Bagian 10

1.1K 105 2
                                    


"How about this photo, Mam? It is good, Mam? Am i handsome in this photo?"tanya Arslan dengan riang pada maminya.

"Great. You are always handsome, Ar. Kamu memiliki kontak, Fathi?"

Satu hal lagi yang Arslan lupakan. Bahwa ia belum memiliki kontaknya. Sehingga ia bermaksud menitipkan pesan melalui kokonya saja.

"Aku akan titipkan melalui Ko Ahmad saja, Mam." Jawabnya sedikit melemas.

"Oh tidak apa-apa, Ar. Bukankah memang Fathi menjaga dirinya darimu sebelum kamu menjadi suaminya? Pilihan yang baik jika kamu cukup menitipkan lewat kokomu saja. Sampaikan salam kami pada Fathi. Tidak sabar kami ingin berjumpa." Ucap Papinya.

<Assalamu'alaikum, Fathi. Perkenalkan saya Arslan Nam dan saya sedang pertimbangkan untuk dapat nama muslim saya. Mohon maaf saya tidak menghubungimu langsung. Saya sangat malu. Trimakasih Fathi mau menerima saya untuk mengenalmu lebih jauh menuju pernikahan. Saya sangat bahagia dengan keislaman saya dan ketika tadi pagi I read some messagges from Ko Ahmad. He sent it five days ago and i just read it.>

<Trimakasih sudah mau menerima kekurangan saya, orang lain jauhi, tapi Fathi coba terima. Mohon bersabar jika berkenan. I will come to you as a best man. Saya berusaha menjadi istimewa untuk menemui muslimah istimewa. Soon, i will come to your home and meet your father. Trimakasih jika Fathi mau sabar menunggu.>

<Itu gambaran kebahagiaan saya pagi ini. Take by Mami and Papi. Mereka berpesan salam tidak sabar ingin bertemu calon menantunya. Wassalamu'alaikum.>

<Koko, saya minta tolong kirimkan text di atas untuk Fathi. Sampaikan permohonan maaf jika bahasa indonesia saya masih belum baik sangat. Terimakasih, Koko.>

Arslan mengambil napas dalam setelah mengirimkan pesan itu kepada Ahmad. Rona merah muncul di pipinya membuat kedua orangtuanya gemas melihat anaknya salah tingkah.

"Bagaimana jika ia bertemu dengan Fathi langsung, Mam?" Bisik Papinya Arslan.

"Biarkanlah, Pap. Setidaknya respon itu bukan karena kelainannya. Tapi karena banyaknya bunga yang bermekaran di sekitarnya." Balas Maminya.

Satu hal lagi yang Arslan khawatirkan. Bagaimana jika ketika Arslan bertemu dengannya, kelainannya akan muncul di hadapan gadis itu yang membuat gadis itu tidak mau lagi bertemu dengannya. Arslan kemudian mengacak-acak rambutnya frustasi. Astaghfirullahaladzim Astaghfirullahaladzim. Sekarang ia punya senjata untuk menenangkan dirinya.

Ia pun bergegas kembali ke rumah berniat untuk tunaikan shalat dhuha dan istikharah. Arslan meminta ustad untuk ajarkan ia shalat istikharah. Ustad berpesan agar Arslan tunaikan shalat istikharah ketika sudah mengetahui muslimah yang dikenalkan oleh Ahmad.

<Wa'alaikumussalam. Iya, sama² Kak Ar. Ahlan wa sahlan in Islam, Kak. Semoga istiqomah habiskan sisa waktu untuk berislam.>

<Kak Ahmad sudah banyak bercerita tentangmu. Saya tau kelainan yang ada pada kakak. Mari kita berusaha untuk bisa bertemu dan menyamankan diri. Mari kita berkenalan secara langsung.>

<Saya akan bersabar, Kak. Silahkan kakak perdalam islam terlebih dahulu supaya menjadi muslim yang soleh. Walaupun mohon maaf saya tidak dapat menunggu kakak dalam waktu yang lama. Mohon kakak mengerti.>

<Sampaikan salam hangat saya untuk Mami dan Papi, Kak. Orangtua saya sudah merestui saya untuk bertaaruf denganmu. Mereka memintamu untuk segera menemui mereka, mengenalmu secara langsung. Kami tunggu di rumah.>

Tiba-tiba balasan pesan itu muncul di HP Arslan dari Ahmad. Ternyata jawaban dari Fathi. Senyumnya pun kembali merekah. Ia tak sabar ingin segera banyak mempelajari ilmu agama supaya ia tidak malu ketika nanti ia harus menemui orangtuanya. Dan menyembuhkan kelainan nya ini.


Koko MualafTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang