34. Karena Ancaman

7.4K 650 13
                                    

Tiba di kantor

Ammar membawa coklat pemberian Airin kemarin. Dia pun membuka dan menikmatinya sambil bersandar di kursi kerjanya.

Ceklek!

Aldo tiba-tiba muncul di ruangannya. "Wah, tumben pagi-pagi sarapan coklat" tegur Aldo kemudian duduk di depan Ammar.

"Mumpung gratis" ucap Ammar sambil mengunyah.

"Alah, lagak mu kayak nggak terbeli aja. CEO doyan gratisan" ledek Aldo.

"Apa, sih. Iri aja" sungut Ammar masih sambil menikmati coklatnya tanpa menawarkan Aldo lagi.

"Meeting kemarin dicancel, diganti hari ini, Bos" ujar Aldo menelan salivanya. Dia ngiler juga melihat Ammar menikmati coklat Mede itu.

"Sorry, Do. Aku nggak bisa ngasih kamu karena ini coklat spesial" ucap Ammar.

"Pemberian siapa, Mar? Kok, sampe segitunya" tanya Aldo penasaran.

"Mau tahu aja" Ammar tidak mau memberi tahu sekretarisnya itu. Aldo hanya memanyunkan bibirnya tanda kecewa.

"Roman-romannya seperti orang yang sedang jatuh cinta saja" batin Aldo. Laki-laki itu melenggang keluar dari ruangan Ammar.

Menjelang siang ketika tidak ada kesibukan, Ammar coba menelpon Airin.

Aira melihat ponsel Airin yang tergeletak di atas meja menyala. Ponselnya memang digetarkan. Airin sedang ke kamar kecil. Aira mengintip nama seseorang yang muncul di layar ponsel Airin.

"Mas Ammar" gumam Aira pelan. "Hmm. Ada apa, ya?" tanya hati Aira.

"Eh, Rin. Ponselmu tadi berbunyi" ujar Aira memberi tahu Airin yang berjalan masuk ke ruangan guru.

"Siapa yang nelpon?" tanya Airin.

"Lihat aja sendiri" Aira tidak mau menyebutkan namanya karena banyak telinga yang mendengarkan.

Airin meraih ponselnya dan melihat satu panggilan tak terjawab dari Ammar. Bibir Airin menyebut nama Ammar tanpa suara ke arah Aira.

Tak lama ponsel Airin pun berbunyi kembali. "Dia nelpon lagi" ucap Airin kepada Aira.

"Ya, udah cepetan diangkat" ujar Aira.

Airin mengangguk kemudian menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Assalamualaikum" sapa Airin sambil berdiri. Dia mau keluar dari ruangan guru karena suara di dalam cukup berisik oleh obrolan guru yang sudah habis jam mengajar.

"Waalaikumsalam"

"Bagaimana keadaan, Mas?" tanya Airin langsung.

"Aku sudah ke kantor" jawab Ammar.

"Alhamdulillah kalau begitu. Mas, aku minta maaf" ucap Airin teringat ketika Ammar mengantarnya pulang disaat hujan deras.

"Untuk apa?" tanya Ammar heran kenapa Airin harus minta maaf dengannya.

"Karena mengantarku, Mas kan jadi sakit" ucap Airin masih saja merasa bersalah.

Ammar tersenyum di seberang sana. "Tidak apa. Aku rela sakit demi kamu" ujar Ammar.

"Ihh, nggak boleh begitu, Mas. Aku kan jadi merasa bersalah" wajah Airin bersemu merah mendengarkan ucapan Ammar.

"Oya, terima kasih" ujar Ammar.

"Untuk apa?" kini Airin yang balik bertanya.

"Coklat yang kamu bawakan untukku" jawab Ammar.

"Aku nggak tahu harus bawa apa untuk membesuk Mas. Kei bilang Mas suka coklat, jadi aku belikan itu saja" jelas Airin.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang