"Jeeenn gue pengen pulang aja sumpah!"
"Gila lo, lagi sibuk-sibuknya ini!"
"Capek gue, Jen! Nyari duit gini amat ya?"
"Ck, ngeluh aja sih lo. Bentar lagi udah makan siang, abis ini lo bisa istirahat," katanya. Aku mengangguk sambil terus memotong sayuran di depanku.
Nggak tau kenapa, siang ini kantin hectic banget. Bu Haniㅡkepala kantinㅡcuma bilang kalau bakal ada tamu besar. Sebesar apa sih sampai kita harus masak dari jam 4 subuh?!
"Lima belas menit lagi CEO Kim akan datang!"
"Baik, Bu!" jawab semuanya. Aku mengernyit.
"CEO Kim? Pak Doyoung maksudnya?" tanyaku pada Jeno. Jeno mengangguk.
"Kan Bu Hani kemarin udah bilang. Gimana sih?"
"Sumpah?"
"Makanya punya kuping dipake, jangan dijadiin pajangan doang," ejeknya. Aku mencibir.
Setahun kerja disini baru kali ini seorang Kim Doyoung datang ke kantin. Mungkin dia bosen sama makanan mahal kali ya?
"Lo tau Pak Doyoung kan?" tanya Jeno. Aku sontak mengangguk.
"Yakali nggak tau bos sendiri?"
"Good. Entar dijaga sikapnya. Bisa kena gorok lo kalo macem-macem."
Yeuuu Lee Jeno yang sok bener. Tapi emang iya sih. Menurut gosip yang berkembang, Pak Doyoung ini agak galak. Aku nggak tau pasti karena yeah, buat apa tukang cuci piring merangkap pengurus kantin kayak aku berurusan dengan CEO?
Lima belas menit berlalu, Bu Hani masuk ke dapur lagi dengan gaya super lebaynya. Intinya, Pak Doyoung dan rombongannya udah sampai. Dan gilanya, kita semua harus baris buat menyambut mereka.
Gila.
"Pulang aja gue, Jen."
"Ck, cuma berdiri apa susahnya sih?" tanyanya sambil menarikku untuk segera berbaris. Sumpah kalau nggak ada Jeno, mungkin aku udah dipecat dari awal. Bu Hani emang suka banget sama nih anak. Tapi lebih suka sama Pak Doyung sih.
Para karyawan kantin pun berbaris, nggak terkecuali Bu Hani. Bosku itu udah dandan dari jam 7 pagi, nggak heran penampilannya udah kayak unnie-unnie Korea. Segitu ngefansnya sama Pak Doyoung.
"Semoga dinotice Pak Doyoung ya, Bu," kata Kak Chaeyeon. Bu Haninya amin-amin aja.
"Jen, kepala gue kok pusing ya."
"Nggak ada, Ren. Jangan alesan terus."
"Serius."
Jeno menarikku hingga kepalaku hampir menabrak bahu kerasnya. Tangannya menggenggam tanganku erat. "Gue pegangin sini."
"Jeno!"
"CEO Kim Doyoung datang!" teriak seseorang yang kuyakini pihak keamanan perusahaan. Kami semua sontak diam dengan badan super tegap. Semua, kecuali aku.
Pusing, serius.
"Selamat pagi, Pak Doyoung. Selamat datang di kantin perusahaan," sapa Bu Hani seramah mungkin.
Aku tambah mual. Terlihat sangat tidak natural.
"Selamat pagi Bu Hani," kata Pak Doyoung. Aku mengamati satu persatu rombongan tamu Pak Doyoung. Kayaknya sih dari Eropa, soalnya Pak Doyoung ngobrol menggunakan bahasa alien.
Pak Doyoung terus berjalan mendekatiku dan Jeno. "Jen, sumpah tambah pusing."
"Jangan pingsan dulu," bisiknya.
Aku memejamkan mata. Dengerin Jeno malah tambah pusing. Pingsan sekarang aja kali ya biar Jeno nggak ngomel meluㅡ
"HATCHI!"
Suara bersin yang menggelegar berhasil membuat seisi ruangan terdiam. Langkah kaki yang awalnya terdengar jadi hilang entah kemana. Aku mengusap sedikit kasar hidungku yang agak gatal.
"Jen, nggak jadi pusing gueㅡ"
"Apa yang kamu lakukan?!"
Aku menatap pria setengah baya di depanku dengan bingung. Hah?
"Bersin, pak."
Bapak itu menatapku tajam lalu beralih menatap Pak Doyoung yang tengah sibuk membersihkan muka dan jasnya.
"Mana saya bersihkanㅡ"
"Tidak perlu," potong Pak Doyoung.
Gilanya, disaat genting kayak gini aku dengan kurang ajarnya berani menatap Pak Doyoung hingga mata kami bertemu.
"Kamu gila? Berani-beraninya bersin ke CEO? Kalau dia sakit? Kamu mau tanggung jawab?!"
"Y-Ya kan sayaㅡ"
"Apa? Tidak sengaja? Kamu inㅡ"
"Sudah, Pak Moon."
Pak Doyoung memengang bahu pak galak tadi sebelum akhirnya menatapku tajam. Sepatah katapun yang nggak keluar dari mulutnya malah membuatku jadi makin takut.
Aisshhh, mampus kamu Ren!
♥
Visualisasinya Rena aku pake hoshimoto Kanna yaa. Soalnya dia cantik bgt ga ngerti lagi heuheuuu