Bagian 27

991 70 1
                                    

"Hello, honey. How are you babby? I really miss you."sapa Sarah.

^^I miss you, too. Have you come to Hamas's home and meet his wife?^^ terdengar nada gemetar dari si lawan bicara.

"Sure. She is beside me. We are in mosque." Sarah mencoba tetap tenang

^^Oh, poor baby.^^ Nada lawan bicaranya melemah.

"What's wrong?" Sarah mulai meninggi khawatir.

^^It's an accident here, baby.^^ Terdengar panik di ujung sana. Sarah khawatir jika ini tentang Hamas. Karena suaminya baru saja menanyakan Fathimah.

"Who?" tanya Fathima kepada Sarah

"My husband." jawab Sarah.

"What's wrong baby. Please tell me." Nada Sarah lebih meninggi geram.

^^Hamas kecelakaan, sayang. Para peneliti kehabisan oksigen di bawah tanah. Dan Hamas...^^ omongannya terpotong membuat Sarah geram.

"Hamas kenapa?" tanya Sarah berteriak. Terlihat ekspresi kaget dari Fathimah mendengar nama suaminya disebut-sebut.

^^Hamas memberikan tabung oksigennya kepada yang lain sehingga ia tidak bisa bernafas. Ia masih tertinggal di bawah tanah.^^ Ucapnya dengan sesak.

"Astaghfirullahaladzim." Sarah langsung tersungkur duduk di lantai.

"Mas Hamas kenapa, Sarah? Mas Hamas kenapa?" Fathimah panik melihat ekspresi Sarah.

^^Kami sedang berusaha menjemputnya, sayang. Tolong kirimkan doa selalu untuk Hamas. Aku matikan dulu ya, sayang.^^ Air mata pun keluar tak henti dari mata Sarah. Baru saja ia mendegar kisah romantic Fathima bersama Hamas, dan menemukan ikatan cinta yang kuat diantara mereka.

"Kamu tenang Fathimah. Hamas pasti tidak kenapa-kenapa." Sarah mencoba menenangkan Fathimah.

"Jelaskan kepadaku, Mas Hamas kenapa?!" Fathima sedikit meninggi memohon penjelasan.

"Mas Hamas dan para peneliti kehabisan oksigen di bawah tanah. Dan Mas Hamas memberikan sisa oksigennya kepada peneliti lain. Mas Hamas tertinggal di bawah tanah. Sekarang tim sedang mencoba mencari Mas Hamas ke bawah tanah." Jelas Sarah berusaha tenang di tengah air matanya.

"Mas Hamas. Mas Hamas." Fathimah ikut melemas.

"Sekarang kita doakan dia. Semoga ia bisa bertahan dan ditemukan dalam keadaan baik-baik saja." Sarah memegang pundak Fathimah mencoba untuk menenangkannya.

"Aku tidak boleh menangis. Mas Hamas tidak suka aku menangis. Mas Hamas hanya ingin aku terus mendoakannya ketika ia di luar rumah."

Fathimah terus berdoa untuk keselamatan Hamas. Fathimah terus membacakan doa rabithah untuk Hamas dan terus memanggil namanya.

"Aku mebutuhkanmu, Mas. Jangan tinggalkan aku." Ucap Fathimah lirih

Ditempat lain

Praangg

Astaghfirullahadzim..

"Kenapa, Mi?" Tanya abinya yang panik mendengar pecahan kaca.

"Entahlah Bi, tiba-tiba foto Hamas jatuh. Padahal angin tidak terlalu besar." Uminya panik. Ia berpikir hal buruk apa yang akan terjadi.

"Ada cicak lewat mungkin, Mi." Abinya berusaha menenangkan walaupun ia pun merasakan ada yang tidak beres.

"Telepon Hamas, Bi. Cepat telepon Hamas." ucap Maminya

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif"

"Ga aktif, Mi." Ucap abinya cepat.

"Rara Rara. Cepat hubungi Rara." Abinya segera mencari kontak menantunya dan Alhamdulillah tersambung.

"Assalamu'alaikum, Rara." Sapa abinya dengan perlahan.

^^Wa'alaikumussalam, Bi. Hiks.. Hiks..^^ Abinya khawatir. Apa yang sebenarnya terjadi. Ia langsung laudspeaker gawainya supaya istrinya dapat ikut mendengar.

"Astaghfirullah kamu kenapa, Raa?" Ucap Abinya Hamas.

^^Abii.. Hiks.. Hiks..^^ yang disana malah hanya balas menangis.

"Rara ada apa, Ra? Mana Suamimu, Hamas?" Nada umi meninggi mendengar menantunya hanya menangis.

^^Umiii.. Hiks.. Mas Hamas, Umi... Hiks..^^ Kemudian terdengar HPnya terjatuh kemudian ada yang mengambilnya.

^^Hello, Umi. I'm Sarah. Suami saya sedang tugas penelitian bersama Mas Hamas di Taiwan. Mereka berangkat tiga hari yang lalu dan rencana pulang malam ini. Tapi tadi pagi ada kecelakaan. Tim peneliti kehabisan oksigen dan Mas Hamas.. Mas Hamas menyerahkan tabung oksigennya ke peneliti lain. Sekarang Mas Hamas masih ada di bawah tanah. Tim sedang berusaha menolong Mas Hamas, Umi. Fathimah terlalu lemah untuk bercerita, Umi. Mohon doakan terus Umi mudah-mudahan Mas Hamas ditemukan dalam keadaan baik-baik saja.^^ jelas Sarah.

"Abii. Anak kita, Bi." Jerit umi.

"Sarah, kapan suamimu memberimu kabar ini?" Abinya bertanya untuk menimbang-nimbang penerbangan ke Taiwan.

^^Satu jam yang lalu, Pak. Kebetulan Fathimah sedang bersama saya di masjid kota di Beijing.^^ ucapnya.

"Tolong kabari kami jika ada kabar dari Taiwan. Dan tolong jaga menantu kami, Sarah. Kami akan ambil penerbangan tercepat ke Taiwan."

^^Sure, Sir.^^ Abinya Hamas langsung mematikan panggilannya kemudian menenangkan istrinya.

"Umi tenang ya, Umii. Kita doakan Hamas, Mii. Umi terus dzikir yaaa minta pertolongan sama Allah. Abi siapkan penerbangan tercepat ke Taiwan dan kemasi barang-barang. Umi istirahat sambil terus dzikir." Umi Hamas mengangguk paham apa yang dikatakan suaminya.

Koko MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang