Bagian 37

1.1K 76 1
                                    

Arshlan kemudian mengajak Fathinya kembali ke kamar mereka. Raihan mendudukkan istrinya di ujung tempat tidur. Ia mengusap matanya, lalu hidungnya. Sekilas Fathi mengenang sentuhan-sentuhan yang Hamas lakukan padanya persis seperti yang dilakukan Arshlan.

"Boleh aku membuka kerudungmu, Fathi?" Tanya nya.

"Kita solat dulu ya, Kak. Solat isya dan solat sunnah dua rakaat." Ucap Fathimah malu.

Akhirnya mereka membersihkan diri, mengganti pakaian dan menunaikan solat isya. Setelah solat isya mereka bershalawat bersama. Dan muroja'ah surah ar-rahman bersama.

"Kita solat sunnah dua rakaat ya." Ucap Arshlan sambil memegang ubun-ubunnya.

Mereka pun solat. Setelah solat Fathimah langsung membereskan bekas solatnya dan Arshlan. Ia ke dapur terlebih dahulu dan membawakan air minum khawatir malam nanti mereka kehausan.

"Sini istriku. Duduk di sampingku." Panggil Arshlan. Fathi pun langsung menurut.

"Kenapa Kakak ambil S2 lagi? Gelarmu panjang sekali dong sekarang, Kak?" Tanya Fathimah penasaran.

"Belajar dari kajian memang bagus, Fathi. Tapi lebih bagus lagi jika belajarnya lebih komprehensif. Langsung dari para profesor dan buku sumber terpercaya. Kakak juga bergerak di bidang bisnis, jadi kakak harus pelajari ekonomi islam supaya harta kakak terjaga. Kakak tidak mau beri makan anak istri dari uang yang tidak halal. Dan setiap pemasukan diinfakan dulu 5% sebelum digunakan kembali." Ucap Arshlan.

"Hei, itu kan pengaturan keuangan rumah tanggaku." Ucap Fathimah tak terima. Arshlan malah semankin mendekapnya.

"Aku coba menerapkannya, Fathi. Dan sekarang kamu bantu kakak mengatur keuangan bisnis dan rumah tangga, ya? Master of Science di bidang keuangan kan?"

"Siap, kak. Tapi izinkan aku tetap mengajar, Kak."

"Sure, Fathi. Selama kamu belum mengandung anak kembarku"

"Kembar?" Tanya Fathi kaget.

"Pasti Fathi. Kemungkinannya 80%. Keluargaku kebanyakan kembar, Fathi. Bukankah kamu ingin punya anak kembar? Siapkan rahimmu untuk melahirkan banyak anakku, Fathi. Jadikan mereka para mujahid dakwah." Ucapnya sambil mengelus perutku.

"Ayok kita tidur, kamu pasti lelah." Ucap Arshlan

Di pagi hari

"Pagi istriku. Siap-siap solat subuh yuk. Kita harus mandi dulu." Ucap Arshlan sambil mengecup keningku. Fathimah langsung bangkit dari tidurnya dan berjalan sangat perlahan.

Arshlan menaikan satu alisnya pertanda bingung, kemudian menggendong istrinya ke kamar mandi.

"Mau mandi bareng atau gantian?" Tanya Arshlan.

"Terserah" jawab Fathimah.

"Aku mandiin kamu, baru aku mandi."

Setelah Arshlan selesai mandi, seprei di kasurnya sudah ganti dengan yang baru. Dan melihat Fathi sedang membaca Al-Quran.

"Tahajud yuk. Masih sempat." Ajak Arshlan yang langsung mengenakan baju kokoh yang sudah Fathimah siapkan.

Fathi menjadi makmum dalam solatnya. Ini pertama kalinya ia diimami solat tahajud oleh suaminya. Karena mengingat Hamas belum sempat mengimami solat tahajud Fathimah.

"Terimakasih, Kak. Rara bahagia. Pertama kalinya Rara solat tahajud diimami oleh suami Rara." Ucap Fathimah tertunduk.

"Iya, De. Semoga kita bisa lakukan ini setiap hari yak. Oia, De. Maaf ingin bertanya aga sensitif tapi kakak penasaran. Adek bilang ini pertama kalinya diimami oleh suami. Dan melihatmu kesakitan saat berjalan. Apakah karena kamu sudah lama.." Belum selesai Arshlan berbicara, Fathimah langsung memotong karena paham kemana arah pertanyaannya.

"Tidak, Kak. Kakak yang pertama." Ucap Fathimah yang membuat Arshlan terkaget-kaget.

"Tepat maghrib di hari pernikahan Rara haid, Kak. Saat Rara belum suci, Mas Hamas sudah harus segera ke Beijing. Ketika Rara menyusulnya ke Beijing, di waktu isya Rara haid juga, Kak. Dan di hari suci Rara, Mas Hamas harus pergi ke Taiwan untuk penelitian." Jelas Fathimah.

"Maaf jika pertanyaan kakak megusikmu. Terimakasih yaa sudah beri kakak kebahagiaan. Ini adalah takdir dari Allah, Ra. Dengan siapapun yang penting diridhai Allah, bukan? Dan itu menjadi salah satu kebahagiaan Kakak. Terimakasih." Jawabnya sambil mengecup keningku.

"Sepertinya kakak harus segera ke masjid. Tunggu kakak di rumah yaa."

Fathimah pun mengantarkan Arshlan sampai pintu depan rumah. Memang laki-laki kewajibannya solat subuh di masjid walaupun ada istri yang ingin diimami di rumah.

"Bi..Bi Lastri. Ayok kita solat subuh berjamaah, Bi." Panggil Fathimah

Walaupun Fathimah solat di rumah dan suaminya di masjid, Fathimah masih bisa dapatkan keutamaan solat berjamaah dengan mengajak para asisten rumah tangganya solat bersama. Bukankah ini salah satu bentuk dakwah juga?

Sepulang dari masjid, Arshlan langsung siap-siap untuk perjalanan ke Lombok.

"Mau kemana, Kak?" Tanya Fathimah

"Kakak harus cek kafe kakak yang di Lombok. Nanti malam kakak pulang." Ucapnya.

"Kaaaakkkk." Fathimah masih trauma dengan kepergian suami.

"Kenapa, sayang?"

"Tapi kakak beneran pulang kan nanti malam? Kakak pasti balik lagi ke Rara, kan?" Tanyanya. Arshlan sadar. Ada trauma di diri Fathimah yang membuatnya sulit berlepas dengan suaminya.

"Hei. Tentu saja kakak akan pulang." Jawabnya

"Janji ya kak? Kakak tidak akan tinggalkan Rara? Rara janji akan doakan kakak selama kakak ada di luar rumah." Ucap Fathimah. Dia ingat pesan Hamas untuk terus doakan suami ketika ia melangkah keluar rumah.

"Janji. Kakak pergi yaa. Asslamu'alaikum, sayang." Ucapnya

"Ya Allah, jagalah suami hamba Ya Allah. Berikanlah keberkahan rizki padanya. Hiks.. Hiks.." Doa Fathimah sambil menangis mengingat kejadian Hamas dulu.

"Ayok Ra siap-siap. Pak Jaka bilang masih ada sisa satu tiket pesawat tepat disamping Kakak. Sekalian kita honeymoon beberapa hari disana." Ucap Arshlan yang tiba-tiba muncul lagi di balik pintu.

"Benarkah?" Tanyanya

"Sure. Mana tega kakak tinggalkan istri kakak dalam keadaan menangis begini." Ucapnya.

Mereka langsung berkemas untuk honeymoon di Lombok selama tiga hari. Karena Fathimah hanya diberi jatah libur menikah dari sekolah satu munggu.

Koko MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang