act. 10

20K 1.9K 20
                                    

Selamat membaca 😉




Pondok kecil ditengah hutan itu memang terlihat kecil,tak terawat dan terkesan angker dari luar. Tak akan ada yang mengira kalau bangunan tua itu berpenghuni dan didalamnya ada alat-alat canggih yang tak terbayangkan.

Jung Hoseok adalah salah satu penghuni tetap di pondok itu. Atau bisa kita anggap markas rahasia yang dibuat oleh Namjoon. Ya, markas rahasia pasukan khusus yang memiliki kemampuan diatas rata-rata prajurit militer biasa. Tapi, Hoseok alias Hobi pengecualian disini. Dia direkrut Namjoon yang bukan dari kalangan militer karena kemampuan luar biasanya di bidang teknologi dan hacking.

Tidak akan ada yang percaya dibalik senyum ceria seorang Hoseok, ada kejeniusan yang tersembunyi. Keseharian Hoseok sebelum bertemu Namjoon hanyalah seorang pegawai mini market biasa. Terkadang menjadi penari jalanan di akhir pekan. Dan kini setelah bergabung dengan pasukan khusus buatan Namjoon, Hoseok menyembunyikan dirinya. Karena pekerjaannya kali ini sangat berbahaya dan ia akan menjadi incaran orang-orang yang dirugikan oleh ulahnya.

Di sofabed yang cukup nyaman didalam pondok itu, duduk Jungkook dan Hoseok sambil meminum soda kalengan yang sudah tersedia di lemari pendingin. Mereka berdua tampak berkelana dalam pikiran masing-masing. Suasana pondok itu dari luar berbeda dengan di dalam pondok. Jika diluar terlihat angker, maka di dalam pondok sangatlah nyaman. Semua keperluan tersedia dan memang dibuat Namjoon agar Hoseok betah mengerjakan pekerjaannya di sana.

"Hyung..."

Hoseok menoleh kearah Jungkook yang memanggilnya dengan lirih. Dilihatnya Jungkook yang terlihat frustasi entah karena apa tapi terlihat ini bukan masalah pekerjaan.

"Ada apa denganmu?"

Jungkook menunduk dan hanya memutar random kaleng soda di tangan kanannya. Desahan nafas pelan kemudian keluar dari yang lebih muda.

"Aku menemukan cinta pertamaku Hyung. Tapi.."

Jungkook menggantungkan kata-katanya dan Hoseok masih setia menunggu Jungkook untuk melanjutkan apa yang ingin dia utarakan.

"Dunia kami sangat berbeda dan dia tak sepertiku. Dia menyukai wanita."

Hoseok paham perasaan Jungkook. Meski mereka bukan teman lama tapi Jungkook sudah seperti adik kandungnya sendiri. Dan Jungkook memang paling terbuka dengan Hoseok. Hanya Hoseok yang menjadi tempat Jungkook berkeluh kesah tentang segala hal yang ia rasakan.

Hoseok tersenyum maklum dan dengan rasa sayang mengusap helaian surai hitam Jungkook pelan. Hoseok tahu dibalik sikap kaku dan pendiam Jungkook, sebenarnya ia tetaplah seorang anak muda yang masih labil dalam urusan cinta.

"Jika kau memang mencintainya jangan pernah menyerah begitu saja. Setidaknya utarakan perasaanmu. Diterima ataupun ditolak itu urusan nanti. Setidaknya kau sudah jujur padanya dan juga pada dirimu sendiri."

Jungkook hanya bisa terdiam mendengar kata-kata Hoseok. Sebenarnya Jungkook ingin memendam sendiri perasaannya. Ia takut jika nanti Taehyung tahu perasaannya, tuannya itu akan jijik padanya.

"Aku akan pergi menemui Yugeom" ucap Jungkook beranjak dari duduknya dan Hoseok hanya bisa menggeleng pelan.

"Jangan jadi pengecut Jungkook." Ucapan Hoseok membuat Jungkook berdiri mematung.

"Aku tahu kau sebenarnya tertekan. Jangan siksa dirimu sendiri dan kau tak tahu bagaimana takdir berjalan. Ketakutanmu akan membuatmu menderita."

Hoseok tersenyum sambil menatap tubuh Jungkook yang berjalan menjauh tanpa membalas kata-katanya. Hoseok paham Jungkook perlu waktu untuk menentukan perasaannya sendiri.
.
.
.
.
.

Mobil SUV hitam milik Jungkook berjalan dengan kecepatan sedang membelah hutan. Kata-kata Hoseok membuatnya frustasi. Ucapan Taehyung tentang Irene membuat hatinya masih sakit hingga kini. Itu yang membuatnya tak berani mengungkapkan perasaannya pada Taehyung.

Helaan nafas panjang Jungkook mengiringi perjalanannya menuju Hongdae. Jungkook menyetujui ajakan Yugeom untuk makan siang bersama. Ajakan yang entah yang ke berapa yang akhirnya Jungkook setujui. Makan siang berdua yang diidamkan Yugeom mengingat Jungkook itu sangat tertutup.

Disebuah restoran cukup mewah sudah dipilih Yugeom dikawasan yang cukup terkenal di Hongdae. Perwira militer angkatan laut berpangkat Laksamana itu terlihat tetap gagah dan stylish meski menggunakan baju kasual.

Yugeom itu tampan dan digilai banyak wanita maupun pria tapi yang mampu menarik seluruh atensinya hanya Jungkook sejak dulu. Cinta pertamanya yang sulit sekali dilupakan. Tapi Yugeom bukan orang yang pantang menyerah, jadi ditolak Jungkook berkali-kali dia sudah kebal.

Tak berapa lama,suara lonceng terdengar dari pintu. Di sana berdiri Jungkook yang tampak manis menggunakan Hoodie hitam besar dan dibalut celana jeans hitam ketat yang memperlihatkan otot pahanya yang kuat. Dari jauh Yugeom bisa melihat Jungkook berjalan ke arahnya  dengan diantar seorang pelayan wanita yang tengah tersipu sembari mencuri pandang ke arah Jungkook. Pesona seorang Jeon Jungkook yang tak terbantahkan.

"Apa kau menunggu lama?" Tanya Jungkook yang kemudian duduk didepan Yugeom yang tersenyum. Meja mereka terletak disudut restoran dekat jendela. Jadi mereka bisa memandang keluar restoran dengan leluasa.

"Sudah 7 tahun aku menunggumu" Yugeom tertawa yang hanya dibalas dengusan kesal Jungkook.

"Tapi aku serius Jungkook dan kau tahu itu"

Kali ini Yugeom tersenyum hangat dan menatap Jungkook tepat di kedua matanya. Jungkook sendiri langsung memutuskan kontak mata itu. Terbesit rasa bersalah dihati Jungkook.

Yugeom memang sahabatnya sejak kelas satu sekolah menengah atas. Orang pertama yang menyapa dirinya yang tak pandai bergaul. Yang mau mengerti sifatnya yang pendiam cenderung cuek juga dingin. Tak pernah mengeluh meski Jungkook lebih sering diam ketika mereka berbicara. Ketika ucapan suka itu terlontar dari mulut Yugeom, Jungkook merasa sangat sedih.

Sedih karena tak mampu membalas perasaan sang sahabat dan takut kehilangan kawan baiknya itu. Tapi, Yugeom dengan bijak mengerti perasaan Jungkook.

"Aku hanya ingin kau tahu dan tak mau perasaan ini terus membebaniku. Tak apa kau tak menerimaku. Aku bahagia kau tetap menganggapku sahabatmu. Suatu hari nanti jika kau bertemu orang yang kau cintai, aku orang pertama yang akan mendukungmu. Tapi, jika dia menyakitimu jangan ragu untuk memilihku"

Masih terngiang jelas dalam ingatan Jungkook bagaimana ucapan Yugeom waktu itu dan ia merasa beruntung memiliki Yugeom sebagai sahabat baiknya. Termasuk Mingyu tentu saja yang sedang bertugas jauh di Amerika.Mereka berdua menikmati makan siang dengan khidmat diselingi obrolan ringan.
.
.
.
.
.

Ledakan cukup kuat terdengar disebuah mall yang cukup ramai. Beberapa orang tewas dekat pusat ledakan dan sisanya terluka. Suara sirine ambulan, pemadam kebakaran dan juga mobil polisi saling bersahutan disepanjang jalan dipusat kota.

Ponsel Jungkook dan Yugeom berbunyi bersamaan. Dilayar tertera nama sang jendral juga sebuah pesan rahasia yang hanya anggota khusus yang mendapatkannya.

Mereka berpandangan dengan wajah serius kemudian mengangguk bersamaan dan keluar dari restoran dengan terburu-buru.

Mobil Jungkook dan Yugeom dipacu dengan cepat menuju pusat ledakan. Di sana Namjoon sudah menunggu dengan beberapa anggota militer lain.

"Ada bom aktif yang belum meledak didalam dan beberapa teroris bersenjata otomatis menyandra pengunjung di lantai 3 dan 4. Kapten Jeon kau memimpin pasukan untuk melumpuhkan para teroris dan Laksamana Kim kau dan aku akan menjinakkan bom yang mereka pasang." Perintah Namjoon dengan tegas mengingat kondisi yang sedang darurat.

Jungkook dan Yugeom langsung menerima tugas yang diberikan. Dengan sigap mereka memakai anti peluru juga mengambil senjata yang khusus dipersiapkan untuk mereka.

"Semua bersiap. Kalian diijinkan menembak mati musuh. Segera bergerak!" Perintah Namjoon dengan lantang.
.
.
.
.
.

TBC

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang