Sejak Airin kembali ke kontrakannya. Dia belum berkomunikasi lagi dengan Ammar. Begitupun dengan Ammar, dia sibuk mengurus keperluan akad nikah mereka nanti sehingga belum sempat menghubungi Airin.
Ammar pun mencoba untuk menghubungi Airin. Nomor kontak Airin aktif tetapi tidak diangkat olehnya. Laki-laki itu pun mengirim pesan kepada keponakannya.
"Tante tadi nggak datang, Om. Aku tanya Bu Aira katanya Tante izin nggak ke sekolah" balas Keira kebetulan kelas sedang pelajaran olahraga.
Hati Ammar mendadak cemas. Dia kemudian mengambil kunci kontak mobilnya di atas meja kerjanya dan memakai jasnya kembali.
"Do, aku keluar sebentar, ya" ujar Ammar melewati meja kerja Aldo.
"Mau kemana?. Mau makan siang kan belum waktunya, Mar" tanya Aldo. Namun Ammar sudah keburu keluar ruangan sebelum menjawab pertanyaannya. Aldo hanya menghela napasnya. Kalau ada yang mencarinya sudah pasti dia yang akan menggantikan posisinya.
Ammar membawa mobilnya dengan kecepatan tinggi ketika jalanan lengang.
Di kontrakannya, Airin hanya tiduran di atas ranjang. Kepalanya pusing. Mau minta tolong tetangga sebelah rumahnya, mereka sedang keluar kota. Akibat tidak bisa tidur, ketika bangun kepalanya sakit ditambah belum sarapan.
"Coba kalau tinggal di rumah mertua. Pasti kamu tidak akan begini, Airin" batin gadis itu. Meskipun status Airin sudah menjadi istri Ammar, dia masih gadis. Airin memejamkan matanya sambil menahan lapar.
Ammar tiba di rumah kontrakan Airin. Dia melihat rumah couple itu tampak sepi.
Tok. Tok. Tok
Ammar mengetuk pintu rumah itu sambil mengucapkan salam. Namun belum ada jawaban dari dalam.
"Rin ... Airin!" panggil Ammar.
"Seperti suara Mas Ammar" gumam Airin. Dia pun mencoba bangun dan berdiri. Airin berjalan pelan-pelan sambil menahan rasa sakit di kepalanya menuju ke pintu. Matanya berkunang-kunang meraih gagang pintu rumah.
Ceklek!
Airin membukakan pintu kemudian badannya sempoyongan mau jatuh. Ammar pun langsung menangkap badan Airin.
"Rin ... Kamu sakit?" tanya Ammar sambil menggendong badan Airin dan membaringkannya di atas ranjang.
"Kepalaku sakit" ucap Airin dengan suara pelan. "Tolong belikan obat, ya, Mas."
"Kamu sudah makan?" tanya Ammar. Airin menggeleng lemah.
"Ck. Begini kalau keras kepala" Ammar kesal juga dengan sikap Airin. Akibatnya seperti itu. Kalau dia tidak datang, bagaimana. Siapa yang tahu kalau sedang sakit begini.
Ammar pun keluar untuk membeli makanan dan obat untuk Airin. Airin bernapas lega Ammar datang ke rumahnya. Lagi-lagi dia merasa sudah diselamatkan oleh laki-laki tampan itu.
Tak lama kemudian Ammar sudah kembali membawa nasi bungkus dan makanan lain beserta obat sakit kepala.
"Ayo, duduk. Makan nasinya dulu, baru nanti minum obatnya" ujar Ammar memberikan instruksi.
Airin hanya menurut saja. Dia bersandar di kepala ranjang. Ammar pun menyuapinya makan nasi.
"Badan kamu panas" Ammar menyentuh dahi Airin dengan punggung tangannya. "Kita ke rumah sakit saja, ya" tawar Ammar menatap Airin.
"Nggak usah. Setelah istirahat nanti juga baikan, kok" tolak Airin. Setelah merasa perutnya kenyang, Airin baru meminum obat.
"Ikut aku pulang ke rumah papa" ujar Ammar.
![](https://img.wattpad.com/cover/192771106-288-k870643.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√
RomanceBagaimana rasanya bertemu lagi dengan laki-laki yang sangat kamu benci sewaktu kuliah? Meskipun laki-laki itu tampan dan terkenal di kampusnya. Humaira Salsabila harus mengalaminya. Dia bertemu kembali dengan laki-laki yang sangat dia benci sewaktu...