Part 21 ( Perasaan yang Bimbang)

835 32 1
                                    

"Kierra keluar " Kata Ayah memanggilku.
Aku keluar ditemanin Kak Tito. Ternyata diteras rumah sudah duduk Andy beserta orang tuanya. Aku terdiam tanpa keluar kata. Setelah duduk disana dan berbincang banyak hal Andy juga mengakui bahwa yang dikandunganku adalah anaknya. Akhirnya keluargaku dengan keluarganya akan menikahkanku dan mencarikan hari baik secepatnya.
'Deg...deg...deg...'  Hatiku semakin lambat berdetak seakan waktuku sudah habis.

--------------------

Setelah lama berbincang dengan keluarga Andy mereka berpamitan untuk pulang dan aku masuk kedalam kamarku.
"Kak Ira ? Aku masuk ya ?" Tanya Adikku yang laki-laki namanya Damas.

"Iya duduk aja nggak apa-apa dik sini"  Jawabku menunjukan tempat didepanku.

"Kak mungkin kita nggak banyak bisa berbincang sama Kakak. Jaga diri Kak Ira disana ya ? Jangan lupa untuk mengabariku" Kata Damas sembari menghapus air matanya

"Hei.. Kakak dekat kok nikahnya. Kamu yang hampirin Kakak disana ya ? " Jawabku tersenyum kecil melihatnya.

"Iya aku main kapan-kapan ya " Kata Damas sambil merapikan mejaku.
Aku tersenyum padanya .
---------------------
Semua orang dirumah ternyata peduli padaku mulai dari aku ngidam sampai kandunganku berusia 4,5 bulan . Aku dibelikan barang , ngidamku terpenuhi asupan nutrisiku terpenuhi. Untuk kedokter pun semua cekatan menghantarkanku bahkan Kak Tito ikut menghantarkanku.

...

Tiba waktunya pernikahan...

Berharap acara sesuai berjalan dengan lancar dan aku tidak komunikasi dengan Andy sama sekali sampai hari pernikahan. Karena aku tidak memiliki alat komunikasi sama sekali.
Berdadan cantik bak Putri kerajaan selama sehari. Perutku pun tidak kelihatan terlalu membesar.  Satu persatu keluargaku berfoto denganku dan sembari menunggu kedatangan keluarga Andy. Aku bingung aku merasa harus senang , harus sedih , atau harus bagaimana.
Tidak lama setelah itu datanglah keluarga Andy yang sudah siap meminangku sebagai bagaian keluarga mereka.
Air mataku mulai menetes. "Ra ngapain nangis ? Sudah cantik kok nangis ?" Tanya Kak Ina.

"Entahlah Kak aku bingung akan sedih akan tertawa atau bagimana aku tidak bisa menjelaskannya" Sambil menatap mata Kak Ina dan air mataku sudah menetes.

"Lahh ee jangan nangis , ini hari bahagiamu. Jika kamu nangis Kak Ina juga nangis. Kamu senyum ya? Kakak akan sempat-sempatin kerumah disana dan nengokin kamu" Jawab Kak Ina sembari mengusap air mataku dengan tisu.

"Iya Kakak makasi banyak sudah selalu ada buat Ira sampai sekarang " Jawabku berusaha tersenyum.

"Iya sayangku . Jangan nangis dan temui Andy diluar jika sudah dipanggil." Sahut Kak Ina sambil tangannya menyuapi makanan kepadaku.
Aku hanya menganggukan kepala. 
-------------------
Akhirnya pernikahan berjalan lancar tanpa hambatan semua tangisan , ucapan selamat dan bahkan semua senyuman setiap keluarga yang datang aku mengingatnya. Tiba saatnya aku bekeluarga dan memilih berhenti dari sekolah karena kondisiku.
Hari ini diberikan handphone baru oleh Ayahku untuk komunikasi jika terjadi apa-apa. 
Malam ini aku tidur dengan suamiku yang sah yaitu Andy Pratama.
Aku masih canggung dan tidak bisa tertidur. Andy pun mulai bertanya banyak hal padaku dia mulai perhatian padaku.Aku tersadar sepertinya Andy mulai berubah sikapnya dan aku mulai senang melihat Andy yang seperti ini. 

Hari demi hari berlalu pas seminggu aku berada dirumah Andy. Aku mulai hapal seluk beluk rumahnya dan mulai hafal seluruh keluarganya. Pelan-pelan tapi pasti aku jalani dan komunikasiku dengan orang tuaku semakin hari semakin terasa singkat dan menjauh.
----------------------
"Ra ambilkan aku makan cepetan " Andy menyuruhku sembari membentakku.

Between Hope & KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang