[3] Hinaan

1.6K 119 4
                                    

Hinaan tidak melunturkan semangatku.



🥀🥀🥀

Sasha berlari menuju toilet sekolah , ia tidak ingin siapapun melihatnya menangis. Sedari tadi handphonenya tidak berhenti bergetar menujukkan panggilan masuk dari Indira. Beruntung toilet sekolah sedang sepi, jadi Sasha dapat meluapkan segala kesedihannya.


Hiks.. hiks..

Sasha memegang dadanya yang kini terasa sesak, baru kali ini ia menangis dihadapan Ale. Sungguh ia kesal kepada dirinya mengapa diperlakukan seperti itu saja ia harus menangis? Mengapa Ale harus melihat Sasha terpukuruk. Sungguh Sasha sangat tidak ingin hal tersebut terjadi. Namun, kini sudah terlanjur.

"Papa..Mama.. Sasha kangen" Sasha semakin menangis, mengingat Bunda dan Ayahnya yang sudah tiada.

Sasha adalah anak tunggal yang sudah ditinggal oleh Ayah dan Ibunya karena kecelakaan naas yang terjadi enam tahun silam lebih tepatnya saat Sasha berusia sebelas tahun. Tante Nala dan Om Firman kini menempati rumah Sasha bersama anak tunggalnya bernama Fanya. Sasha dan Fanya hanya terpaut umur duabulan, Sasha lebih tua darinya dan ia tentu berbeda sekolah dengan Sasha. Sasha bersekolah di SMA Garuda sedangkan Fanya bersekolah di SMA Merpati. Meski sepupuan Sasha dan Fanya tidak begitu dekat, karena Fanya jarang sekali di rumah. Ia suka hangout dan menyukai kebebasan. Tentu sudah memiliki kekasih.

"Woi! Sasha keluar lo!"

Suara itu sangat Sasha kenali, itu suara Savana. Gadis itu pun kini menggebrak pintu toilet sangat kencang.

"Bukaaaa! Lo ngapain di dalam? Cepet keluar!"

Akhirnya Sasha berusaha untuk menghapus air matanya, dan membuka pintu toilet. Matanya tentu terlihat sembab.

Savana tertawa gembira saat Sasha keluar dengan mata sembab yang dibalut kacamata cukup tebal. Ia tertawa terbahak-bahak dihadapan Sasha dengan dua pengikutnya.

"Kasih tepuk tangan dulu buat gadis gak tahu diri ini yang habis nangis guys!" Savana tertawa, sedangkan kedua temannya bertepuk tangan dengan tawanya.

Sasha hanya dapat menahan semuanya, ia terima apapun yang akan Savana dan kawan-kawannya lakukan.

"Sasha, Gue sih cuma mau peringatin Lo doang. Ale itu udah ilfil banget sama Lo, jadi STOP NGAREP"

Savana mendekatkan wajahnya ke arah Sasha. Lalu, gadis itu menoyor kening Sasha.

"Ngotak dikit, Culun!" Ucapnya penuh kebencian.

Byurr..

Susu cokelat itu berhasil membasahi wajah dan rambut yang terkepang dua milik Sasha begitupula dengan baju yang kini ia pakai. Savana memang sudah sering sekali bertindak seperti ini, untung saja Sasha membawa baju ganti di dalam lokernya. Sasha hanya diam, membiarkan apapun yang Savana lakukan. Biarkan kebencian Savana kepadanya itu mengalir, Sasha tidak akan membalasnya dengan kebencian pula. Sasha hanya berdoa agar gadis itu cepat diberikan kesadaran bahwa pembullyan bukanlah tindakan yang baik.

🥀🥀🥀

"Sha lo kenapa?" Arka. Lelaki itu bertanya panik saat melihat baju Sasha dipenuhi susu cokelat.

ALESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang