H-2

1K 134 78
                                    

LALISA

Wish #2: I want to fit in (Lisa)

Jadi anak baru memang menyabalkan; salah satu hal paling menyebalkan di dunia ini selain kepergian Mama berbulan-bulan lamanya dan mendapat label anak aneh hanya karena dia lebih suka membaca daripada hangout seperti remaja lain seumurnya.

Lisa sudah sering pindah sekolah. Saking
seringnya, dia sampai tidak ingat sudah berapa kali dia hengkang dari satu sekolah dan masuk ke sekolah lainnya. Beberapa kali keluarganya pindah mengikuti jadwal tour Mama keluar negeri, mulai dari Tokyo, London, New York, sampai balik lagi ke Seoul, tempatnya dilahirkan.

Lisa tidak terlalu ingat tahun-tahun pertamanya tinggal di sini, waktu itu dia masih sangat kecil. Baginya, kota ini besar tapi semrawut. Sarat polusi, macet, dan panas setiap saat.

Namun, entah mengapa dia suka tinggal di sini. Begitu banyak hal menarik yang bisa dipotretnya dengan kamera Nikon yang mengganduli lehernya ke mana-mana.

Lisa mendengus mengingat momen pertama kalinya dia menyeberangi lapangan basket sekolah baru ini-tadi pagi. Dia berjalan lengkap dengan seragam sekolah lamanya yang berbasis kotak-kotak merah, tas suede krem hadiah dari Mama waktu ke Milan, dan sepatu kets baru yang masih bersih. Terdengar siulan-siulan kurang senonoh dari lantai atas, dan begitu dia mendongak, belasan remaja laki-laki sedang menunduk ke bawah, memperhatikannya dengan seksama.

Malah ada beberapa yang dengan cuek memotretnya dengan kamera HP. Dengan ngeri, Lisa mempercepat langkah ke arah ruang tata usaha untuk mengambil buku-buku pelajarannya semester ini.

Bunyi suit-suit makin keras mengikuti bayangannya, lalu jadi senyap setelah guru BP yang berdiri di depan ruang TU menghardik mereka dengan galak.

Lisa menghela napas lega, untuk sementara dia bebas, tapi predikat anak baru sudah keburu melekat. Dia merasa seperti objek, hanya karena dia bule. Blasteran. Thailand. Korea. Amerika. Beda dari yang lain.

***

Belum lama dia duduk di kantin sendirian, sudah banyak yang bergosip tanpa berusaha mengurangi volume suara.

"Itu anaknya Jun Jihyun, kan? Model terkenal tahun sembilan puluhan!"

"Katanya sih begitu. Tadi liat gak dia diantar pakai Jaguar hitam? Pasti tajir banget."

"Ya anaknya model dan perancang terkenal, gitu lho."

Kuping Lisa panas mendengarnya. Dia memang berat di nama--mamanya adalah Jun Jihyun Manoban, model senior yang masih sering muncul di vogue walau usianya sudah hampir empat puluh. Model berdarah Korea-Amerika-Thailand yang namanya sudah malang-melintang di dunia fashion, yang akhir-akhir ini banting setir untuk berkiprah di dunia fashion design.

Walaupun itu berarti beliau akan jarang di rumah, lebih sering menghabiskan waktu di atas kursi empuk bussiness class pesawat terbang, menenggak beberapa butir aspirin untuk menghilangkan jet lag di kamar hotel, lalu sibuk mengurus ini-itu dengan partner bisnisnya.

Walaupun itu berarti Lisa akan sangat merindukan Mama sampai akhirnya terbiasa dengan ketidakhadirannya.

Lisa menarik sejilid buku usang dari tas dan mulai membaca sambil menikmati makan siangnya. Wuthering heights, sebuah judul yang tak pernah bosan dibacanya. Diam-diam dia hilang dalam bacaan itu, barisan kalimat yang bagaikan menghipnotis, untuk sementara membuatnya lupa bahwa dia adalah orang asing di sekolah ini.

***

TAEHYUNG

Taehyung tidak ingat kapan tepatnya Tzuyu mulai berubah.

[TAETZU] հҽɑɾԵҍҽɑԵ🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang