Bagian 35

1.2K 85 1
                                    

Bandung

"Welcome, every body. How are you, dear?" Ucap Fathimah ke para peserta didiknya.

"Hai, Miss. We're fine. I love you." Ucap anak-anak kompak

"Love you, too. We will study about a circle. What is definition of circle?"

"Circle is a circular line."

"Ah nice. Other answer?"

"Circle is like my eyes, Miss."

"Ah great. Other answer?"

"Like this rubber, miss." Ucap salah satu anak laki-laki kemudian melempar karet tersebut ke sembarang sehingga mengenai seorang perempuan.

"What do you mean, axel?" Ucap perempuan itu garang. Dan axel hanya menjulurkan lidah meledak.

"Oh stop it, dear. Maria, what is circle, Maria?" Tanya Fathimah

"Circle is a round plane figure, Miss. whose boundary consists of points equidistant from a fixed point." Jawab Maria.

"Exactly. Great, dear."

Ya Fathimah mengajar di salah satu sekolah islam internasional di Bandung. Ia mengajar matematika kepada siswa SMP. Sesuai mimpi lamanya, menjadi istri solihah dan menjadi seorang guru. Sesekali Fathimah juga membantu Abinya Hamas mengajar mahasiswa di kampusnya. Pernah Fathimah ditawari menjadi dosen tetap di kampus Abinya Hamas namun Fathimah menolak.

"Kebahagiaanku ketika aku dikelilingi anak-anak, Abi." Jelas Fathimah.

Fathimah biasa pulang di sore hari. Perjalanan yang membutuhkan waktu satu jam karena biasanya jam sore adalah jam macet orang-orang pulang dari kantor.

"Hello Anggito. Rajin sekali kamu sore-sore mencuci mobil. Mau malam mingguan ya?" Tanya Fathimah ketika sampai di halaman rumahnya.

"Iya, Kak. Mau malam mingguan di Al-Lathif ada kajian Ustad Hanan Attaki. Ayok ikut." Ajak Anggito.

"Dengan senang hati, Anggito. Kakak istirahat lalu siap-siap dulu, capek." Ucap Fathima.

Tanpa diduga ketika ia masuk ke ruang tamu ada beberapa orang yang ia kenali.

"Mami? Maminya Kak Ar kan? Ah senang sekali akhirnya bisa bertemu Mami. Sama siapa kesini, Mam?" Ucapnya. Fathimah teringat dengan foto wanita cantik ini yang pernah dikirimkan Kak Ahmad ke ponselnya ketika mereka masih dalam masa taaruf.

"Assalamu'alaikum, Fathi." Ucap Arshlan dengan senyum khas nya.

"Duduk dulu, Nak. Sini di samping Ayah." Ucap ayahnya.

"Wa..wa'alaikumussalam. Iya, Yah." Jawab Fathimah gugup. Fathimah berpikir ada yang tidak beres disini.

"Saya datang kesini untuk kembali melamarmu, Fathi." Ucap Arshlan dengan mantap namun terlihat pandangannya yang lebih menjaga.

"Sa..Saya.." Ucap Fathimah berat.

"Saya akan berusaha membuatmu mencintaiku, Fathi. Dan aku menerima segala perasaan yang masih kau taruh di hati yang lain." Ucap Arshlan mantap.

"Mami sampai bingung, Fathi. Setelah mami tau kamu sudah menikah, Mami selalu mengenalkan dia dengan muslimah anak teman mami. Dia bilang 'nanti mami setelah ku selesaikan semua targetku baru ku memikirkan wanita kembali' Mami sampai kesal. Tapi ternyata hatinya masih tertaut denganmu, Fathi." Ucap maminya.

"Dia ini, Ra. Belajar Ekonomi Syariah di Tazkia dan pendidikan agama islam di UNJ. Dia mengambil S2. Dan dia juga hampir menyelesaikan hafalan AlQurannya." Ucap ayahnya.

Fathimah kaget dengan kegiatan yang selama ini Arshlan lakukan. Dia benar-benar ingin menjadi muslim yang kaffah.

"Tentu semua itu bukan karenamu, Fathiku. Awalnya dia mau mendatangimu ketika sudah menyelesaikan hafalannya. Tapi aku memaksanya, nanti Fathi keburu dikhitbah orang lagi. Dan dia tiba-tiba panik dan langsung menelepon mami papi untuk segera ke rumahmu. Hahaha" Ucap Ahmad yang ikut mengantar adiknya untuk melamar Fathimah.

"Mas Hamas masih terasa sangat dekat." Ucap Fathimah melemah.

"Ia tidak akan bisa dihilangkan, Fathi. Sungguh ia lelaki yang baik. Siapapun yang pernah mengenalnya akan sulit menghapus kenangan bersamanya. Ia tidak perlu dihilangkan, Fathi. Ia akan tetap tertanam dalam hatimu. Namun kamu juga bisa mulai membuka pintu di tempat yang baru, Fathi. Izinkan aku bertetangga dengan Hamas di hatimu." Ucap Arshlan.

Fathimah menatap ayah dan ibunya.

"Bismillahirrahmanirrahim..."


Koko MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang