1 : Kurang Beruntung

510 48 11
                                    

Banyak orang di dunia ini yang nggak seberuntung kamu. Bersyukur aja masih bisa bernapas, apa susahnya?

Wajah mengantuk Nancy diguyur sinar matahari pagi kota Jakarta. Meski badannya sudah lelah lari-lari sepanjang Stasiun Sudirman menuju Stasiun MRT Dukuh Atas, ia harus lekas menuju kantornya karena sekarang sudah harusnya absen. Hari baru, yang menyusahkan, pikir Nancy. Kalau bukan gara-gara KRL yang ngaret tiba-tiba, nggak seharusnya dia buang-buang tenaga buat lari-lari begini. Kantor baru, hari baru, malah telat, pikirnya. Belum lagi menuruni tangga MRT yang banyaknya minta ampun. Kadang ia pikir, kasihan persendiannya harus menekuk berkali-kali. Gimana kalau suatu saat nanti lepas?

Nancy bergidik ngeri ketika ia tiba di ujung tangga stasiun MRT yang ramai. Ia mengeluh, mencopot maskernya dan melepas jaket. Nggak bisa. Dia nggak bisa menuruni tangga yang banyak pakai kaki sementara plang pemberitahuan "Kereta akan tiba" berkedip-kedip di layar led bawah sana. Setidaknya ia harus menghemat 18 detik sebelum pintu kereta ditutup.

Ia melirik pegangan tangga yang berkilau begitu bertemu pandang dengannya. Kemudian mengamati keramaian orang di sekitar. Sejenak ia berpikir, kalau meluncur di pegangan itu, akan menjadi sangat efisien, hemat waktu juga tenaga. Tapi risiko lain, ia akan dikejar petugas sekitar. Tapi ini sudah pukul 8.35, kenapa harus berpikir lagi sih?

Dengan penuh tekat, Nancy berlari ke arah pegangan tangga, duduk menyamping, kemudian syuuut. Pantatnya meluncur mulus dari bordes ke bordes tangga. Orang-orang yang di sekitarnya mengernyit dan memandang takjub ke arahnya, tapi Nancy tidak peduli.

Benar saja perhitungannya, ketika bordes terakhir di lewati, kereta sudah memasuki peron dan membuka pintunya yang hanya dijeda 10 detik. Dengan jantung berdegup-degup, khawatir tidak sampai, Nancy yang terus terpaku pada pintu kereta lantas mendarat tak sempurna ketika kakinya sampai di depan peron. Ia terpental sedikit, membuat tubuhnya menabrak seseorang lalu ketika ia tidak bisa mengendalikan dirinya, seseorang sudah menjadi bantalan empuk sebelum ia jatuh ke atas lantai.

"ADUH!"

Nancy terperanjat. Pintu kereta masih menunggu. Ia menoleh ke seseorang yang ditimpanya lalu membelalak panik dan mengerjap bangun.

"Lo gila ya!" seru cowok itu membuat semua orang memusatkan perhatian. Suara pintu bersiap ditutup terdengar, Nancy refleks menoleh. Sambil membungkuk, ia menyerukan maaf sekedarnya lalu dengan sigap, ia melompat ke dalam kereta.

Orang-orang di dalam stasiun masih memandangi cowok yang tergelatak di lantai itu. Dua orang petugas hendak mengejar Nancy, tapi kereta menghepas maju meninggalkan peron. Nancy meratapi cowok itu, beberapa orang membantunya, diam-diam Nancy menghela napas pelan.

Sisa degup jantungnya yang terpompa, ia melirik ke sekitar peron yang hening. Di antara suara mesin dan roda-roda rel yang berdecitan, semua orang mengintip ekspresi Nancy dengan tatapan aneh.

--

Halo yang sudah baca part pertama sampai sini. Sebelumnya makasih ya sudah menyempatkan waktu untuk membaca. Cerita ini akan ku update setiap hari, jadi jgn lupa masukkan ke library kalau tertarik☺️

Aku sangat mengharapkan ada feedback dari pembaca. Baik kritik ataupun saran aku sangat terbuka. Jangan sungkan untuk berkomentar ya hehe💜 apapun itu aku hargai karena untuk perkembanganku dalam menulis setelah sekian lama akhirnya haha.

Ditunggu part selanjutnya besok ya. Terima kasih✨

Snow ButterflyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang