14. Melepas kerinduan

23.1K 1.3K 4
                                    

Selesai pertemuan dengan para pengusaha di Hotel, rekan-rekan bisnis Azzam yang lainnya masih menginap. Mereka menunggu esok pagi baru akan check out dari hotel. Sementara Azzam tidak menunggu pagi lagi, dia langsung segera pulang.

Azzam ingin memberikan kejutan kepada Aira kalau dia pulang lebih cepat dari jadwal sebenarnya. Azzam pun tiba di rumahnya sudah larut malam. Dia melihat dari luar rumah, lampu kamarnya masih menyala.

"Apa Aira belum tidur, ya?" batin Azzam. Dia pun tidak membangunkan Bik Sumi karena dia bisa masuk ke dalam rumah hanya dengan memasukkan kata sandi di pintu masuk.

Ketika sampai di depan pintu kamar, Azzam membuka pelan pintu kamarnya agar tidak membangunkan Aira. Azzam begitu kaget ketika melihat pemandangan di depan matanya. Aira sedang tertidur pulas dengan pakaian yang sangat seksi menurutnya. Bayangkan saja selama dua bulan pernikahan mereka, Azzam selalu melihat Aira berpakaian lengkap bahkan bentuk rambutnya saja dia tidak tahu seperti apa. Kini Azzam bisa melihat dengan leluasa lekuk tubuh indah istrinya di atas tempat tidur dengan rambutnya yang terurai panjang.

"Ya, Tuhan, ternyata di balik gamis yang selalu ku lihat setiap hari ternyata tersimpan tubuh indah Aira, istriku" batin Azzam sambil menelan salivanya. Laki-laki mana yang tidak tergoda melihat pemandangan yang menggiurkan seperti itu. Detak jantungnya bergemuruh sambil memandang tubuh istrinya itu. Namun Azzam menepis pikiran nakalnya.

Dia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Badannya sudah terasa penat sekali. Tak lama kemudian Azzam keluar dari kamar mandi hanya memakai handuk saja sampai ke pinggangnya. Azzam sedikit kaget ketika melihat Aira sudah terduduk di tempat tidur dengan pandangan menuju ke arah kamar mandi. Dia terbangun karena mendengar suara gemericik air di dalam kamar mandi. Aira tampak masih mengerjap-ngerjapkan matanya sambil melihat ke arah kamar mandi

“Aaaaaa!!!!” jeritan Aira terdengar  begitu ketakutan ketika melihat sosok Azzam di dalam kamar.

Aira sangat kaget kenapa bisa tiba-tiba ada laki-laki di dalam kamarnya. Sepertinya Aira belum sadar, kalau yang dia lihat sebenarnya adalah suaminya sendiri.

“Azzam, tolong!!!!” teriak Aira lagi sambil menangis. Aira terlihat ketakutan sekali. Azzam kemudian mendekati Aira dan memeluknya.

“Lepaskan!!!. Tolong jangan sentuh aku!!” teriak Aira menangis sambil meronta-ronta di dalam pelukan Azzam. Aira kemudian mendorong tubuh Azzam dengan sekuat tenaganya. Tapi Azzam justru memeluknya erat. Aira masih belum sadar bahwa laki-laki yang telah memeluknya adalah Azzam, suaminya.

“Azzam!!” teriak Aira sekeras mungkin sambil memanggil nama suaminya meskipun masih terisak. Dia malu dengan keadaan berpakaian seperti itu. Bagaimana dia harus mempertanggungjawabkannya kepada Azzam nanti ada laki-laki lain yang sudah menyentuhnya. Padahal suaminya saja belum pernah menyentuhnya.

“Hey, tenanglah Aira. Ini aku, Azzam”  ucap Azzam masih memeluk Aira.

Aira mengenali suara itu. Dia pun melemahkan gerakannya kemudian mendongakkan kepalanya untuk melihat wajah laki-laki yang telah memeluknya. Mungkin untuk menyakinkan dirinya kalau memang benar laki-laki yang dilihatnya itu adalah Azzam. Tanpa sadar Aira pun langsung memeluk Azzam dengan erat. Azzam dapat merasakan tubuh hangat Aira sedang menempel di tubuhnya. Tubuh Azzam pun terasa hangat seperti mendapatkan sengatan listrik di sekujur tubuhnya. Karena baru kali ini dia dan Aira bersentuhan fisik secara langsung.

“Tenanglah” ucap Azzam lembut sambil mengusap kepala Aira.

Azzam merenggangkan pelukan Aira kemudian menghapus air mata istrinya. “Maaf, aku tidak mengabari kamu lagi” ucap Azzam pelan sambil menatap mata istrinya. Aira hanya diam membalas tatapan Azzam.

“Aku ingin memberikan kejutan untukmu kalau aku pulang cepat” lanjut Azzam tersenyum kecil.

“Iya, kejutan kamu itu sudah berhasil membuat jantungku mau copot” tatap Aira marah masih di dalam pelukan Azzam.

Azzam pun membalas pelukan Aira. “Aira, aku sangat merindukanmu” bisik Azzam mesra. Debaran jantungnya pasti dapat Aira dengar dengan jelas karena kepala Aira masih bersandar di dada polos Azzam.

“Makanya aku ingin cepat pulang menemui kamu, Humairaku” lanjut Azzam.

Aira kemudian mengurai pelukannya lalu menatap Azzam. Laki-laki berparas tampan itu membelai rambutnya yang panjang terurai. Mereka berdua pun saling bertatapan. Azzam bisa melihat ada kerinduan juga di mata indah istrinya itu. Dia pun tergoda melihat bibir merah muda Aira yang merekah.

Napas Azzam semakin memburu, dia mendekatkan wajahnya hingga Aira bisa merasakan sentuhan di permukaan bibirnya. Kedua bibir itu pun saling bertautan. Tidak ada perlawanan dari Aira, dia pun ikut menikmati ciuman yang diberikan Azzam untuknya yang kedua kali. Padahal bagi Azzam itu yang ketiga kalinya.

"Aira maafkan. Aku tidak bisa membendung lagi gelora di dadaku karena telah melihatmu malam ini. Setelah apa yang aku lakukan ini, jika kau ingin lebih membenciku lagi aku terima" batin Azzam masih saling berpagutan.

Aira memindahkan tangannya mengusap rambut Azzam. Dia pun menikmati setiap sentuhan dari suaminya. Melihat Aira yang menyambut perlakuan intensnya, Azzam pun meminta haknya kepada Aira yang sudah lama tertunda itu. Di keheningan malam, dua insan yang sudah menahan rindu itu kini saling melepaskan kerinduan dalam balutan asmara yang mulai bergelora.

***

Mereka berdua masih di balik selimut setelah penyatuan yang hangat tadi. Aira memunggungi suaminya. Dia masih merasa malu. Azzam mencium pundak Aira yang masih polos.

"Maaf" ucap Azzam. "Kamu boleh membenciku sesukamu" sambung Azzam.

"Kenapa harus meminta maaf?" ucap Aira tersenyum malu. Namun Azzam tidak dapat melihat senyumannya itu.

Azzam merapatkan tubuhnya, memeluk Aira yang masih memunggunginya. Jantung Aira berdetak kencang kembali ketika merasakan sentuhan kulit Azzam.

"Kamu tidak marah?" bisik Azzam. Aira hanya menggelengkan kepalanya.

"Kamu tahu?. Aku di sana tidak bisa tenang, aku selalu memikirkan kamu di sana" sambung Azzam.

"Bohong!. Buktinya kamu tidak pernah menelponku sama sekali" rajuk Aira.

Azzam kemudian menyurukkan kepalanya di leher Aira. "Aku menelpon ke rumah setiap hari. Kamu boleh tanya dengan Bik Sumi. Aku selalu menanyakan apa yang sudah kamu lakukan selama aku pergi" jelas Azzam.

Aira terkejut mendengarkan pengakuan Azzam. Dia langsung membalikkan badannya menghadap Azzam. Mata mereka bertemu. "Jadi Bik Sumi sengaja memberitahuku kalau kamu tidak pernah telpon ke rumah?" tanya Aira.

Azzam menganggukkan kepalanya. "Itu perintahku" jawab Azzam tersenyum. "Kamu ternyata kangen juga denganku" sambung Azzam sambil menjawil hidung mancung Aira.

"Azzam!!. Kamu benar-benar keterlaluan!" teriak Aira menahan malu. Dia langsung menghujani dada Azzam dengan pukulannya.

Azzam tertawa geli melihat wajah istrinya merona karena malu. Dia pun menangkap kedua tangan Aira. Mereka pun saling pandang. "Aku juga kangen ... sangat kangen denganmu" tatap Azzam. Aira hanya tersenyum malu.

Kaki yang saling bertautan itu telah membangkitkan hasrat Azzam untuk menikmati kembali madu cinta istrinya. Azzam melepaskan tangan Aira dan merapatkan tubuhnya kembali dan merasakan hangatnya cinta yang membara. Aira pun terbuai dengan bibir yang kini saling bertautan kembali. Azzam ingin mengulangi kembali penyatuannya bersama istri yang sangat dia cintai.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang