Part 2 Calon Suami

15.5K 943 6
                                    

"Adiba, Umi mau bicara sebentar" panggil Rina melihat anaknya sedang berada di depan laptop.

"Mau bicara apa, Mi ?" tanya Adiba masih fokus dengan laptopnya.

"Abi mau menjodohkan kamu sama anak temennya, gimana? Mau, ya?" tanya Rani penuh semangat.

Adiba lalu menghentikan aktivitas mengetiknya, dia terdiam sambil menatap wajah Uminya.

"Dijodohin? Sama siapa, Mi? Orangnya giman? Terus apa pekerjaannya? Adiba masih kuliah, gimana dengan kuliah, Diba?" Adiba panik tanpa sadar telah memberondong banyak pertanyaan kepada Uminya.

"Satu-satu Sayang, nanyanya" ujar Rina tersenyum.

"Namanya Ghifari Ar Rasyid. Dia masih menyusun skripsi, kuliahnya di Bandung. Tapi dia punya usaha kuliner di sana dan dia hafiz quran, lho" jawab Rina mendeskripsikan calon menantunya itu.

Adiba tersenyum mendengarkan Profil sekilas tentang laki-laki yang ditawarkan oleh orang tuanya untuk dijadikan suami.

"Masalah kuliah, Umi dan Abi tetap akan membiayai kuliah mu sampai selesai. Nggak lama lagi kamu bakal nyusun skripsi, kan?" tanya Rina. Adiba hanya mengangguk.

"Nih, Umi ada fotonya di hape. Umi dikirimin sama tante Sofiyah, uminya Ghifari" ujar Rina menunjukkan foto seorang pemuda sedang tersenyum sambil menyandang tas ransel di pundaknya.

Deg. Jantung Adiba berdetak kencang ketika melihat wajah Ghifari di ponsel Uminya. Wajah tampan putih bersih, berjenggot tipis, dengan tubuh yang tinggi bak foto model membuat mata Adiba tak berkedip memandangnya.

"Hush. Jangan lama-lama memandangnya" goda Rina langsung menyimpan ponselnya.

"Ih. Umi apaan, sih" Adiba tersenyum malu menyadari sikapnya.

'Astaghfirullah' lirih batin Adiba merasa malu sendiri telah terpesona dengan fisik Ghifari.

"Gimana? Jangan mikir lama-lama nanti Ghi berubah pikiran, lho" ledek Rina.

"Diba istiqoroh dulu, Mi" ucap Adiba.

Adiba tidak mau cepat mengambil keputusan hanya karena melihat fisik Ghifari barusan. Adiba mengakui kriteria suami idamannya ada pada sosok Ghifari. Namun dia tetap harus istiqoroh untuk memantapkan pilihan hatinya.

"Iya, tapi jangan lama-lama istiqorohnya. Tiga kali aja cukup" ujar Rina.

"Umi, yang mau nikah siapa, sih. Kok, Umi yang ngebet banget " balas Adiba tersenyum geli.

Rina menginginkan menantu yang Sholeh. Dia dan suaminya tidak mau putrinya menikah dengan laki-laki yang sholat saja tidak pernah. Bagaimana mau menjaga keluarganya dari api neraka jika dia saja tidak bisa menjaga dirinya sendiri.

------------

Ghifari juga sudah mendapatkan informasi tentang calon istrinya. Pertama kali melihat Adiba lewat foto yang ditunjukkan oleh uminya, Ghifari langsung setuju saja dengan pilihan orang tuanya.

Namun sudah beberapa hari belum ada info selanjutnya, apakah Adiba menerimanya atau tidak. Entah kenapa, setelah melihat foto Adiba, bayangan Adiba selalu muncul dalam mimpi-mimpi Ghifari.

"Mi, udah ada kabar?" tanya Ghifari ketika menelpon uminya. Dia sungguh penasaran.

"Belum, Ghi. Adiba minta waktu untuk istiqoroh dulu" jawab uminya.

Ghifari hanya tersenyum dari balik ponselnya. Semoga engkau menerima perjodohan ini Adiba, karena hatiku sudah condong kepadamu.

"Iya, Mi. Kabari secepatnya, Mi, jadi Ghi bisa mengatur jadwal untuk pulang" ujar Ghifari semangat.

"Iya, Sayang. Semoga hasilnya tidak mengecewakan" balas Uminya tersenyum.

"Assalamualaikum" tutup Ghifari.

"Waalaikumsalam" balas uminya.

Ghifari menghempaskan badannya di atas kasur di kontrakannya yang cukup luas meskipun dia tinggal sendirian.

"Dengan melihat foto kamu saja, tidur ku sudah tidak nyenyak. Bagaimana kalau nanti sudah bertemu langsung" gumam Ghifari tersenyum sambil memejamkan matanya.

'Semoga engkaulah jodohku, Adiba Maharani' batin Ghifari.

Continue

Cintaku LDR-an (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang