Meskipun Hendra terlambat menyadari cintanya kepada istrinya, Ningrum tidak mempermasalahkannya. Hendra merasa bersalah dengan Shela, namun dia lebih merasa bersalah lagi telah mengabaikan istrinya selama ini.
"Maafkan salahku selama ini, Ning" ucap Hendra menatap Ningrum yang duduk di sampingnya.
Ningrum tersenyum sambil mengangguk pelan. "Apa dia masih mengharapkan Mas?" tanya Ningrum ingin tahu.
Hendra menghela napasnya. Wajar jika Ningrum masih meragukannya cintanya. Karena cukup lama juga dia menjalin hubungan dengan Shela sebelum dia menikah dengan Ningrum.
"Sejak dia melihat tanda kiss mark di badanku waktu itu. Dia tidak pernah menghubungi aku lagi" jawab Hendra.
Ningrum tersipu malu jika mengingat banyak tanda kiss mark di leher dan badan suaminya karena ulahnya.
"Memangnya hubungan Mas belum sejauh itu?" tanya Ningrum tidak percaya.
"Tidak, Sayang. Hubunganku dan dia masih dalam batas wajar" jawab Hendra tersenyum. "Kamu yang pertama mendapatkan semuanya."
Ningrum tersenyum manis kemudian memeluk tubuh Hendra. Dia takut hubungan Hendra dan kekasih lamanya sudah jauh dan wanita itu nanti akan menuntut untuk dinikahi oleh suaminya. Namun Ningrum tak lepas berdoa agar rumah tangganya tidak ada gangguan orang ketiga lagi.
***
Beberapa bulan kemudian
Azzam membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi. Mamanya baru saja menelponnya memberi kabar bahwa Aira akan melahirkan. Dia sedang berada di luar kota selama dua hari. Baru satu hari dia pun harus pulang. Azzam tidak menyangka Aira akan melahirkan disaat dia sedang pergi. Padahal HPL-nya empat hari lagi, makanya Azzam masih bisa meninggalkan istrinya yang sedang hamil besar itu.
Aira menahan rasa sakitnya. "Ma, Mas Azzam sudah datang belum?" tanya Aira. Azzam telah berjanji kepadanya bahwa dia akan menemaninya melahirkan.
"Azzam sedang dijalan, Ra. Kamu baru bukaan dua" ujar mertuanya memberitahu.
Tak lama kemudian Azzam tiba di klinik bersalin. Aira memang meminta kepada suaminya untuk melahirkan di klinik saja.
Azzam melihat Aira meringis kesakitan membuatnya tidak tega. "Sayang!" panggil Azzam sambil menggenggam tangan Aira.
Aira membuka matanya, dia tersenyum melihat Azzam sudah berada di sampingnya.
"Dek, Abi sudah datang. Kalau adek mau keluar, keluarlah" gumam Aira sambil mengelus perutnya. Azzam pun ikut mengelus lembut perut besar Aira."Adek jangan buat umi sakit lagi, ya" ucap Azzam sambil mengecup perut Aira.
Tak lama kemudian Aira langsung mengalami kontraksi luar biasa. Dirinya merasa seakan ada yang mendesak ingin keluar di bawah sana.
"Mas, sepertinya dedeknya mau keluar" ujar Aira.
"Tahan, Ra. Mama panggilkan bidannya dulu" ucap mama Azzam segera mencari bidan untuk menangani kelahiran cucunya.
Bidan Ratna segera menemui Aira di kamar inapnya. "Ayo, ke ruang bersalin. Kamu bisa berjalan, kan?" tanya bidan Ratna.
"Ini ada yang mau keluar, Bu" seru Aira sambil menahan sakit.
"Oh, udah mau keluar itu bayinya. Meta cepat ambil kursi roda" perintah bidan Ratna kepada perawatnya.
Aira duduk di kursi roda kemudian dibawa ke ruang bersalin. Azzam pun mengikuti Aira di dalam ruang bersalin dan menyaksikan kelahiran buah hatinya yang begitu cepat. Bayi laki-laki itu pun keluar dengan tangisan yang nyaring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√
RomansBagaimana rasanya bertemu lagi dengan laki-laki yang sangat kamu benci sewaktu kuliah? Meskipun laki-laki itu tampan dan terkenal di kampusnya. Humaira Salsabila harus mengalaminya. Dia bertemu kembali dengan laki-laki yang sangat dia benci sewaktu...