13.Aku merindukanmu

20.9K 1.3K 8
                                    

Hari kelima. Entah kenapa hati Aira  semakin lama semakin terasa hampa. Azzam masih juga belum menelponnya. Dia sungguh terlalu. Hiks.

"Ada apa denganku?. Kenapa seorang Azzam bisa membuat semangatku hilang, nafsu makan berkurang dan tidur tak nyenyak?. Ihh. Lebay nggak, sih?. Apa benar aku sudah jatuh cinta dengannya?" gumam Aira.

Dia benar-benar merindukan kehadiran laki-laki itu di rumah. Walaupun Aira sering bertengkar dengannya, tapi dia merasa nyaman ketika berada di sampingnya.

Aira pikir, Azzam adalah seorang laki-laki yang egois, tapi ternyata dugaannya salah. Azzam bisa menahan dirinya untuk tidak menyentuh Aira selama gadis itu berada di dekatnya, padahal kalau Azzam mau, dia bisa memaksakan kehendaknya. Aira teringat ketika sewaktu di kampus dulu bahwa Azzam adalah seorang laki-laki yang angkuh, sombong dan seenaknya. Bisa saja dia bertindak kasar dengan Aira. Tapi justru hal itu tidak dilakukannya. Mungkin karena itukah hati Aira menjadi luluh.

"Aaaargh" Aira geram sendiri dengan situasi yang dialaminya. Setiap malam dia tidak bisa tenang memejamkan matanya. Airin sahabatnya lah yang menjadi pelampiasannya. Aira akan menelpon Airin sampai dia tertidur sendiri. Di sekolah Airin akan sewot dengannya.

"Tiap malam, aku dijadikan alat untuk menidurkan kamu. Emangnya aku radio apa. Aku yang ngoceh-ngoceh, eh, kamu malah tidur" gerutu Airin.

Aira hanya terkekeh. "Sorry, Rin. Soalnya sepi sekali di rumah sendirian. Sementara Azzam tidak mengizinkan aku keluar dari rumah selama dia pergi" jelas Aira.

"Dia kan nggak tahu juga kalau kamu menginap di rumahku atau orang tuamu, Ra" ujar Airin.

"Itu sama saja aku melanggar perintahnya dan tidak menjaga amanahnya, Rin. Lagipula ada Bik Sumi di rumah, bisa saja dia akan melaporkan perbuatanku itu" Aira tidak mau menjadi orang yang tidak akan dipercaya lagi oleh orang lain. Termasuklah oleh Azzam.

"Dia masih belum menelpon kamu juga?" tanya Airin. Aira mengangguk sedih.

"Ra, Azzam menginap di hotel, ya?. Jangan-jangan ..." Airin menggantung ucapannya.

"Jangan-jangan apa?" tanya Aira penasaran.

"Karena dia belum juga mendapatkan haknya sebagai suami, bisa saja dia ..." Lagi-lagi Airin memotong kalimatnya.

"Tidur dengan wanita lain" tebak Aira menatap Airin.

"Iya, itu kan pertemuan pengusaha-pengusaha dan bos-bos, di hotel pula. Bisa saja, kan" ujar Airin.

Hati Aira pun menjadi galau setelah mendengarkan ucapan dan persepsi dari Airin.

"Jangan menakut-nakuti aku, Rin" gumam Aira.

"Kenyataan memang seperti itu. Banyak suami selingkuh karena ada kesempatan. Kecuali untuk suami setia. Wanita apapun yang datang menggodanya, dia tidak akan berpaling" ucap Airin.

Aira tampak termenung memikirkan ucapan Airin."Apa mungkin?. Acaranya kok bisa selama itu. Jangan-jangan alasan dia saja bilangnya 7 hari padahal hanya tiga hari, lha sisanya ngapain?. Aaaa!. Buat penasaran saja."

"Kamu telpon saja" saran Airin membuyarkan lamunan Aira.

"Hah!!. Aku yang nelpon dia duluan?. Nggak, ah" tolak Aira.

"Tuh, kan. Masih egois saja. Kalau penasaran, ya, tanya langsung ke orangnya biar hati tenang" ujar Airin.

"Nggak, malu-maluin saja. Nanti dikiranya aku kangen lagi" gumam Aira.

"Padahal memang iya" cibir Airin. Aira melengos tidak mau melihat wajah Airin. Dalam hati dia tidak bisa menyangkal bahwa apa yang diucapkan Airin tidaklah salah.

Seperti biasa setelah selesai mengajar, Aira langsung pulang ke rumah. Dia melemparkan tasnya di atas sofa kamar. Kemudian menghempaskan badannya di atas ranjang. Matanya menatap langit-langit kamar.

"Dia sama sekali tidak peduli lagi denganku. Ah, segitu saja perjuangannya untuk menaklukkan hatiku, dia sudah menyerah" gumam Aira tersenyum sedih.

"Apa mungkin yang dikatakan Airin tadi. Azzam mungkin saja sekarang sedang bersenang-senang dengan wanita penggoda" Aira menggelengkan kepalanya, menepis pikiran jeleknya tentang Azzam.

Aira memang belum banyak mengetahui tentang pribadi Azzam. Mungkin saja dulu sewaktu kuliah mantannya sudah di mana-mana. Aira memejamkan matanya.

Tok. Tok. Tok

Pintu kamar Aira diketuk. Dia beranjak dari ranjang kemudian membukakan pintu kamar. "Bik Sumi, ada apa?" tanya Aira melihat Bik Sumi berdiri di depan pintu kamarnya.

"Mba Aira belum makan?. Nanti Mas Azzam marah lagi dengan Bibik karena tidak perhatian dengan Mba Aira" jawab Bik Sumi.

"Mas Azzam tadi telpon ke rumah ya, Bik?" tanya Aira antusias.

"Nggak, tapi sebelum pergi, pesan Mas Azzam kan begitu, Mba" jawab Bik Sumi tidak memberitahu Aira bahwa Azzam sering menelpon ke rumah saat Aira tidak ada.

Aira mengerucutkan bibirnya. Dia kecewa mendengarkan jawaban dari Bik Sumi. "Aku membencimu, Azzam!!" jerit hati Aira.

"Iya, Bik. Aku ganti baju dulu, nanti baru makan" ucap Aira tidak bersemangat. Bik Sumi tersenyum sambil mengangguk kemudian meninggalkan kamar Aira.

Selesai berganti pakaian, Aira langsung menuju ke meja makan. Dia memang belum makan siang. "Bik Sumi tidak makan?" tanya Aira melihat Bik Sumi mengambilkan air minum untuk Aira.

"Udah, Mba" jawab Bik Sumi.

"Mba, Bibik boleh tanya nggak?" ujar Bik Sumi malu-malu duduk di samping kursi Aira.

"Mau tanya apa Bik, tanya saja. Aku nggak marah, kok" jawab Aira memberi izin kepada Bik Sumi untuk bertanya.

"Mba Aira, nggak kangen apa dengan Mas Azzam?. Apalagi sebagai pengantin baru" tanya Bik Sumi. Aira menatap Bik Sumi terkejut. "Maaf lho, Mba kalau pertanyaan Bibik lancang" sambung Bik Sumi cepat ketika melihat ekspresi wajah majikannya itu.

"Tidak apa, Bik" ucap Aira tersenyum. "Sebenarnya aku kangen sekali, Bik" jawab Aira malu.

Bik Sumi tersenyum. "Kenapa Mba Aira tidak menelpon Mas Azzam saja. Mas Azzam pasti senang ditelpon oleh Mba Aira" saran Bik Sumi.

"Harusnya dia yang telpon, Bik. Dia sama sekali nggak pernah telpon sekalipun untuk menanyakan keadaanku. Ini sudah lima hari, Bik" protes Aira dengan nada kesal.

"Oalah, Mba. Mas Azzam setiap hari kok menelpon ke rumah untuk menanyakan Mba, tapi Mas Azzam tidak mau sampai Mba tahu. Bibik juga nggak ngerti kenapa" batin Bik Sumi.

"Dia itu nggak sayang denganku, Bik" gumam Aira sambil menghabiskan suapan terakhirnya. "Dia menikahiku, mungkin untuk balas dendam saja. Karena dulu aku sering buat masalah dengannya."

"Mas Azzam sangat mencintai Mba Aira. Hanya saja caranya lain" ujar Bik Sumi.

"Iya, cara yang menyebalkan" sungut Aira. "Aku kembali ke kamar dulu, Bik" sambung Aira setelah selesai makan.

Bik Sumi hanya tersenyum melihat kepergian Aira. Kemudian dia merapikan meja makan kembali.

Aira menghitung hari lagi. Masih dua hari lagi Azzam baru akan pulang. Tanpa ada dia di rumah, Aira sudah terbiasanya selalu tidur memakai tank top dan hotpant saja jika di dalam kamar. Di depan Azzam, mana berani dia berpakaian seseksi itu. Mumpung nggak ada orangnya. Pikir Aira. Jadi dia bisa bebas di dalam kamar.

Sejak Azzam pergi, Aira pun selalu tidur cepat. Selesai sholat Isya, dia langsung ke tempat tidur, berbaring sambil membaca buku. Eh, tahu-tahu dia sudah ketiduran sampai subuh. Begitupun dengan malam berikutnya. Selalu tertidur ketika membaca buku di atas ranjang.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang