H-7

631 107 134
                                    

"Sekarang mari kita sambut Kim Taehyung, salah satu gitaris solo kita!"

Tiba-tiba saja namanya disebut diikuti dengan sorakan riuh-rendah para penonton yang sebagian besar adalah perempuan. Taehyung ingin muntah. Dia ingin kabur. Tapi Hoseok sudah menepuk punggungnya dan menggiringnya ke panggung.

Taehyung duduk di sebuah kursi yang dipasang di belakang mikrofon, kepalanya tertunduk. "Duh, mati aku," bisiknya sebelum mulai. Jari-jarinya lemas dan basah dengan keringat dingin.

Yu, kamu di mana?


***

Wish #7: keberanian untuk Taetae (Tzuyu)

Tzuyu mengacungkan pom pom nya sambil meneriakkan liv-liv terakhir, dan merasakan adrenalin mengaliri darahnya, memompa jantungnya dan membuatnya tersenyum lebar. Tim basket putra sekolah mereka baru saja menyelesaikan permainan, dengan skor enam poin di atas skor lawan. Tim lawan tadinya membantai habis-habisan tim SMU SOPA, tapi permainan mereka agak menurun di sesi kedua sehingga tim sekolah Tzuyu dengan mudah mengejar skor.

Permainan diakhiri dengan satu lemparan mulus dari tim lawan, yang sayangnya memantul di ring dan tidak jadi masuk. Inilah yang disukai Tzuyu dari cheerleading. Dia bisa menjadi pendukung, penggembira dan pemanis sekaligus. Tanpa kehadiran mereka tim-tim basket pastinya akan ngoyo dan tidak bersemangat, begitu juga dengan penonton yang senang melihat gaya para gadis cantik di sisi lapangan.

Seandainya permainan anggota tim buruk, para cheerleaders-lah yang menyoraki dan memberi dukungan moril, sedangkan jika mereka menang cheerleaders juga yang meningkatkan atmosfir kemenangan. Tzuyu suka menjadi bagian dari sesuatu sepenting ini. Jam karet di lengannya sudah menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit.

Taehyung sudah mau naik panggung. Padahal tadi dikiranya pertandingan basket akan selesai sebelum pukul sepuluh, tapi dengan salah satu anggota tim lawan yang sempat cedera, break yang diambil jadi lebih lama. Dengan panik Tzuyu minggat dari tepi lapangan dan berlari menuju aula, tempat sebuah panggung besar telah disiapkan dengan speaker dan dekorasi megah.

Panggilan Irene yang memintanya tinggal tidak dihiraukannya. "Taetae, Taetae...." Tzuyu menggumam sambil terus berlari, menyeruak di antara kerumunan murid-murid berbaju bebas yang memadati sekolah.

Tenaganya rasanya terkuras habis, badannya bersimbah keringat dan rambutnya bau matahari hasil kelamaan terpanggang di lapangan. Duh. Taetae pasti kecewa kalau aku nggak datang, hanya itu yang terpikir oleh Tzuyu sepanjang permainan basket berlangsung.

Padahal Tzuyu yang sibuk menceramahinya supaya mau naik panggung. Padahal Taehyung sudah berusaha sebisa mungkin mengatasi fobianya tampil di depan umum. Padahal Taehyung sudah berlatih berminggu-minggu lamanya untuk lagu-lagunya.

Padahal Taehyung melakukannya demi Tzuyu.

Samar-samar Tzuyu melihat Taehyung berjalan memasuki panggung dan ia menyelinap masuk, berjingkat ke kursi penonton paling depan. Sekilas dilihatnya wajah Taehyung kebingungan, gugup dan kelihatan kelabu seperti sedang sakit, tidak juga menyadari bahwa Tzuyu ada di antara kerumunan. Aduh, Tzuyu cemas setengah mati takut Taehyung akan lari keluar sewaktu-waktu atau menyanyi sumbang saking gugupnya.

Tiba-tiba Tzuyu mendapat ide brilian. Jika tim basketnya membutuhkan dukungan dan semangat, kenapa Taehyung tidak? Taetae kan juga atlet-di bidang musik. Dia pantas mendapat penghargaan atas usahanya dan liv-liv yang sama kencangnya dengan mereka yang menggiring bola di lapangan.

Sambil menarik napas dan meneguhkan tekadnya, Tzuyu mengacungkan pompom merahnya sekali lagi, tinggi-tinggi di udara. Sebagian penonton mengalihkan perhatian ke arahnya, membuat Taehyung ikut menengok juga. Sekarang saatnya. Dengan suara lantang Tzuyu meneriakkan kata-katanya satu per satu.

[TAETZU] հҽɑɾԵҍҽɑԵ🔐Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang