Part 10 Keputusan

14.4K 871 6
                                    

Kakak-kakak dan sahabatnya sukses membuat wajah Adiba memerah pada acara sesi foto mereka berdua. Sebenarnya hati Adiba kacau masih memikirkan ucapan Ghifari setelah akad dia akan kembali ke Bandung. Adiba belum bisa memutuskan untuk ikut atau tidak karena dia sendiri ada jadwal kuliah masa harus absen.

"Ehem..."

Ghifari masuk ke kamar tanpa disadari Adiba karena dilihatnya Adiba duduk di tepi ranjang sedang melamun. Adiba tersentak kaget melihat Ghifari sudah berganti pakaian.

"Melamunin apa?" tanya Ghifari lembut duduk di samping Adiba.

"Eh..mas. Ng..nggak" jawab Adiba kagok menyadari kehadiran suaminya.

"Kak Aiman lucu ya suka banget godain kamu" ujar Ghifari menatap Adiba.

Adiba hanya tersenyum kecil. Pikiran masih terbayang ucapan Ghifari sampai hari ini dia belum bisa memutuskan apa.

"Adiba" Ghifari menarik tangan Adiba dan menggenggamnya.

Adiba menoleh melihat Ghifari mata mereka bertemu. Mereka saling tatap. Ghifari seakan tahu apa yang sedang istrinya pikirkan dari tatapan matanya.

"Besok siang mas balik ke Bandung" ucap Ghifari pelan. "Kamu mau ikut?" tanya Ghifari.

"Lalu untuk apa kita nikah mas?" tanya Adiba melepas genggaman tangan Ghifari dan menepis tatapan heran suaminya.

"Sebenarnya mas mau tinggal lebih lama lagi disini, tapi sidang mas tidak bisa dimundurkan" jelas Ghifari.

"Diba nggak bisa ikut mas, Diba juga punya jadwal kuliah yang tidak bisa ditinggal. Kalau tau begini lebih baik nikahnya setelah Diba atau mas lulus kuliah aja" ujar Adiba dengan mata berkaca-kaca.

Adiba hampir menangis tapi ditahannya. Ghifari menghela nafasnya mendengar kalimat Adiba.

"Diba, mungkin pernikahan kita tidak sama dengan orang lain. Mungkin mas yang egois, sejak umi menawarkan perjodohan ini dan mas melihat fotomu pertama kali mas tidak bisa melupakanmu. Kata orang cinta pada pandangan pertama ternyata memang ada benarnya dan mas yang mengalaminya. Mas tidak ingin mengotori hati mas dengan terus memikirkanmu setiap hari. Makanya mas meminta umi untuk cepat melamar dan menikahimu" jelas Ghifari.

Adiba terdiam mendengarkan penjelasan suaminya.
Ghifari memegang kedua pundak Adiba agar menghadapnya.

"Diba, mas mencintaimu. Mas tidak mau kehilanganmu itu sebabnya mas tidak mau menunggu lulus kuliah lagi. Kamu ngertikan alasan mas cepat menikahimu" jelas Ghifari lagi.

Adiba tidak dapat lagi membendung airmatanya. Ghifari menarik Adiba ke dalam pelukannya.

"Maafkan mas yang egois ini" bisik Ghifari. Adiba masih terisak dalam pelukan suaminya.

"Kita tidur ya sudah malam" ajak Ghifari.

Adiba berbaring menghadap kanan membelakangi Ghifari. Ghifari lalu mendekatkan badannya memeluk Adiba dari belakang.

"Mas bacakan surat Ar Rahman ya ?" bisik Ghifari di telinga Adiba.

Adiba hanya mengangguk. Belum selesai surat Ar Rahman dibacakan suaminya Adiba sudah tertidur dalam pelukan Ghifari. Mereka berdua telah melewatkan malam pertama tanpa melakukan apapun.

Continue

Cintaku LDR-an (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang