[6] Hujan

1.7K 137 19
                                    

Aku ingin seperti Hujan, yang tetap tegar meski jatuh berkali-kali.

🥀🥀🥀

Ale memberhentikan mobilnya tepat di dekat halte bus sekolah dasar yang jaraknya lumayan jauh dari sekolahnya, ia tidak ingin ada yang tahu jika dirinya berangkat bersama Sasha. Bukan karena malu, hanya saja malas mendengar gosip dan desas-desus dari para fans di sekolahnya. Ale menatap Sasha sekilas, gadis itu pun menatap ke arah Ale. Bingung.

"Turun! Cepet" Kata Ale cuek. Sasha membulatkan matanya.Perjalanan ke sekolah masih cukup jauh dan ia harus turun disini? Yang benar saja Ale.

"Kamu serius? Kan masih lumayan jauh" Sasha menatap Ale masih tak percaya. Tadi lelaki itu baru saja bersikap baik, kini sikap aslinya kembali lagi.

"Jalan cuma empat ratus meter doang, lebay amat" Timpal Ale.

"Tapi kan ini udah mau hampir jam tujuh Ale, nanti Aku pasti telat" Sasha masih berharap Ale luluh.

"Turun atau Gue tarik lo untuk keluar" Ale menatap tajam ke arah Sasha. Tidak dapat mengelak lagi dan sudah pasti gagal usahanya, akhirnya Sasha melepaskan seat beltnya. Menatap Ale "Kamu hati-hati di jalan" Kata Sasha.

Setelah itu Sasha keluar dari mobil dan menatap kepergian Ale yang cepat melesat dihadapannya. Kendaraan umum tidak melewati daerah ini dan jika memesan ojek onlinen pun cukup memakan waktu karena menunggu.

'Sasha harus kuat! Gak boleh nangis, semangat!'

Sasha menyemangati dirinya sendiri, ia hanya berharap langkah kakinya gontai agar ke sekolah tepat waktu.

Drt.. Drt..

Sasha merasakan sesuatu bergetar dalam tasnya, sudah pasti ada telefon masuk. Lalu, ia mengambil handphone didalam tasnya.

"Sha, Hallo. Lo dimana" Indira panik disebrang sana.

"Aku di jalan In, bentar lagi kayaknya sampai. Ada apa?" Tanya Sasha khawatir.

"Lo harus cepet sampai sekolah, Sha. Gue tunggu. Udah dulu ya. Lo hati-hati di jalan"

Pip

Sambungan telefon terputus. Sebenarnya ada apa di sekolah? Sasha benar-benar di buat bingung oleh Indira.

🥀🥀🥀

Sasha sampai tepat pada pukul tujuh lewat sepuluh menit, lima menit lagi bel masuk. Ia berucap syukur karena dapat bernafas lega. Tidak dihukum oleh guru piket. Tumben sekali Pak Eeng penjaga gerbang sekolah tidak nampak, biasanya pria itu sudah bertangger di halaman sekolah dengan sapaannya yang berlogat sunda.

Sasha melihat sekeliling koridor yang agak sepi, namun banyak kerumunan orang di lapangan. Keingintahuannya memuncak, akhirnya Sasha memutuskan untuk menghampiri kerumunan tersebut.

"Astaghfirullah" Sasha terkejut saat Ale tersungkur, lalu kembali bangun dan membalas pukulan Arka. Perkelahian pagi ini membuat Pak Eeng penjaga gerbang sekolah kewalahan memisahkan mereka berdua.

ALESHATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang