Meeting selesai. Ketika Nancy dan Rini keluar ruangan bersamaan kontraktor dan staf yang lain, Rini menarik tangan Nancy menjauh dari kerumunan, membawanya ke ujung koridor yang sepi lalu saling bertatapan. Tatapan yang sama seperti Rini lakukan waktu marah-marah di ruang meeting tadi. Karena Nancy lebih tinggi sedikit dari Rini, kepala gadis itu kini mendongak dan melotot.
"Jangan mentang-mentang lo dibelain sama Justin lo bisa seenaknya, ya." Jari telunjuk Rini menunjuk hidung Nancy yang mengernyit.
"Eh, lo tuh anak baru, nggak usah sok cari muka di depan dia deh. Lo pikir lo itu bisa apa? Bawa data aja salah semua! Kalau bukan gara-gara lo, hari ini meeting kita bisa langsung bahas buat minggu depan!"
Baru saja Nancy ingin membalas perkataan Rini soal cari muka di depan Justin, tapi kata-kata itu terhenti waktu kembali Rini menyadarkan tentang kesalahannya barusan. Nancy memang salah membawa data, dan itulah kesalahannya yang tidak bisa ia cari-cari alasannya lagi. Bagi Rini, pokoknya ini salah dia, ini salah Nancy yang salah membawa berkas dan membuat harinya kian memburuk. Betapa indahnya dunia ini kalau tidak ada seseorang bernama Rini ini, doa kecil Nancy disela-sela sesak napasnya. Dua kali, Rini tidak pernah bisa berbicara baik-baik. Padahal, apa susahnya sih, berbicara dengan nada tulus? Senioritas macam apalagi yang harus Nancy terima untuk ke depannya? Rini hanya membencinya, Rini hanya sirik darinya karena tadi Justin sedikit melegakan napasnya.
Cih! Tidak ada efeknya, karena malah dengan bantuan Justin itu, Nancy malah kian dihina-hina seperti ini.
Akhirnya, ia hanya menatapi ujung sepatu kumalnya, mendengarkan suara Rini yang lambat laun kian membesar dan meledak di kepalanya.
"Balik sendiri! Gue males lihat muka lo!"
Sedetik Rini mengempaskan tubuhnya ke belakang, meninggalkan suara derapan keras-keras di sepanjang lorong.
Ketika suara itu menghilang, saat itulah, tanpa sadar air mata Nancy menggenang.
Ia marah. Benci sekali dengan Rini. Apakah ia orang yang perfeksionis seperti presiden? Apakah semua orang harus diperlakukan seperti ini? Dan haruskah Nancy menerima itu? Ia belajar dari kejadian Justin, dan Nancy tidak mau mengulangi kesalahan yang sama. Ia ingin sekali membalas, menggertak Rini, tapi kejadian buruk yang terjadi di awal masuk kerja sudah membuatnya bungkam dan tidak pantas untuk mengelak lagi. Sesak di dadanya kian menjerit, Nancy tidak bisa berpikir apa-apa lagi sekarang. Ia lelah. Uangnya tidak tahu bisa cukup untuk bayar ojek online atau tidak. Tapi ia berharap bisa memakai uang makan siangnya saja. Tapi, kalau begitu, Nancy minta makan siang sama siapa? Apakah bakal ada gorengan gratis lagi nanti di pantry? Kalau ada, seharusnya itu saja sudah cukup.
Tiba-tiba air mata itu menetes, semakin deras ketika ia kian bernapas cepat. Sambil menjatuhkan semua map berkasnya, ia bergumam kecil, "Tuhan, kenapa gue dilahirin kayak gini, sih?"
"Lo pertahanin harga diri lo dengan nyuruh gue terima dan nggak batalin penawarannya, tapi lo dicaci maki gitu, lo terima?"
Seketika Nancy terperanjat. Ia menoleh ke arah sumber suara, melihat sosok Justin yang sedang memandanginya dari bibir lorong. Buru-buru Nancy menghapus air matanya, memungut berkas-berkas kembali dan segera beranjak. Tapi langkah Justin yang mendekat malah menghentikannya.
"Nggak usah ikut campur," kata Nancy dengan sesenggukkan, menatap Justin tajam.
"Apa lo selalu pura-pura tegar gini?"
"Gue bilang nggak usah ikut campur."
Tiba-tiba dari saku celananya, Justin mengeluarkan sapu tangan. Dalam hening, ia menyodorkannya pada Nancy yang tertegun.
"Gue bukan orang yang selamanya sama." Selesai berkata begitu, Nancy yang tidak bereaksi menerima sapu tangannya, di paksa Justin untuk mengambilnya, lalu ia pergi keluar dari lorong, meninggalkannya sendiri bersama sapu tangan laki-laki itu.
----
Sebelumnya makasih ya sudah menyempatkan waktu untuk membaca. Cerita ini akan ku update setiap hari, jadi jgn lupa masukkan ke library kalau tertarik☺️
Aku sangat mengharapkan ada feedback dari pembaca. Baik kritik ataupun saran aku sangat terbuka. Jangan sungkan untuk berkomentar ya hehe💜 apapun itu aku hargai karena untuk perkembanganku dalam menulis setelah sekian lama akhirnya haha.
Ditunggu part selanjutnya ya. Terima kasih✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Snow Butterfly
RomansaCompleted. (Judul sebelumnya When the Snow Fall in Love with a Butterfly) --- "Gue mau tanya sama lo." Gadis itu diam. "Lo suka kupu-kupu?" "Hah? Bi-biasa aja. Gue lebih suka ulatnya." Justin tertawa. "Kenapa?" "Pernah denger ceri...