Part 8 Ragu

13.2K 866 3
                                    


Adiba mondar-mandir di kamarnya sambil memegang ponselnya. Delapan hari lagi akad nikahnya sementara dia mendapat kabar dari uminya kemarin Ghifari sedang sakit dan dia belum tau info apapun apakah kondisi Ghifari sudah sehat ataukah belum.

"Telpon tidak ya" gumam Adiba ragu menggigit bibirnya.

"Nanti dia berpikiran yang nggak-nggak lagi"

"Tapi kalau nggak telepon bisa-bisa dikiranya aku cuek lagi. Aduh galau. Gimana yah"

Dengan menahan malu karena rasa penasaran tingkat tinggi akhirnya Adiba menekan nomor kontak Ghifari. Diseberang sana Ghifari langsung mengangkat telpon dari Adiba.

"Aduh..cepet banget langsung diangkat" batin Adiba. Dia menjadi gugup lupa mau bicara apa.

[Assalamualaikum]sapa Ghifari.

Adiba masih terdiam karena tidak menyangka telpon darinya cepat diangkat Ghifari.

[Halo...Assalamualaikum] sapa Ghifari lagi.

[Wa..waalaikumsalam] balas Adiba sadar mendengar salam Ghifari yang kedua kalinya.

Ghifari hanya tersenyum darisana. Hening tidak ada suara Ghifari mengira Adiba sudah menutup telponnya tapi dilihatnya timer di hapenya masih berjalan.

[Adiba] panggil Ghifari heran kenapa Adiba tidak bicara.

[Mas udah baikan?] tanya Adiba pelan sambil memegang dadanya dan merasakan jantungnya berdetak kencang.

[Alhamdulillah udah agak mendingan. Mas cuma demam biasa karena kecapekan umi terlalu berlebihan sampai harus mengabarimu]

Ghifari mencoba mencairkan suasana karena dia tahu getar suara Adiba yang gugup ketika berbicara dengannya di telpon.

[Alhamdulillah. Oya kapan mas pulang?] tanya Adiba.

[Besok berangkat dari Bandung] jawab Ghifari singkat.

[Oh, udah dulu mas. Hati-hati aja ya] ujar Adiba mau mengakhiri pembicaraannya.

[Adiba] panggil Ghifari.

[Ya,ada apa mas?]

[Ada yang mau mas bicarakan. Sebelum akad sebaiknya kamu harus tau dan mas tunggu keputusanmu]

Deg. Jantung Adiba makin berdetak kencang. Apa yang mau disampaikan Ghifari? Keputusan apa yang harus dia ambil?.

[Te..tentang apa mas?] tanya Adiba gugup.

[Hmm setelah akad, mas tidak bisa lama di Palembang. Mas harus kembali ke Bandung untuk mempersiapkan sidang skripsi mas satu minggu setelah akad, kamu mau ikut atau tetap tinggal?] jawab Ghifari.

Lama Adiba terdiam mencerna kalimat Ghifari. Di bingung entah harus menjawab apa.

[Mas, udah dulu ya nanti Adiba pikirkan. Assalamualaikum]

Adiba cepet-cepat mematikan ponselnya.

Ghifari terpaku menatap ponselnya setelah membalas salam Adiba. Apa Adiba tidak akan ikut denganku. Pikir Ghifari.

Disisi lain hatinya senang Adiba menelpon menanyakan kabarnya. Ghifari senyum-senyum sendiri menatap ponselnya.

Continue

Cintaku LDR-an (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang