35. Galau

7.1K 644 15
                                    

Airin meringis merasakan tangan dan kakinya sakit akibat jatuh dari motor tadi. Untunglah ada orang yang menolongnya. Airin tampak kaget melihat Keira duduk di sampingnya mengenakan seragam sekolah dan Ammar lengkap dengan jas kerjanya.

"Kei, kamu tidak ke sekolah?" tanya Airin pelan sambil menahan sakit.

"Nggak, Bu. Aku udah telpon Bu Aira kalau ibu kecelakaan" jawab Keira.

"Aku mau pulang" ucap Airin ingin duduk.

"Rin, kamu harus dirawat dulu. Besok dokter akan mengecek lagi lukamu" ujar Ammar melarang Airin pulang.

"Aku tidak mau sendirian di rumah sakit" gumam Airin mengingat bahwa dirinya hanyalah anak rantau.

"Nanti Kei yang akan menemani kamu" ucap Ammar menyakinkan Airin.

"Iya, Bu. Aku akan menemani ibu, kok" timpal Keira. Airin akhirnya menurut.

"Aku selalu saja merepotkan orang" batin Airin.

"Kei, Om pulang dulu mau mengambil baju ganti kamu" ujar Ammar.

"Emangnya Om nggak ke kantor?" tanya Keira.

"Ke kantor sebentar, nanti Om ke sini lagi" jawab Ammar. Dia kemudian meninggalkan Airin dan keponakannya.

Tak lama Aira datang membesuk Airin. Dia sudah meminta izin kepada sekolah karena memikirkan Airin di kota ini tanpa keluarganya.

"Untunglah kamu bertemu dengan Mas Ammar yang mau mengantar Keira ke sekolah. Aku khawatir tahu nggak" ujar Aira duduk di samping Airin.

"Kamu tuh nggak perlu repot-repot ke sini. Sedang hamil begitu, nanti ada apa-apa aku lagi yang disalahkan oleh Azzam" sungut Airin.

"Nggaklah. Kandunganku sudah kuat, kok" sanggah Aira. "Oya, bagaimana ceritanya kamu bisa kecelakaan begini?" tanya Aira.

Karena Keira sedang keluar menelpon neneknya Airin baru bercerita tentang ancaman bundanya.

"Ucapanku jadi bumerang sendiri untukku. Aku harus bagaimana, Ra?" ucap Airin dengan wajah risau.

"Mas Ammar bagaimana?" tatap Aira memberikan solusi. "Minta tolong dia saja. Lagi pula kamu kan udah dekat dengan keponakannya."

"Nggak, ah. Mana berani aku membicarakan hal itu kepadanya"

"Nih, anak. Udah kepepet masih gengsi juga. Kalau bukan dia kamu mau minta tolong laki-laki mana lagi?" ucap Aira sewot.

"Malu, Ra!" seru Airin.

"Udah nggak usah dipikirkan lagi. Nanti aku bantu" hibur Aira.

Di luar pintu ternyata Keira mendengarkan cerita Airin yang akan dijodohkan oleh orang tuanya itu.

"Aku harus memberi tahu Om Ammar tentang ini. Kalau nggak, Bu Airin nggak akan menjadi Tante ku nantinya" batin remaja itu sedih. Keira kemudian masuk ke dalam. Dia pura-pura tidak tahu apapun.

"Jadi, Kei yang akan menemani Bu Airin nanti malam?" toleh Aira ke arah Keira.

"Iya, Bu. Nanti nenek juga akan ke sini menemani aku" jawab Keira.

"Calon mertua dan calon keponakan yang baik hati sekali" bisik Aira sambil tersenyum. Mata Airin hanya melotot mendengarkan ucapan Aira.

***

Sore hari

Ammar mengantar mamanya ke rumah sakit. Tiba di kamar inap Airin, laki-laki bertubuh jangkung itu melihat Airin memejamkan matanya.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang