Setelah kejadian hari itu Rai selalu saja menyempatkan untuk datang setiap akhir pekan.
•
•
•
•
•
" Selamat siang, tuan Rai ". Sapa Letto yang membukakan pintu.
" Paman, jangan panggil aku seperti itu. Panggil namaku saja, aku tidak suka di panggil seperti itu ".
" Baiklah, tuan. Em... Maksud ku Rai ". Letto tersenyum jahil karena memanggil Rai menggunakan tuan di depan namanya.
Rai hanya mendengus kesal akibat ulah hajil Letto, dia berlalu dan naik ke lantai atas.
Tok tok tok
" Siang, bibi ". Sapa Rai setelah sampai di dalam. Ibu Dean menoleh lalu tersenyum.
" Bibi, bagaimana keadaan bibi? ".
" Sudah lebih baik. Terima kasih sudah mau merawat bibi ". Ibu Dean mengusap surai Rai lembut lalu tersenyum, setelah Rai duduk di sampingnya.
Rai tersipu, pipinya merah seperti kepiting. " Bibi terlalu berlebih-lebihan, aku hanya ingin membantu. Selagi aku bisa melakukannya kenapa tidak ".
Ibu Dean mengangguk kecil membenarkan hal itu. " Ah, bibi sampai lupa untuk bertanya. Kenapa kau selalu datang sendiri, kenapa kau tidak ajak keluarga mu? Bibi penasaran dengan keluarga mu ".
Seketika keceriaan di wajah Rai menghilang, matanya sendu dengan raut wajah yang sedih. Dia terdiam dan menunduk.
" Rai, apa kau baik-baik saja? ". Tanya ibu Dean sambil menggenggam tangan Rai.
Rai mengangkat wajahnya lalu senyuman manis terukir di wajahnya. " Kakak ku sedang sibuk sedangkan ibu dan ayah ku sudah bahagia di dunia sana ".
Ibu Dean terkejut. " Tidak apa-apa, bibi. Bibi kan memang tidak tahu. Kedua orang tua ku sudah meninggal sejak aku kecil, jadi aku hanya tinggal bersama kakak ku ". Rai tersenyum.
" Rai, maaf kan bibi yang menyinggung orang tua mu ". Sedih ibu Dean.
" Tidak apa-apa, bibi. Sudah biasa aku selalu di tanya hal tersebut, jadi tidak masalah ". Rai tersenyum kembali.
" Ini bibi, aku membawakan sesuatu yang bibi suka. Tapi jangan beritahu Dean jika aku membawa ini yah ". Sambil berbisik. Ibu Dean tertawa kecil dan mengangguk.
Mereka tertawa bersama keceriaan menyebar di dalam kamar itu. Letto yang sedari tadi mengintip di balik pintu hanya tersenyum melihat kebahagiaan itu.
Sudah lama aku tidak melihat nyonya tersenyum bahagia seperti itu. Ku harap nyonya terus bahagia seperti itu. (Letto)
" Bibi, di mana Dean? Kenapa aku tidak melihat dia? ".
" Dia sedang bekerja, dia akan kembali nanti sore ".
Apa? Dean bekerja? Apa aku tidak salah dengar? Tapi tidak salah juga jika dia bekerja, aku juga bekerja. (Rai)
" Bibi. Jika aku boleh tahu, Dean bekerja apa? ".
" Oh, dia sedang menjalankan bisnis ayahnya. Ayahnya sudah lama meninggal, jadi dia menjalankan bisnis ayahnya ".
Jadi Dean tidak memiliki ayah, aku tidak tahu itu. (Rai).
•
•
•
•
KAMU SEDANG MEMBACA
Homosapies
Short Story" 🔞!!!Danger!!!🔞 " Cerita ini tidak baik di baca bagi anda yang memiliki phobia tentang humu, saya sarankan untuk menjauh dari cerita ini. Tapi jika anda penasaran dengan cerita ini, silahkan saja. Tapi jika terjadi sesuatu seperti: 1. Cengar-cen...