act. 11

18.1K 1.9K 17
                                    

.
.
.
.
.

Bau mesiu yang menusuk hidung menguar di udara. Bunyi rentetan tembakan terdengar saling bersahutan. Jungkook dengan gesit mengganti selongsong pelurunya yang hampir habis dan menembak tanpa jeda. Teroris yang berjumlah lebih dari 50 orang itu sudah tersisa setengahnya. Senjata musuh tak main-main rupanya dan itu membuatnya juga rekan setimnya cukup kewalahan.

Jungkook dan timnya berpacu dengan waktu untuk menyelamatkan orang-orang yang di sandra teroris juga dengan bom yang sedang berusaha dijinakkan oleh tim sang jendral dan Yugeom.

"Bagi tim menjadi 3 masing-masing 5 orang. Tim alpha bersihkan tempat ini dan bawa orang yang selamat pergi, tim bravo sisir lantai atas dan atur formasi serangan inti, tim Charlie ikut denganku kita habisi musuh-musuh yang menghalangi jalan kita" perintah tegas Jungkook

"Siap kapten!!!"

.
.
.
.
.


"Ketua... Aku menemukan satu lagi." Ucap Yugeom pada Namjoon yang tengah menjinakkan bom lain 300 meter darinya.

"Lakukan dengan cepat. Kita tak tahu ada berapa bom yang mereka pasang" perintah Namjoon tegas. Namjoon memasang ekspresi tenang meski didalam hatinya mengutuk keras ulah teroris yang memasang bom di tengah-tengah pusat kota. Jika mereka melakukan kesalahan akan banyak korban berjatuhan.

"Para sandera sudah kami selamatkan ketua. Dan aku menemukan sesuatu yang berbahaya di lantai 4. Bom rakitan Rusia dengan daya ledak besar dan waktu kita tinggal 40 menit lagi" ucap Jungkook yang terdengar di alat komunikasi Namjoon dan anggota yang lain.

Seketika hening melanda gedung itu. Meski Namjoon ahli penjinak bom tapi bom rakitan Rusia sangat sulit dijinakkan.

"Kapten Jeon. Aku perintahkan dirimu untuk keluar dari sana dan jangan menyentuh bom itu." Ucap Namjoon sedikit panik.

Namjoon memutuskan untuk merubah strategi. Mereka semua harus segera keluar dari gedung mall dan melakukan evakuasi darurat.

"Kalian semua dengar perintahku. Cepat kosongkan gedung ini dan perintahkan evakuasi sejauh mungkin. Cepat!!!" Perintah Namjoon pada seluruh anak buahnya.

Mereka semua yang masih didalam gedung mall langsung berlari dengan cepat. Polisi yang berjaga diluar langsung mengevakuasi orang-orang yang berkumpul disekitar area mall.

Wartawan yang awalnya berusaha terus mendekat ke lokasi, kini berlari mengikuti instruksi yang diberikan polisi. Kepanikanpun tak dapat dihindari. Namjoon dan Yugeom sudah berhasil keluar dari gedung mall tapi tak melihat Jungkook bersama rekan setimnya.

"Dimana kapten Jeon?"tanya Namjoon dengan nada panik yang tak dapat disembunyikan.

Rekan setim Jungkook saling menoleh bingung karena Jungkook menyuruh mereka mengevakuasi seluruh sandera. Sedangkan Jungkook menyisir seluruh area memastikan tidak ada sandera yang tertinggal.

Sementara itu di tempat Jungkook, suara letusan senjata terdengar saling bersahutan. Seseorang yang sudah memperhatikan Jungkook sejak masuk ke dalam mall menampakkan dirinya dan menyerang Jungkook secara tiba-tiba. Dan Jungkook dengan sigap menghindari.

Sosok tinggi dengan pakaian serba hitam dan hanya menyisakan bagian mata saja yang terlihat kini berdiri dekat tempat Jungkook bersembunyi.
Suara lembut itu menyapa indera pendengaran Jungkook.

"Kau lawan yang hebat dan aku menyukaimu."ucap sosok itu dengan mata menyipit tanda ia tersenyum dibalik masker hitamnya yang tentu saja tak dapat dilihat Jungkook.

Jungkook tak menghiraukan kata-kata orang itu karena sekarang ia dalam mode waspada. Lengah sedikit nyawanya bisa melayang.

Tanpa Jungkook sadari sosok itu sudah berdiri disampingnya dengan moncong pistol berada di pelipis kanannya. Tubuh Jungkook menegang seketika.

"Kau memang menarik apalagi sedekat ini" bisik orang itu seduktif ditelinga Jungkook.

Dengan gerakan cepat Jungkook memukul orang itu hingga pistol yang ditodongkan di kepalanya  terpental jauh. Baku hantam jarak dekat tak terelakkan. Kemampuan mereka berdua bisa dikatakan seimbang.

"Kapten Jeon dimana kau?" Suara Namjoon terdengar panik diseberang sana dan diantara pertarungan sengit antara Jungkook dengan sosok misterius itu.

"Maafkan aku ketua, ada satu serangga yang tertinggal" jawab Jungkook dingin dan berhasil mendaratkan tendangan telak ke perut orang itu sehingga mundur ke belakang.

"Serangga huh? Kau manis tapi mulutmu pedas sekali. Aku suka"

Jungkook benar-benar muak mendengar ocehan murahan sosok misterius itu.

"Aku dan Yugeom akan..."

"Tidak ketua. Percayalah padaku. Aku akan segera menyingkirkan serangga ini"

Alat komunikasi dimatikan sepihak oleh Jungkook. Membuat Namjoon menggeram frustasi. Tinggal 10 menit lagi sebelum bom utama meledak.

"Biarkan aku menyusulnya ketua" ucap Yugeom tegas

"Aku akan pergi bersamamu" sahut Namjoon

"Tidak ketua. Kau masih dibutuhkan disini. Biarkan aku menyusul Jungkook. Dia sahabatku dan juga orang yang aku cintai. Aku akan menyelamatkannya" senyum Yugeom membuat Namjoon diam terpaku.

Mereka semua berpacu dengan waktu yang terus berjalan tanpa bisa dihentikan. Bom berdaya ledak rendah sudah 2 kali meledak. Masing-masing dilantai 2 dan 3. Detik demi detik berlalu seperti slow motion. Evakuasi sudah dilakukan sejauh 10 KM dari gedung mall yang dipasang bom oleh teroris.

Dan ledakan besar yang memekakkan telinga terdengar hingga berkilo-kilo meter jauhnya. Kaca-kaca gedung disekitar mall ikut hancur akibat kuatnya ledakan.

"Yugeom.... Kim Yugeom! Apa kau bisa mendengarku?"

Namjoon berusaha menghubungi Yugeom yang ia ketahui tak mematikan alat komunikasi yang dipakai. Tapi tak ada jawaban. Hanya suara mesin yang tak jelas yang terdengar ditelinganya.

Namjoon langsung mengambil alih salah satu mobil polisi dan langsung menuju lokasi ledakan. Tanpa memperdulikan kepulan asap yang melambung tinggi Namjoon menerobos lokasi yang hancur. Berteriak frustasi memanggil nama Jungkook dan Yugeom bergantian.
.
.
.
.
.


Langkah panjang laki-laki berpawakan tinggi tergesa-gesa melewati koridor rumah sakit militer Seoul. Kim Seokjin merasa jantungnya hampir lepas mendengar kekasihnya berada di rumah sakit setelah tragedi pengeboman terjadi.

Seokjin langsung memeluk pria tegap yang sedang terduduk diruang tunggu dekat ruang operasi. Dalam hatinya lega jika laki-laki yang ia cintai baik-baik saja.

"Syukurlah kau baik-baik saja Jonie"

Lelehan air mata jatuh di kedua mata Seokjin. Ia sangat khawatir karena sang kekasih yang menjadi ketua operasi penyelamatan itu meski orang lain bisa menggantikannya.

"Namjoon ada apa?" Seokjin khawatir melihat pandangan kosong kekasihnya dan tak lama air mata sang terkasih ikut terjatuh dengan tubuh yang gemetar.

"Aku..." Namjoon tercekat tak mampu berkata-kata.

"Yugeom... Aku kehilangan... " Namjoon tak meneruskan kalimatnya dan Seokjin kembali memeluk sang kekasih yang sedang terpuruk.

Seokjin tahu kelanjutannya yang berarti sebuah perpisahan. Namjoon kehilangan sosok salah satu anak buah kesayangannya. Dan pintu ruang operasi terbuka dan seorang dokter keluar dengan wajah lelah.

Namjoon langsung menghampiri sang dokter dengan raut khawatir. Sang dokter seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh Namjoon kemudian tersenyum.

"Tuan Jeon berhasil melewati masa kritisnya." Ucapan sang dokter membuat Namjoon bernafas lega.

"Tapi, tuan Jeon mengalami koma dan hanya Tuhan yang tahu kapan ia akan terbangun... "
.
.
.
.
.
.



TBC

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang