Tertawa bahagia inilah yang aku inginkan. Seakan semua bebanku telah lepas dan berakhir sampai disini. Aku masih tetap disini dan didampingi oleh Kak Tito .
" Gimana kamu sudah mendingankan dik ? Mau jalan sama Kakak ? sekalian kita beli makan hari ini diluar Kota . Habis itu kita beli cemilan ke mall gimana mau enggak ?" Tanya Kak Tito
"Serius ? boleh tuh. Tapi emang uang kakak nggak kenapa nih baru habis kerja jauh sudah ajak Ira keliling . Apalagi Ira bukan adik kandung Kakak kan ? Ira nggak enak sama Om dan Tante" Jawabku
"Heii.. Kamu itu adik Kak Tito ingat kita saudara sepupu bertujuh kan? Apa komitmen kita ? Gimana pun kejadian apapun kita bakalan saling tolongin saling lindungin . Masih ingat kan?Selagi buat kamu bahagia uang bisa dicari tapi kebahagiaan dan senyum kamu nggak bisa Kakak atau keluarga kita beli iya kan ?" Sahut Kak Tito
"Iya sih ,maaf Kak gara-gara Ira Kakak jadi jauh-jauh dari Jepang ke Indo cuman buat nyarik Ira dan jagain Ira disini" Jawabku sambil menundukkan kepalaku
"Harusnya Kakak yang minta maaf nggak bisa jagain kamu dan kamu malahan jadi uring-uringan dan membangkan karna Kakak nggak disini . Itu kenapa Kakak balik kesini demi jagain kamu disini. Kakak nggak mau kehilangan Adik yang paling bijak yang Kakak punya " Sahut Kak Tito sembari mengambilkan bajuku dilemari.
"Iya Terimakasih banyak , Kakak sudah selalu jadi Kakaknya Ira walau Ira nggak ada Kakak tapi Kak Tito selalu bisa dampingin Ira" Jawabku sembari tanganku mengambil baju yang dipilihkan Kak Tito.
"Iya ganti baju dulu gih , cepetan jangan lama pake dandan ya ?" Sahut Kak Tito sembari berjalan keluar kamarku.
Aku menutup pintu kamarku dan bergegas ganti baju. Kami pun berangkat lebih awal agar pulang tidak sampai larut malam. Tertawa bahagia dan terlepas dari semua beban yang ada dikepalaku itulah yang aku rasakan saat ini walau hanya sementara.
-------------------------------------------
Selepas jalan-jalan aku langsung mandi dan mempersiapkan diri untuk sekolah besok. Aku sudah ijin sekitar 1 minggu dan sebelum kesekolah aku harus menerima kenyataan bahwa aku masih dijauhi oleh teman-temanku. Aku memutuskan untuk mengubah sikapku pelan-pelan dan benar-benar ingin berubah. Aku pun tidur dan mencoba untuk berfikiran positif....
Kring!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!! ( Jam wakerku berbunyi )
Aku bangun dengan harapan sekolah hari ini menyenangkan. Bersiap dan Kak Tito sudah stay teras rumah menunggu dan mengantarku kesekolah untuk bertemu dan minta maaf karena aku ijin 1 minggu.
Dalam perjalanan Kak Tito sempat bertanya padaku.
"Dik ? Kamu hari ini siap ya ? Buka lembaran baru dari awal dan anggap semua itu hanya mimpi dan kamu sekarang terbangun dari mimpimu" Kata Kak Tito"Iya siap walau sebenarnya belum siap juga sih . Tapi Ira yang mulai Ira juga yang harus mengakhiri kan ?" Sahutku dengan menarik nafas panjang
"Pintar itulah Ira sekarang yang Kakak kenal . Mulai dari nol dan berjanjilah jika ada yang macam-macam denganmu Kak Tito didepanmu" Kata Kak Tito
Aku menganggukkan kepala dan tersenyum.
-------------------------
Sampai disekolah kami bergegas keRuang Guru untuk menemui Wali Kelasku. Meminta maaf dan langsung kembali ke Kelas dengan Kak Tito yang mengantarku sampai kedalam kelas.
Aku masuk keRuang kelas dan ternyata ekpentasiku berbeda dengan realita. Aku disapa dikelas dengan semua senyuman dari teman-temanku.
"Selamat pagi Kierra" Semua serempak menyapakuAku menoleh Kak Tito dan tersenyum. Kak Tito juga tersenyum dan bilang "Go semangat ya nanti siang Kakak jemput jam 2:30 " Aku hanya mengangguk lalu masuk kelas.
"Selamat pagi juga" Lalu duduk disebelah Tami sambil tersenyum.
Dalam hati aku senang bisa kembali kesini lagi dengan kelas yang baru menurutku dan bisa melihat senyum dari teman-teman bukan melihat tatapan sinis mereka. Satu persatu dari mereka menghampiriku dan memberikanku tugas-tugas yang harus dikerjakan. Walau kelompokku belum bisa menerimaku , Aku tetap berusaha sebaik mungkin untuk menjalaninya sendirian. Tiba-tiba..
"Kierra! Adit pingsan sesak nafas dia mulai kambuh" Teriak teman sebelah kelasku"Aditt??????!!" Lari dengan sekencangnya aku menuruni tangga dengan Abdy melompati 2 anak tangga sekaligus agar cepat sampai dibawah. Adit memang memiliki asma yang begitu parah dan dia adalah salh satu teman satu SMP denganku dan rumahnya juga berdekatan denganku.
"Dy aku belok ke UKS ambil oksigen kamu bawa dia keruang terbuka cepat! " Teriakku sambil mengatur nafas dan aku lari ke UKS. Aku menangis dan berharap Adit baik-baik saja.
Sampai di UKS aku mengambil Oksigen dan inhaler untuk asma. Bergegas aku lari kelantai paling bawah dan aku melihat pacar Adit juga pingsan. Dalam hati aku berkata'Kenapa kondisinya seperti ini ? apa yang terjadi? Aku sadar mereka berdua memiliki asma kenapa disaat bersamaan bisa kumat?' Berfikir dan berusaha membangunkan Adit terlebih dahulu. Tata cara dan proses sudah aku pelajari saat masuk PMI maka dari itu aku harus bertindak pelan-pelan sebelum memutuskan menghubungi Ambulance.
Tarikan nafas panjang dan berdoa akhirnya aku bisa membangunkan Adit dan pacarnya. Keringatku membuat bajuku seperti habis tercuci basah kuyup. Semua senang dan akhirnya tenang karena mereka berdua bisa tersadar pelan-pelan.Akhirnya kita masuk kekelas dan aku membantu pacar Adit bangun dengan perlahan. Sesampai dikelas guru bertanya apa yang terjadi. Satu temanku bercerita dan Guruku pun senang karena kita sebagai tenaga medis bidang kesehatan harus bisa menangani situasi ini dan tidak panik.
-----------------------------
Kring...kring..kring... ( bel pulang berbunyi)"Kierra ? makasi banyak ya sudah menyelamatkan nyawaku ?" Kata Adit perlahan dengan mengatur nafas.
"Iya itu tugasku. Aku ingat Dr.Marvin warga negara asing yang berprofesi dokter dikapal angkatan laut perbatasan Kanada berkata padaku bahwa asma yang parah bisa menyebabkan seseorang meninggal dunia. Harus kerjakan dengan perlahan dari tentu dengan berdoa" Kataku sembari bercerita pengalamanku mengenal Dr.Marvin dari salah satu sosial media.
"Baguslah kamu kenal dokter dan banyak taukan. Tapi kalau tidak ada kamu aku bisa mati tadi" Kata Adit sembari membantuku membereskan buku dan laptopku.
"Iya pengalaman namanya Dit hehe , oya pacarmu Sinta sudah baikan ?" Tanyaku
"Iya aku sudah baikan terimakasih ayo kita pulang " Sambil menarik tangan Adit
"Kamu bilang makasi itu yang bener sama Kierra , jangan setengah-setengah gitu dia kan sudah nolong kamu juga kan ?" Kata Adit sedikit memarahi Sinta pacarnya
"Gila apa Terimakasih gimana lagi ? Aku sudah bilang jangan dekat-dekat dengan orang yang bermasalah disekolah" Kata Sinta.
"Dit pulang aja , aku nggak apa-apa sebentar lagi aku dijemput tidak usah menungguku. Aku tulus nolongin kalian tadi" Jawabku sambil menggendong tasku dan sedikit menghela nafas.
"Denger dia ngomong kan ? sini pulang! Nggak usah ganjen sama dia" Kata Sinta memarahi Adit.
"Kamu kenapa sih ? Dia baik kamu yang sinis yang" Sahut Adit berjalan didepan Sinta.
Aku terdiam saja sembari memikirkan aku hanya menolong mereka dengan tulus tanpa pamrih. Tidak dihargai oleh Sinta itu sudah cukup membuatku tersenyum saja. Aku turun kelantai bawah dan menunggu Kak Tito datang menjemputku.
Sampai lantai bawah. "Kierra sini pulang sama aku ?"
Aku menyipitkan mata dan bertanya dia siapa karena mataku minus dan pengelihatanku tidak sampai sejauh itu. Tiba-tiba aku pusing seperti mau muntah......
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Hope & Karma
Non-Fiction"Ketika harapan dari seorang berbalik menjadi bumerang pembunuh baginya" ------ Kisah tentang bagaimana perjalanan hidup bernama Kierra Prasanthi seorang 'Single Mom' dengan umurnya yang masih sangat terlalu muda dan penuh lika-liku . Sifatnya ber...