Part 23 ( Sisi Lain)

1.4K 38 0
                                    

Termenung.. Sendiri.. meratapi apa yang terjadi..
Aku merasa dunia ini tidak adil untuk diriku.
Kesalahan apa yang aku perbuat dahulu sampai sedemikian rupa yang aku dapatkan.
Aku bosan serasa ingin mengakhir semuanya.

--------------------------------------
Andy semakin erat memelukku. Tetapi aku hanya diam dan menangis berusaha untuk tenang dan akhrinya aku melepaskan diri dari pelukkan Andy lalu berbaring diatas tempat tidur. Aku teramat sangat bingung bagaimana caraku menjelaskan kejadian ini Apakah aku harus berbohong? mungkin aku merasa diriku amat sangat gila disini. Tanpa sadar aku memejamkan mata pada sore ini.
Tok...tok..tokk..(Suara ketukan pintu)
"Sayang? Ira bangun nak sudah sore , lekas mandi " Ibu Mertua memanggilku dari balik pintu.

Aku terbangun dan merasa semua badanku sakit sekali. Aku mengucek-ucek mataku dan tersadar lagi mataku lebam dengan bola mata berwarna merah. Aku menarik satu nafas panjang dan melihat Andy sedang bermain ponselnya. Melihat jam dinding ternyata menunjukan pukul 18.30 bergegas aku mengambil handuk dan bersiap untuk mandi.
"Mau kemana sih ?" Tanya Andy tiba-tiba memelukku dari belakang.
Aku diam tanpa kata karna saking kesalnya aku tidak ingin marah-marah lagi.
Andy memutar badanku dan bertanya lagi
" Punya mulut kan ? buat ngomong tau , nanti mandi biarkan orang rumah tidur dulu. Akan aku buatkan air hangat untuk mengompres matamu"

"Tidak terimakasih aku bisa sendiri. Kau duduk dan diamlah aku akan keluar sebentar membeli bahan masakan malam ini" Sahutku.

"Kamu mau keluar dengan kondisi begini? kalau ditanya bagaimana ?Apakah kamu akan bilang ini perbuatanku" Tanya Andy.

"Tenang sekejinya aku sesadisnya semarahnya aku tidak akan pernah menyalahkanmu" Jawabku simple tanpa berfikir panjang.

"Lebih baik kau diam dalam kamar dan malam ini kita membeli makanan yang sudah jadi" Kata Andy.

Aku diam dan tidak berkata lagi. Aku malas debat dengannya mengalah itu lebih baik. Aku duduk kembali di atas tempat tidur dan menyalakan tv. Selang 2 jam aku mulai lapar dan sadar jika dari tadi aku belum menyentuh makanan sama sekali.
"Kamu jadi keluar atau aku yang keluar? Aku sudah lapar dan tidak kuat menahannya lagi" Tanyaku pada Andy.

"Jadilah sebentar tunggu jam 9 agar semua istirahat aku akan kunci kamu dikamar dan tidak akan membiarkan seorangpun melihatmu selagi matamu masih lebam" Jawab Andy .

"Gila apa? yang ada aku stress tau. Pagi itu sudah tugasku untuk bersih-bersih rumah jika tidak nanti Ibu bisa marah padaku" Sahutku.

"Dengarkan apa kataku jika kamu masih ingin disini" Kata Andy mengancamku .

"Aku memang sudah tidak betah disini kalau kamu terus mengancamku seperti ini lihat saja jika aku sudah tidak disini jangan harap aku kembali lagi" Sahutku dengan nada mulai meninggi.

"Kamu ingin pergi dari sini? sudah lupa kenapa kamu disini? jangan macam-macam dan ikuti kataku" Jawab Andy dengan mata melotot kearahku.

Aku mengalah untuk tidak debat lagi karna tenagaku sudah terkuras habis dan aku menahan perut yang amat sangat lapar. Aku hanya meminum air putih hari ini. Rasanya seperti disiksa habis-habisan jika seperti ini.
Tiktoktiktokk ( Akhirnya jam menunjukan pukul 21.30 dimana semua orang rumah sudah tertidur dan berada didalam kamar)
Andy pun bergegas keluar kamar untuk membelikanku makanan dan benar saja dia mengunciku dikamar seperti tahanan. Sudah tidak waras sepertinya dia.
Selang 30 menit Andy datang membawa makanan dan beberapa cemilan kecil. Aku berkata dalam hati "Akhirnya hari ini dapat makanan terimakasih Tuhan" dengan amat senang aku membuka nasi goreng dan melihat Andy kearah dapur membuat air hangat.
Selang 5 menit Andy datang membawa air hangat dan siap mengompres mataku. Sembari Aku makan dia mengompes mataku perlahan. Aku hanya menurutinya dan masih berfikir bagaimana cara menutupinya.
Setelah semua selesai aku bergegas mandi dan kembali istirahat lagi.
---------------------------------
kring........ (Suara Alarm ponsel)
Aku bangun dan berbegas mematikannya , jam menunjukan pukul 05.45 pagi seperti biasa rutinitasku pagi hari bersiap akan kepasar dan tersadar lagi dengan mataku yang lebam. Akhirnya aku memutuskan untuk diam sejenak dan berifikir bagimana caraku ke warung hari ini dan masak seperti biasanya.
Aku membangunkan Andy dan berharap semua orang rumah tidak mengetahui kondisiku. Ternyata Ayah mertuaku bangun untuk bekerja. Aku takut jika Ayah Mertuaku tau Andy melalkukan ini padaku dialah yang akan dicelakai olehnya. Aku memutuskan untuk diam dikamar dan menunggu Ayah Mertuaku berangkat kerja. Jam pun menunjukan pukul 07.00 pagi. Aku masih duduk diam didalam kamar dan berharap semua ini adalah mimpi. Setelah Ayah Mertuaku berangkat kerja aku diam-diam keluar kamar layaknya maling lari kecil ke kamar mandi.
"Iraaa.. Raaa?? kamu dimana Nak?" Panggil Ibu Mertuaku.

"Iya Bu?? Ira dikamar mandi , baru mau mandi " Jawabku dari dalam kamar mandi.

"Tumben bangun siang Nak ? Biasanya kamu nyapu pagi?" Sahut Ibu Mertuaku melihatku aneh bangun kesiangan.

"Tadi pagi Ira sudah bangun tapi Ira pusing jadi tidur lagi" Jawabku tanpa berfikir panjang.

"Baiklah Ibu akan berangkat kerja jangan masak ya Nak , nanti beli saja yang sudah jadi biar kamu bisa istirahat hari ini. Itu ada gorengan Tahu sama Tempe kesukaan kamu sudah Ibu gantung didepan kamar" Sahut Ibu Mertuaku sembari memberitahu agar aku beristirahat.

"Iya hati-hati Bu, maaf Ira ngomong dikamar mandi habis sudah buka baju" Jawabku meminta maaf karna teriak-teriak dari kamar mandi.

"Iya tidak apa-apa Nak , ingat istirahat dan jangan biarkan kamu disuruh-suruh Andy" Kata Ibu Metua memperingatiku.

"Iya Bu" Jawabku pendek.

Akhirnya mertuaku berangkat kerja dan hari ini aku tidak ketahuan mataku sedang lebam seperti ini.
---------------------

3 Hari Kemudian

Aku bisa menyembunyikan ini selama 3 hari tanpa ketahuan oleh siapapun tetapi, aku rasa ini tidak akan bertahan lama karena cepat atau lambat semua pasti akan tau.

"Kierra??" Ira?? sini sebentar ? "Panggil Ibu Mertuaku dari dapur.

Aku mulai berfikir bagaimana caraku keluar dan aku memutuskan untuk menunduk.
"Iya kenapa Bu ?" Jawabku menghampiri Ibu Mertuaku.

*yang font tebal itu Ibu mertua dan yang font biasa Kierra*
"Belakangan ini kamu dikamar terus ada apa?"

"Tidak apa-apa Bu hanya merasa kelelahan jadi butuh banyak istirahat"

"Tidak ingin cerita apa sama Ibu ? Biasanya kamu cerewet Nak ?"

" Tidak Bu , Ira hanya ingin sendiri saja entah mungkin bawaan sikecil seperti ini Bu"
Melirik Ibu Mertuaku.

"Yaaaaaa Tuhaaannnn Mata kamu kenapa Nak?? Kenapa bisa begini????? Perbuatan Andy?"
Aku diam dan tak bisa menjawabnya. Aku hanya menganggukan kepala sedangkan airmataku sudah mulai menetes dipipiku.
"Apa yang harus Ibu katakan pada Ayahmu jika dia melihat kamu dengan kondisi ini? Keterlaluan sekali Andy , Istri sedang hamil masih juga disakiti seperti ini"
Aku tidak bisa menjawabnya dan Ibu Mertuaku hanya berpesan agar tidak memberitahu Ibu dan Ayahku dirumah. Aku hanya mengangguk saja tanda aku akan diam dan tak berkutik lagi.
--------------------------------------
Sore hari tiba, ternyata kabarku dengan kondisi seperti ini sangat cepat menyebar. Saudara-saudara dan keluarga besarku dirumah Andy sudah mengetahui kondisiku yang sekarang. Mereka semua terheran-heran kenapa Andy sampai bisa melakukan itu pada Istrinya sendiri. Sore ini Andy sudah pulang seperti biasa aku harus menyucikan bajunya dan sepatunya sebagai seorang istri aku harus menurut saja jika ingin aku masih selamat disini. Akhirnya kabarku seperti ini sampai ke telinga Ayah Mertuaku dalam hitungan jam. Seketika pulang dari kerja Ayah mertuaku marah besar pada Andy.

Ayah Mertuaku memukul Andy dan menghakimi Andy sendiri aku ketakuttan dan lari menuju Tante yang sebelah rumah denganku. Disana aku disuruh tenang dan jangan ikut-ikutan biar Andy yang menanggung jawabkan segala perbuatannya. Sudah mulai tenang aku memberanikan diri untuk ke kamar. Tiba-tiba, Andy memelukku dan berkata meminta maaf karena kesalahan fatal yang dilakukan. Aku mencoba tegar dan tidak berkata apa. Aku bingung dengan diriku sendiri apakah aku ikut sedih atau aku kecewa dengan Andy. seketika air mataku menetes melihat Andy sampai terluka seperti itu dibadannya tiba-tiba Ayah Mertuaku memanggilku.
"Ira ? Sini sebentar ada yang Ayah ingin omongkan"
Deg... jantungku seperti berhenti berdetak dan sesaat aku berhenti bernafas.  Aku jalan perlahan menuju Ayah mertuaku yang sedang duduk diteras rumah.
"Iya Yah ?" Jawabku dengan jantung berdebar-debar.

"Jangan ceritakan masalah ini kepada siapapun cukup keluarga kita yang tau. Jangan sampai Ibu dan Ayahmu tau. Rahasiakan ini terlebih dahulu dan kamu stay dirumah sementara untuk jaga-jaga agar tidak ada yang tau kondisimu seperti ini" Sahut Ayah mertuaku melihat kearahku.
Konflik mulai terjadi pada otakku. Antara aku harus melanggar atau aku harus mengikuti semua perkataan Ayah mertuaku. Bimbang.... Seakan duniaku terbelah menjadi 2 bagian.

.....


Between Hope & KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang