang tuanya mengajak Ammar. Rasanya malu sekali bertemu dengan laki-laki itu meskipun bukan dia yang bicara langsung untuk meminta Ammar berpura-pura menjadi calon suaminya. Desi sebagai penyambung lidah sebenarnya berharap mereka bukan berpura-pura.
Ponsel Airin berbunyi. Bundanya menelpon kembali.
"Bagaimana? Besok kamu akan pulang untuk mengenalkan calon kamu kepada ayah dan bunda, kan?" tanya Hamidah.
"Iya, Bunda" jawab Airin singkat.
"Nggak usah percaya, Bun. Paling juga calon carteran" ledek Gita dari belakang Hamidah yang ikut mendengarkan.
Aaaargh. Airin mengerang kesal. Namun dia tidak mau meladeni kakak iparnya itu.
"Baiklah. Ayah dan Bunda akan menunggu kalian besok" ujar Hamidah sebelum menutup panggilan telponnya.
Airin terduduk di tepi ranjang. "Ya, Allah. Sepertinya masalahku belum selesai. Kalau ayah dan Bunda tahu kalau Mas Ammar bukan calon sungguhan bisa tambah rumit" gumam Airin menggigit bibirnya gelisah.
"Masa aku mau meminta Mas Ammar menjadi calon suami benaran. Dia kan hanya mau menolong saja" pikir Airin polos.
Tring!
Sebuah pesan chat masuk di ponsel Airin.
Ammar : "Besok berangkat jam berapa?."
Jantung gadis itu berdetak kencang ketika mendapatkan chat dari Ammar.
"Aduh, baru dapat chat darinya aja jantungku rada nggak beres begini" gumam Airin.Jari-jemari Airin mulai mengetik balasan untuk Ammar.
Airin : "Jam 7 aja, Mas."
Ammar : "Oke. Besok jam 7 aku sudah di sana."
Airin : "Mas, kalau orang tuaku nanti bertanya, Mas iyakan saja."
Ammar : "Siap. Sampai bertemu besok."
Airin membaca chat terakhir dari Ammar kemudian meletakkan kembali ponselnya. Airin pulang tidak membawa apapun sebagai buah tangan. Kalau ingat kakak iparnya dia malas sekali pulang ke rumah. Karena ancaman bundanya dia terpaksa pulang daripada dinikahkan dengan laki-laki yang tidak dia sukai.
Keesokan harinya
Ammar sudah bersiap-siap mau berangkat. Desi sudah menyiapkan buah tangan untuk orang tua Airin. Dia sudah memasukkannya ke dalam mobil anaknya itu.
"Om, semoga sukses, ya" ucap Keira memberikan semangat kepada Om-nya.
Ammar terkekeh. Memangnya dia mau ikut ujian apa. "Semoga orang tua Airin percaya dengan rencana anaknya itu" batin Ammar.
"Am, kalau ayahnya tidak percaya kamu buktikan saja keseriusan kamu" pesan Rasyid ikut mendukung anaknya.
Ammar mengangguk setuju. Dia kemudian berpamitan pergi. Ammar melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Gadis berjilbab itu telah memenuhi pikirannya, tapi orang yang dipikirkan itu justru cuek saja dengannya.
Tiba di depan rumah kontrakan Airin, Ammar sudah melihat Airin duduk di teras sedang menunggunya. Gadis itu kemudian berjalan menuju ke pintu pagar setelah melihat mobilnya. Ammar turun dari mobil menyambut gadis cantik itu.
"Sudah siap?" sapa Ammar.
Airin tersenyum mengangguk. Dia kemudian masuk ke dalam mobil setelah Ammar membukakan pintu mobil untuknya.
Sepanjang perjalanan belum ada yang memulai pembicaraan. Suasana tampak hening. Airin sibuk dengan pikirannya. Bagaimana kalau orang tuanya menuntut kelanjutannya. Airin harus menjawab apa, itu yang membuatnya bingung.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√
RomanceBagaimana rasanya bertemu lagi dengan laki-laki yang sangat kamu benci sewaktu kuliah? Meskipun laki-laki itu tampan dan terkenal di kampusnya. Humaira Salsabila harus mengalaminya. Dia bertemu kembali dengan laki-laki yang sangat dia benci sewaktu...