15. help

3.2K 191 68
                                    

Kantin di jam istirahat...

Di kantin terdapat tempat makan untuk para murid, di sana terlihat Azzi dan Rai sedang duduk dengan pesanan mereka di hadapannya.

Rai duduk termenung sambil mengaduk-aduk minuman nya di samping Azzi, bertumpu dagu dengan wajah yang kusut. Azzi merasa ada yang salah pada Rai, ia lalu menepuk pundak temannya itu. Rai tersentak lalu menoleh pada Azzi.

" Ada apa, Azzi? Apakah kau ingin kembali ke kelas, kalau begitu ayo ". Rai bersuara, dia berdiri namun Azzi menahannya dengan menarik ujung baju nya, Rai tertarik kembali dan duduk di samping Azzi.

Azzi menatap Rai lekat, alis nya mencuram. Rai yang mendapat tatapan tidak biasa menjadi gelisah lalu menggeser tubuhnya agak menjauh.

" Apa?! Kenapa kau menatapku seperti itu?! Membuat ku tidak nyaman, kau tahu itu! ". Gerutu Rai.

" Seharusnya aku yang bertanya seperti itu. Ada apa dengan mu? Apa kau mempunyai masalah? Tidak biasanya kau terdiam seperti ini. Cerita saja pada ku, aku akan mencoba membantu sebisa mungkin ". Azzi bersuara setelah menatap Rai tak lama.

" Huft... Huh... ". Rai menghembuskan nafasnya kasar. " Apakah diri ku terlihat jelas jika mempunyai masalah? ". Tanya Rai pada Azzi lalu menenggelamkan wajahnya pada kedua lengan nya yang terlipat.

" Sangat terlihat jelas ". Jawab Azzi lalu meninggalkan Rai di kantin.

Di ruang ganti pakaian pria...

Semua siswa sibuk mengganti seragam mereka dengan seragam olahraga. Rai duduk termenung di sudut ruangan dengan raut wajahnya yang kacau balau, di sudut ruangan lainnya seseorang tengah memperhatikan Rai yang sepertinya sedang bertingkah konyol?.

" Agrh! Kenapa kau menambah kesulitan ku! Menyebalkan! ". Gerutu Rai memarahi sepatu nya sendiri. Terlihat tali sepatu Rai tidak terikat dan dia memarahi tali sepatu itu. Karena kesal dia melemparkan sepatu nya sendiri ke sembarang tempat, membuang muka lalu melipat tangan di dadanya. Rai menggembungkan pipinya seperti anak kecil yang meminta sesuatu, tapi di tolak oleh orang tua nya.

" Kenapa kau memarahi sepatu yang tidak bersalah ini? ". Tanya seseorang dari belakang tubuh Rai.

" Aku tidak perduli! Bawa pergi sepatu itu! Aku tidak mau melihatnya dan tidak mau mengikuti pelajaran olahraga! ". Rai bangkit dari duduknya dan meninggalkan ruangan tersebut, namun sebelum dia melangkah orang tersebut menarik lengan Rai hingga ia kembali dan bertubrukan dengan nya.

Mata Rai membulat melihat siapa yang berbicara dengan nya tadi.
" Dean... ". Lirih nya masih dalam posisi bertubrukan, Rai menempel pada dada bidang Dean yang ternyata belum memakai seragam olahraga.

" Katakan saja, jika kau tidak mau berolahraga karena mereka selalu mentertawakan mu ".

Rai menundukkan wajahnya setelah Dean mengatakan hal itu.
" Sudahlah, jangan dengarkan mereka. Sekarang kemari dan duduk ". Perintah Dean dengan menarik lengan Rai.

" Tidak mau! ". Bantah Rai.

" Baiklah ". Dean mengangkat tubuh Rai seperti karung beras, lalu mendudukkan nya di kursi yang disediakan.
" Duduklah tenang ". Dean duduk di samping Rai lalu mengangkat kaki Rai dan menaruh di pahanya.

" Apa yang ingin kau lakukan?! ". Gerutu Rai.

" Sssttth... ". Dean menutup mulut Rai dengan telunjuk nya. " Sudah, diam saja dan perhatikan apa yang ku lakukan ". Dean lalu memakaikan sepatu pada kaki Rai dan mengikatkan tali sepatu nya yang sempat membuat Rai marah.

HomosapiesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang