act. 22

17.1K 1.8K 32
                                    

Empat mobil asing itu keluar dari pekarangan rumah milik Baekhyun dan membawa Baekhyun pergi. Istilah lainnya ia diculik. Tapi tak jauh dari keempat mobil asing itu pasukan pengawal tambahan  yang dikirim Namjoon berjumlah dua mobil datang. Dan baku tembak pun terjadi. Keenam mobil itu saling meninggikan kecepatan dan juga saling melepaskan tembakan. Mereka sama-sama profesional.

Hoseok dari balik layar komputernya memberi tahu Jungkook keadaan Baekhyun. Hoseok yang mendapatkan akses khusus pada jaringan lalulintas juga CCTV di seluruh kota berupaya menghentikan laju mobil para penculik itu. Tapi tiba-tiba seseorang menyerangnya dengan melepaskan Malware membuat akses pada jaringannya terganggu.

"Kookie... Seorang cracker mencoba menyerangku. Aku kehilangan akses pada jaringan CCTV kota. Posisi terakhir mereka ada di Utara kota menuju perbatasan. Pasukan pengawal tambahan sedang mengejar mereka." Ucap Hoseok melalui saluran telponnya dengan nada tenang namun sebenarnya Hoseok merasa kesal.

Jungkook yang mendengar apa yang diucapkan Hoseok meremat setirnya begitu erat.

"Aku mengerti Hyung."
.
.
.
.
.

Para tamu sudah pergi meninggalkan rumah Chanyeol menandakan berakhirnya pesta. Taehyung kebingungan karena tak menemukan Jungkook. Ia menghampiri ayahnya yang sedang berjalan menuju mobilnya.

"Ayah apa kau melihat bodyguardku?"

Daehyun yang melihat ekspresi kebingungan Taehyung mulai memahami situasi yang terjadi. Dengan tenang mengajak anak semata wayangnya itu masuk ke mobilnya. Tanpa banyak bertanya Taehyung menuruti perintah sang ayah.

"Bagaimana dengan bodyguard Jeon ayah?"

Daehyun terdiam dan suara ponsel pribadinya berbunyi tak menjawab pertanyaan Taehyung. Melihat ekspresi serius ayahnya Taehyung hanya bisa diam.

Raut wajah Daehyun menegang mendengar berita penculikan sang istri. Diseberang sana Namjoon mengabarkan pada sang menteri tentang perkembangan situasi yang terjadi. Genggaman pada ponselnya semakin mengerat menahan marah.

"Apa yang terjadi?"

Taehyung bertanya pelan mengingat baru pertama kalinya Taehyung melihat ekspresi sang ayah terlihat begitu marah. Daehyun menatap sang anak dengan tatapan serius.

"Tae... Kita tak akan kembali ke rumah. Kita akan ke markas militer dan nanti ikutlah dengan Jendral Kim. Sampai waktu yang tidak ditentukan kau harus tetap menuruti kata-kata Jendral Kim. Kau mengerti?"

Taehyung yang bingung hanya bisa mengangguk menuruti perintah Daehyun. Entah kenapa ia takut. Takut kehilangan sosok sang ayah yang terkadang bersikap kekanak-kanakan tetapi dilain sisi Daehyun adalah orang yang paling melindungi dirinya dari segala macam bahaya.

Sedan mewah yang membawa Daehyun dan Taehyung memasuki markas militer. Di sana mereka sudah disambut Namjoon dan beberapa prajurit militer.

"Tolong jaga puteraku."

Namjoon mengangguk mengerti akan permintaan sang menteri. Daehyun menatap putranya dengan lembut dan sebuah tepukan halus dikepala sang anak membuat Taehyung tertegun.

"Ayah akan menemui presiden. Kau pergilah dengan Jendral Kim."

Taehyung tak berbicara sepatah katapun ketika sang ayah berbalik pergi. Melihat ayahnya tadi, perasaannya berubah buruk.

"Ayah... "
.
.
.
.
.
.

Mobil SUV yang dikendarai Namjoon yang membawa Taehyung ikut serta mulai memasuki areal hutan lindung milik negara. Taehyung yang sejak tadi terdiam memikirkan sang ayah mulai penasaran melihat suasana yang berubah menjadi lebih redup karena rimbunnya pepohonan. Taehyung tidak bertanya tetapi pandangan matanya terus menelusuri suasana hutan yang ia lewati. Dan mobil milik sang Jendral menuju sebuah pondok yang nampak reot dan angker.

Taehyung sebetulnya bingung tapi ia memilih diam saja sambil melihat situasi. Sebuah pintu rahasia dari halaman depan pondok itu terbuka dan mobil yang dikendarai Namjoon turun memasuki sebuah garasi khusus.

"Mari ikut saya." Ujar Namjoon sembari melepas seatbeltnya dan diikuti dengan Taehyung.

Banyak pertanyaan berputar dikepala Taehyung tapi tak mampu ia ungkapkan. Tentu saja Namjoon dapat membaca jelas raut wajah Kim muda itu. Taehyung mengikuti langkah Namjoon keluar dari mobil dan kemudian menaiki anak tangga ke atas. Mata Taehyung terpukau mengingat pondok yang ia lihat dari luar tampak reot
tapi ternyata didalamnya sangat canggih. Namjoon mempersilahkan Taehyung duduk di sebuah sofa empuk yang ada ditengah ruangan di pondok itu. Sementara tak jauh darinya, Taehyung dapat melihat seorang laki-laki nampak serius didepan komputernya.

"Bagaimana Hoseok?" Tanya Namjoon juga nampak serius berdiri dibelakang lelaki yang dipanggil Hoseok itu. Taehyung dari jauh hanya bisa melihat tapi cukup jelas mendengar pembicaraan mereka.

"Aku kehilangan jejak mereka, tapi aku berhasil mengendalikan kembali jaringan CCTV kota. Cracker itu benar-benar membuatku jengkel."

Namjoon terdiam, otak cerdasnya mulai menganalisa keadaan yang berubah sangat cepat.

"Bagaimana dengan alat pelacak yang terpasang?"

"Masih berfungsi dengan baik kapten. Mereka menuju Jeju."

Alat pelacak yang terpasang pada cincin pernikahan Baekhyun nampak berkedip secara teratur di layar komputer milik Hoseok.

.
.
.
.
.
.

Daehyun memasuki sebuah ruangan dimana presiden Korea Selatan saat ini menunggunya. Dengan pelan ia mengetuk pintu dan membukanya perlahan. Di sana sosok laki-laki tampan meski telah berumur lebih dari setengah abad berdiri membelakanginya.

"Aku turut sedih atas berita penculikan istrimu."

Presiden nampak berbalik menghadap Daehyun yang menunduk sopan.

"Tapi, untuk saat ini negara kita berada dalam situasi yang genting. Aku harap kau bisa menentukan prioritasmu untuk negara. Masalah istrimu aku juga tak akan lepas tangan."

Daehyun menunduk terdiam tanpa menjawab. Presiden nampak berjalan mendekat kemudian menepuk pelan bahu Daehyun.

"Aku tahu apa yang kau rasakan dan aku tahu apa yang dia mau dari kejadian ini."

Daehyun menatap presiden yang berdiri dihadapannya dengan raut sedih dan juga marah yang kentara.

"Pak.. "

Ucapan Daehyun terputus ketika sosok dihadapannya tersenyum penuh makna.

"Kita hanya berdua disini kau tahu harus memanggilku apa. Jangan terlalu formal. Kita sudah sejak lama mengenal. Bagiku kau berharga dan seluruh negeri ini berharga buatku. Tapi untuk saat ini negara lebih membutuhkan dirimu. Setelah pertemuan ini selesai aku memberikanmu kebebasan dan juga perintah penuh untuk menangkap Chanyeol hidup atau mati."

"Aku mengerti Suho Hyung."
.
.
.
.
.
.

TBC

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang