Di tengah keramaian kota duduk seorang wanita yang tengah asyik membaca buku sambil menunggu damri yang biasa ia tumpangi untuk berangkat menimba ilmu. Belakangan ini buku menjadi candu untuknya, mengingat kembali impian utama wanita itu dalam hidupnya yang kemudian menghantarkan ia hari ini memilih berkuliah di kampus pendidikan.
Hmm bangku yang mana yang kosong
"Silahkan Dek, sebelah sini." Tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menawarkan kursinya.
"Terimakasih, Pak." Ucapnya penuh kelembutan.
"Apakah saya setua itu sehingga kamu memangil saya 'Pak'?"
"Ah iya. Mohon maaf, Kak. Rasanya lebih sopan jika memanggil bapak. Karena anda terlihat seperti sudah bekerja." Jelasnya dengan sangat ramah dan penuh kehati-hatian.
Lelaki itu memperhatikannya dengan seksama dan mendapati sebuah gawai yang tertempel kartu mahasiswa disana.
"Oh mahasiswa UPI?" Tanyanya.
"Iya betul. Saya semester akhir di UPI." Merasa risih karena lelaki itu terus mengajaknya berbicara.
"Saya punya beberapa mantan mahasiswa UPI." Ucapnya dengan tenang sambil melihat ke arah lain.
Pardon me? Bukankah ia baru saja menceritakan kehidupan pribadinya. Apakah lelaki ini ingin menunjukkan padaku bahwa ia adalah lelaki yang dipuja banyak wanita?
"Kenapa kamu menatap saya seperti itu? Kamu tenang saja. Itu sebelum saya berislam. Saya sudah taubat sekarang dan sudah menikah." Lalu ia menunjukan cincin yang melingkar di jari manisnya.
"Oh begitu." Ia berusaha menutup pembicaraan.
Ternyata ia seorang mualaf. Sebenarnya ia mulai tertarik dengan kemualafannya. Namun bercakap dengan lelaki yang baru saja dikenal bukanlah hal yang biasa ia lakukan.
Sisa perjalanan ia habiskan dengan membaca buku "The Perfect Muslimah". Bacaan yang mungkin terlambat untuk ia baca. Sudah lama ia tidak menyisihkan waktu untuk asupan otaknya dengan membaca buku. Dan sesekali lelaki itu mengajaknya berbicara namun dijawab singkat namun sopan oleh wanita itu.
Hmm menarik pikir lelaki itu
"Saya duluan ya, Adik. Sangat berharap jumpa lagi. Saya yakin kita akan jumpa lagi. Good bye, Adik. Jangan kangen aku."
Ya Allah zaman sekarang lelaki beristri masih aja centilan wanita lain. Astaghfirullah
____________________
Sudah revisi, boleh minta feedback nya yaa kawan-kawan :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Koko Mualaf
Romance"Bagaimana kamu bisa membahagiakan anak saya?" Tanya ayahku dengan suara yang hmmm seram. "Saya akan mengasihinya setiap waktu yang saya punya selama nafas saya masih berhembus." jawab Kak lelaki itu mantap "Anak saya tidak butuh wajahmu yang tampan...