Astagfirullah haladzim....
"Kamu sama Nak Doyoung ada hubungan apa sih?"
Rena tersedak salivanya sendiri begitu mendengar pertanyaan Kyuhyun. Rasa kantuknya mendadak hilang entah kemana. Gila memang.
"K-Kenapa emang?"
"Ya aneh aja, Ren. Kok sudi-sudinya dia bawa kita ke sini? Kalian pacaran?"
"Ngㅡ" Rena sontak memutus ucapannya. Ini gimana jawabnya? Batinnya. "Papa tidur aja deh. Udah malem. Besok Rena bilang ke Pak Doyoung biar kita bisa pulang."
Rena membalikkan badan, memunggungi Kyuhyun yang masih saja betah menatap langit-langit kamar besar itu.
"Nggak usah bilang. Papa betah di sini. Hehe."
●●
Rena menuruni satu persatu anak tangga dengan langkah pelan. Pemandangan pertama yang mata kecilnya tangkap adalah sosok Bi Soljin yang sedang memasak. Pemandangan kedua...tentu saja seorang Kim Doyoung yang tengah serius menyesap kopi sambil membaca koran di tangannya.
Baca koran aja ganteng, batinnya.
"Loh, Mbak Rena udah bangun? Ngapain bengong di sana, Mbak? Sini duduk dulu, Bibi siapin sarapan."
Suara Bi Soljin berhasil menggagalkan niat Rena untuk enyah dari sana. Doyoung yang awalnya nggak sadar dengan keberadaannya pun langsung menatap Rena intens.
Doyoung meletakkan korannya di atas meja makan lalu menarik salah satu kursi di sampingnya.
"Duduk sini," katanya. Rena mengalah. Dengan canggung dirinya berjalan menuju kursi tersebut. Doyoung memilih untuk menyingkirkan koran di meja makan sebelum kembali duduk lalu menatap Rena lagi.
Rena mengerjap pelan. "A-ada yang salah? Kenapa menatap saya?"
Doyoung menggeleng. "Rasanya aneh."
"Apanya?"
"Berbagi atap dengan orang yang aku sayang."
Bles! Jantung Rena hampir jatuh dari tempatnya. Apa dia nggak salah dengar? Aku? Aku?
"Mas Doyoung nggak pernah bawa cewek lain ke sini, Mbak. Mbak yang pertama," sahut Bi Soljin sambil meletakkan beberapa lauk di atas meja. Doyoung tergelak.
"Bibi jangan buka kartu."
"Loh, ya nggak apa-apa toh, Mas. Biar Mbak Rena tahu kalau Mas Doyoung bukan buaya darat."
Senyum tipis Doyoung berhasil buat Rena sesak. Ayolah, kenapa akhir-akhir ini Kim Doyoung suka tertawa?!
"S-Sudah jam delapan," sentak Rena.
"Terus?"
"Kamu nggak ke kantor?"
Doyoung menggeleng setelah menyesap kopinya. "Aku cuti dua hari."
"Eh? Kenapa?"
Doyoung mengangkat kedua bahunya. "Di sini lebih nyaman. Ada Om Kyuhyun. Ada kamu."
Sial sial sial. Rena ingin cepat-cepat enyah dari sini. Nggak baik untuk kesehatan jantung.
"Kamu berhenti aja ya dari kantor? Fokus kuliah dulu," kata Doyoung tiba-tiba. Rena ingat kalau ini bukan yang pertama. Doyoung memintanya untuk resign.
"Tapiㅡ"
"Kantor bukan tempat yang nyaman lagi buat kamu. Apalagi setelah berita itu muncul. Ya kan?" sela Doyoung. Jujur, Rena menyetujui pendapat tersebut. "Tiga hari lagi aku harus pergi ke Jerman."