22.Pingsan

20.7K 1.1K 7
                                    

Istri Pak Rahman sesekali memandangi pintu kamar anaknya yang masih tertutup. Aira tidak banyak bicara ketika keluar kamar hanya untuk makan atau minum saja. Itupun ketika orang tuanya sedang tidak ada di rumah. Istri Pak Rahman mengecek lauk pauk masih utuh, itu artinya Aira belum makan siang.

"Yah, sudah Maghrib begini Aira tidak keluar kamar juga. Dari siang tadi dia juga belum makan. Ibu jadi khawatir, Yah” kata ibu Aira dengan raut wajah cemas menghampiri suaminya di ruang tengah selepas sholat Maghrib tadi.

“Iya, Bu. Ayah juga jadi cemas. Kalau Aira tidak membukakan pintunya juga nanti Ayah dobrak saja” kata ayah Aira.

Pak Rahman dan istrinya berjalan menghampiri kamar Aira.

Tok. Tok. Tok

"Aira!!. Buka pintunya!" teriak Pak Rahman sambil mengetuk pintu kamar.

"Aira, keluarlah sebentar. Kamu belum makan" sambung Bu Rahman ikut memanggil anaknya.

Sudah berapa kali kedua orang tuanya memanggil-manggil anaknya itu, namun tidak juga menjawab. Tidak ada suara dari dalam. Kedua orang tuanya menjadi sangat khawatir.

"Yah, feeling ibu nggak enak begini. Dobrak saja, Yah" ujar Bu Rahman cemas. Pak Rahman mengangguk setuju. Akhirnya ayah Aira mendobrak pintu kamarnya.

Brak!!

“Ya, Allah, Aira!!!” jerit Bu Rahman.

Dia melihat Aira sedang terbaring di atas tempat tidur dengan wajah menghadap ke kasur, wajahnya sembab dan pucat pasi. Pak Rahman dan istrinya langsung menghampiri anaknya itu.

“Aira hanya pingsan, Bu” kata ayahnya sambil mengecek nadi Aira.

Kedua orang tua Aira lalu membawanya ke rumah sakit. Kemudian mereka baru mengabari Azzam tentang kondisi Aira.

Di rumahnya, Azzam baru saja pulang ke rumahnya. Sejak Aira pergi dari rumah, Azzam lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor. Hendra sudah menyuruhnya agar dia saja yang mengklarifikasi soal SMS itu. Tapi Azzam menolaknya.

Drettt. Drettt. Drettt.

Ponsel Azzam berbunyi. Dia segera meraih ponselnya karena melihat nama mertuanya di layar ponsel.

"Waalaikumsalam. Ada kabar apa, Yah?" tanya Azzam langsung. Karena dia memang sudah berpesan jika menyangkut tentang Aira untuk cepat mengabarinya.

"Nak Azzam, Aira sekarang di rumah sakit" ujar Pak Rahman memberitahu Azzam.

"Aira kenapa, Yah,?" tanya Azzam lagi. Jantungnya sudah berdegup dengan kencang.

"Aira pingsan di kamarnya. Cepatlah ke rumah sakit" jawab Pak Rahman.

"Iya. Aku segera ke sana" sahut Azzam. Pak Rahman memutus sambungan telponnya.

Azzam begitu panik setelah mendapat kabar dari mertuanya bahwa Aira pingsan di kamarnya. Azzam pun segera ke rumah sakit untuk menemui istrinya.

"Mas Azzam, mau ke mana?" tanya Bik Sumi melihat Azzam tampak terburu-buru turun dari tangga.

"Aku mau ke rumah sakit, Bik" jawab Azzam.

"Siapa yang sakit, Mas?" tanya Bik Sumi heran.

"Aira, Bik. Aku pergi dulu" ujar Azzam keluar dari rumah.

Tiba di rumah sakit, Azzam langsung menuju ke ruang UGD.

“Bagaimana, Yah keadaan Aira?” tanya Azzam cemas.

“Belum tahu, Zam. Dokter masih memeriksanya” jawab mertuanya dengan raut wajah tak kalah cemas.

Tak lama Dokter keluar dari ruangan.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang