Bagian 14

1.1K 100 0
                                    

"Jadi apa yang membamu kesini, Nak Ar?" Tanya ayahku.

Posisi kami saat ini sudah berada di ruang tamu. Tentunya aku sudah segar mengenakan pakaian yang layak untuk menyambut tamu istimewa. Aku duduk diapit ayah dan ibu.

"Saya ingin bersilaturahmi saja, Pak. Ingin lebih mengenal anak bapak beserta keluarganya." Jawab Ray mantap.

"Oh baik. Lalu?" Ayah mulai mengeluarkan jurusnya. Ku kira ayah bisa menerima kedua tamu ini dengan baik karena ku lihat ayah terkesan ramah kepada mereka ketika di teras tadi.

"Ehm ehm, Saya ucapkan terimakasih Pak karena bapak dan anak bapak mau menerima saya." Ucap Kak Arslan sedikit ragu.

"Siapa bilang saya sudah menerimamu? Belum saja satu jam kita berkenalan. Mana mungkin saya berani menerimamu." Jawab ayah dengan tegas. Aku pun ikut tegang mendengar ucapan ayah.

"Iya, Pak. Maksud saya sudah mau menerima saya bertamu di rumah ini." Jawab Kak Arslan dengan tenang.

"Nah begitu dong. Yang jelas. Iya sama-sama. Mengapa kamu baru datang hari ini? Kemana saja kamu selama ini? Terlalu lama anak saya menunggumu. Apa kamu tidak memikirkan bagaimana perasaannya? Serius tidak kamu dengan anak saya?" Pertanyaan bertubi-tubi dari ayah. Skak. Ayah sangat mewakili apa yangmenjadi keresahanku akhir-akhir ini. Ya ayah memang paling tahu tentang diriku.

"Maafkan saya, Pak. Saya paham bahwa anak bapak adalah muslimah yang istimewa, Pak. Saya malu bertemu dengannya jika bahasa indonesia saya belum baik dan keislaman saya belum baik. Saya sangat serius dengan anak bapak." Ucap Kak Arslan dengan mantap.

"Bagaimana kamu bisa membahagiakan anak saya?" Tanya ayahku dengan suara yang hmmm seram.

"Saya akan mengasihinya setiap waktu yang saya punya selama nafas saya masih berhembus." jawab Kak Arslan mantap

"Anak saya tidak butuh wajahmu yang tampan atau hartamu yang limpah ruah. Ia butuh bimbingan seorang lelaki soleh yang bisa sama-sama hantarkan ia ke surga. Bagaimana kamu bisa membimbing anak saya jika ilmu agamamu saja masih terbilang baru?" Oh tidak ayahku sudah terlalu kasar menurutku. Tapi aku yakin inilah cara ayahku menguji setiap lelaki yang datang ke rumah untuk melamarku.

"Mungkin saya belum menjadi lelaki soleh seperti keinginan bapak. Tapi saya bersungguh-sungguh dalam berislam karena Allah dan bersama anak bapak saya merasa bisa lebih dekat dengan Allah. Saya tidak akan berhenti untuk terus belajar dengan giat supaya saya bisa menjadi imam yang baik untuk anak bapak. Bapak, saya tidak menjanjikan harta yang melimpah kepada anak bapak. Ini semua hanyalah titipan Allah melalui saya, Bapak." Jawab Kak Arslan mantap namun terlihat cahaya di wajahnya mulai pudar mendengar keinginan seorang lelaki soleh seperti keinginan ayahku.

"Rara, apakah kamu menerimanya?" pertanyaan sulit itupun akhirnya ayah tanyakan kepadaku.

"Ayah, bukankah ia datang kesini sekedar bersilaturahim, Ayah. Bukan untuk melamarku, Ayah." Jawabku

"Sudah terlalu lama ia tidak memberi kejelasan, Ra. Mari kita perjelas saja sekarang ini, supaya tidak ada lagi pihak yang saling menunggu kabar." Ucap ayahku yang ku tahu ia menyindir Kak Arslan.

"Fathi, jika berkenan, aku akan langsung melamarmu hari ini." Katanya menatapku lekat.

"Tolong jaga pandanganmu!" Ucapku dengan tegas dan ia langsung menundukkan pandangannya.

"Ar, mengapa jadi hari ini? Kita belum siapkan apa-apa." Ucap Kak Ahmad yang ternyata kaget juga mendengar perkataannya.

"Tidak apa koko. Aku sudah sangat yakin dengan Fathi hanya dengan melihatnya begini saja." Ucapnya kepada Kak Ahmad pelan tapi aku dapat mendengarnya.

"Anggito, kesini Nak." Aku bingung mengapa ayah memanggil adikku.

"Kamu temani kakakmu ini dengan calonnya ngobrol di taman komplek. Biarkan mereka saling mengenal secara langsung terlebih dahulu." Aku dikagetkan dengan keputusan sepihak Ayah. "Nak Ahmad tetap disini saja. Mungkin kita bisa obrolkan hal lain. Silahkan kalian." Aku menatap ayah tidak terima. Tapi ayah menyurung-nyurungku.

Lelaki itu berdiri dan mempersilahkan aku duluan ke luar. Ah sopan sekali.

Koko MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang