Setelah meluapkan kekesalannya kepada Ghifari, Adiba merasa lega. Tetapi dia juga tidak bisa terus merasa kesal dengan suaminya toh semua yang terjadi bukan kehendak suaminya.
Ghifari terpaksa menahan rasa rindunya akibat perbuatan cerobohnya. Dia harus mengembalikan mood Adiba terlebih dahulu.
“Sayang, mas sudah siapkan makan siang untukmu. Kamu pasti lapar kan?” Ghifari mengajak Adiba ke dapur minimalis mereka.
“Hmm, mas masak sendiri ya?” tanya Adiba.
“Iya, maklum anak kostan” jawab Ghifari tersenyum.
Adiba tidak menyangka suaminya pintar memasak sementara dirinya tidak bisa membuat gulai seperti dihadapannya.
“Kenapa? Nggak suka menunya?” tanya Ghifari melihat Adiba hanya diam menatap menu makan siang di depannya.
Adiba menggeleng. “Nggak mas, justru Diba malu karena nggak bisa masak” ujarnya menunduk.
“Hey, semuanya butuh proses sayang. Kamu bisa belajar sama mas nanti” Ghifari mengangkat dagu Adiba agar melihatnya.
“Jazakallah mas, udah mau menerima Diba apa adanya” Ghifari hanya tersenyum menganggukkan kepala.
“Ayo makan, mas juga udah laper nih” ajak Ghifari.
“Ayo mas” Adiba tersenyum dan semangat memakan masakan suaminya tercinta.
----------Selesai sholat dzuhur, Adiba membereskan dapur dan mencuci piring bekas mereka makan siang. Sementara Ghifari belum pulang dari masjid.
“Huh kenapa lama sekali sholatnya ?” gumam Adiba melihat jam di dinding sudah pukul satu siang tapi Ghifari belum pulang juga.
Tak lama Ghifari tiba di rumah kontrakannya. “Assalamualaikum”
Ghifari mengetuk pintu
Adiba berjalan ke arah pintu mendengar suara Ghifari.“Waalaikumsalam” balas Adiba membuka pintu.
“Mas kok lama banget” ujar Adiba cemberut.
“Habis sholat mas balikin mobil Dzaki, sayang” Ghifari mencubit gemas pipi Adiba.
Ghifari lalu masuk ke dalam kamar menyalakan AC dan membuka baju kokonya. Adiba menyusul suaminya ke kamar. Dilihatnya Ghifari bertelanjang dada dan mau mengambil baju ganti.
“Mas” panggil Adiba.
Ghifari menoleh melihatnya. “Apa?” tatap Ghifari.
“Mas, nggak kangen apa sama Diba?” tanya Adiba to the point membalas tatapan suaminya.
Ghifari tersenyum lalu mendekati Adiba, dia merasakan kalau mood baik istrinya sudah kembali.
“Tentu saja” jawab Ghifari singkat melingkarkan tangannya ke pinggang Adiba.
Adiba meletakkan kedua tangannya di dada bidang suaminya yang belum mengenakan baju itu.
“Diba sangat merindukan mas” ucap Adiba hampir berbisik menatap mata Ghifari.
“Mas juga sangat merindukanmu”
Ghifari mendekatkan wajahnya lalu memanggut bibir Adiba. Mereka lalu melepaskan kerinduan yang selama ini tertahan oleh jarak yang telah memisahkan. Dibalik selimut Adiba masih memeluk erat Ghifari. Dia belum mau melepaskan pelukannya, pelukan yang sudah lama dirindukannya. Yah begitulah kalau sedang kasmaran maunya lengket terus.
“Sayang, ayo mandi” ajak Ghifari kalau Adiba terus memeluknya seperti itu bisa-bisa dia khilaf minta jatah lagi.
“Nggak mau, Diba masih kangen” rengek Adiba manja. Ghifari tersenyum mengelus kepala Adiba.
“Diba, nanti mas khilaf mau minta lagi” goda Ghifari karena sejujurnya dia masih menginginkannya.
Adiba tersenyum geli dia justru malah merapatkan dadanya ke badan Ghifari. Dia pun masih mau memadu kasih dengan suaminya.
“Diba” panggil Diba mengingatkan.
Bukannya berhenti Adiba terus melanjutkan aksinya dan membuat Ghifari tidak bisa menahan hasratnya lagi, dia menarik selimut lalu menyerang Adiba yang sudah berani menantangnya.
Continue
KAMU SEDANG MEMBACA
Cintaku LDR-an (END)
General FictionMenikah tapi masih kuliah?? Why not?? Adiba Maharani menerima tawaran menikah dari orang tuanya meskipun dia dan calon suaminya masih kuliah. Jarak yang terpisah antara Palembang-Bandung setelah menikah tidak membuat salah satunya mengalah untuk mem...