tidak akan

41.2K 8.1K 1.7K
                                    

Doyoung

"Doyoung, akhiri semuanya. Ini terlalu jauh," kata om Taeil dengan wajah seriusnya. Aku menghela nafas pendek.

"Om Taeil langsung ke kantor aja, aku mau jemput Rena."

"Doyoungㅡ"

"Sudah sampai sini, om. Nggak mungkin untuk mundur," potongku tak kalah serius.

"Mungkin kamu bisa mengalahkan media. Tapi keluargamu? Pak Park? Mereka bisa melakukan apapun, Doyoung. Nggak cuma ke kamu, tapi Rena."

Aku terdiam. Om Taeil benar. Keluargaku dan Joy tidak akan berhenti sampai disini. Wartawan yang tidak berkeliaran sejak konferensi pers saja sudah membuatku curiga. Pasti ada sesuatu.

"Om benar," ujarku. Om Taeil langsung mengangguk semangat.

"Makanya, lebih baikㅡ"

"Dan cuma aku yang bisa mengatasinya. Mengakhiri semuanya bukan jalan keluar."

"Tapi Doyoungㅡ"

"Rena biar jadi tanggung jawabku. Om Taeil jangan khawatir. Cukup bantu aku."


Saya di depan.

Aku menatap rumah Rena yang terlihat sederhana itu. Disini sepi, tidak ada satupun wartawan yang datang. Aku lega sekaligus curiga. Ini tidak beres.

Ponselku bergetar beberapa menit kemudian.

Ren
Bapak serius jemput saya?

Aku mengernyit. Anak ini pikun atau bodoh sih?

Cepat.

Ren
Iya bawel😝

"Bawel? Nggak salah?" gumamku. Aku menatap pesan dari Rena lalu membuka kontaknya.

Anda yakin mengubah Rena menjadi Bawel?

Ya.

"Dasar bawel," gerutuku. Ya kan? Aku tidak bawel. Dia yang bawel.

"Pak Doyoung!"

Nah kan, aku bilang apa. Dia yang bawel.

"Salam dulu apa susahnya?"

"Pagi, pak Doyoung," katanya lebih lembut, kali ini sambil memasang sabuk pengamannya. Aku menggeleng heran.

"Jangan panggil pak. Saya bukan bapak kamu."

"Tapi bapak bos saya," elaknya.

Kalian masih ingat kan aku menyuruhnya untuk memanggilku apa? Aku heran, kenapa daya ingat perempuan ini sangat buruk?

"Ini di luar kantor."

"Terus?"

"Panggilnya kakak, bawel!" kesalku. "Bagaimana orang-orang percaya dengan hubungan kita kalau kamu masih panggil saya bapak?"

Rena mengerjap polos, masih sambil menatapku. "Bapak panggil saya apa?"

"Bawel."

"Bapak yang bawel."

"Saya bukan bapak kamu."

"Saya juga bukan bawel."

Aku memutar bola mataku kesal. Berdebat dengannya membuatku terlambat datang ke kantor. Dasar.

"Biasakan, jangan panggil saya bapak saat di luar kantor."

"Biasakan juga jangan galak-galak, apalagi di depan ceweknya. Nggak ada cowok bentak-bentak pacarnya. Nanti orang-orang nggak percaya sama akting kita."

Om Doyoung✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang