Part 12 Diopname

14.4K 848 2
                                    

Karena selalu memikirkan pernikahannya. Lelah badan dan lelah hati. Adiba akhirnya masuk rumah sakit. Maagnya kambuh dan banyak pikiran. Itulah diagnosa dokter yang menyebabkan dia harus diopname.

“Umi, tolong jangan kasih tau mas Ghi kalau Diba diopname. Please mi”

Adiba memohon kepada umi dan mertuanya. Dia tidak mau suaminya nanti mencemaskannya dan tidak kosentrasi menghadapi sidang skripsinya lusa nanti.
Sudah dua hari Adiba diopname dan mertuanya juga baru tahu. Sejak kepergian Ghifari makan Adiba jadi tidak teratur, sejak sakit juga dia tidak menghiraukan ponselnya. Ghifari juga belum menghubungi Adiba setelah pamit ke Bandung.

“Tapi Ghi kan suamimu harus tau nak” kata mertuanya.

“Mas Ghi lusa nanti sidang skripsi, nanti jadi kepikiran Diba lagi. Diba nggak apa apa kok mi” jelas Adiba.

“Ya sudah kalau begitu, kecuali kalau Ghi yang telpon umi nggak bisa bohong lho”

“Terimakasih mi”

“Sekarang diminum dulu obatnya biar cepat sembuh” ujar umi Adiba.

Di tempat lain. Ghifari hampir setiap hari menghubungi ponsel Adiba. Setiba di Bandung memang dia belum sempat menelpon istrinya itu karena sibuk membereskan kontrakannya. Setelah itu dia selalu menghubungi Adiba tapi tidak pernah diangkat bahkan sms atau WA nya pun tidak dibaca.

“Apa Adiba masih marah?” gumam Ghifari.

Padahal dia sangat merindukan suara istrinya. Ghifari mengambil buku referensi untuk dibacanya agar persiapan sidang skripsinya lusa nanti berjalan lancar.
---------

Hari dimana Ghifari sedang menghadapi sidang skiripsi. Adiba bukannya membaik tapi malah demam. Ini mah demam malarindu hehehe. Rindu mau ketemu Ghifari.

“Gimana dok?’ tanya Rina cemas.

“Tidak apa bu, hanya demam biasa. Jangan-jangan ada yang dirindukan” goda dokter yang memeriksa Adiba.

Adiba hanya tersenyum lemah. Aku merindukan suamiku, Dok. Batin Adiba.

Selesai sidang Ghifari coba menghubungi ponsel Adiba lagi. Tapi tetap saja tidak ada jawaban. Adiba kenapa tidak mengangkat telpon dariku. Gumam Ghifari sedih.

“Kenapa Ghi kok muka kamu sedih kayak gitu?” tanya Dzaki.

“Istriku udah empat hari ini dihubungi kok nggak diangkat-angkat” jawab Ghifari.

“Ngambek kali, baru juga akad nikah udah ditinggal” ledek Dzaki.

“Ya mau gimana lagi, semuanya jadi serba dadakan sih nggak bisa dimundur” ujar Ghifari tak bersemangat.

“Coba kamu hubungi umi atau mertuamu, paling tidak kan mereka tahu keadaan istrimu” saran Dzaki.

“Iya juga, kenapa nggak kepikiran olehku ya” gumam Ghifari.

“Kalau rindu mah gitu. Bisa lupa segalanya” goda Dzaki.

“Yaelah kayak situ nggak ngalamin aja” balas Ghifari.

Dzaki hanya terkekeh mendengar kalimat Ghifari yang menyindirnya.

Continue

Cintaku LDR-an (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang