act. 24

17.5K 1.8K 65
                                    

Chanyeol mencengkram kedua pipi Baekhyun menggunakan tangan kirinya memaksa sang mantan tunangan memandang langsung pada kedua matanya. Tatapan Chanyeol masih sama yang dulu. Penuh intimidasi dan obsesi.

"Aku sudah cukup lama menanti kesempatan ini. Seharusnya dulu aku langsung saja membunuh suamimu itu." Suara berat Chanyeol menyapa indera pendengaran Baekhyun yang berusaha tak melakukan kontak mata dengan sang mantan.

"Tapi, sekarang aku tak akan mengotori tanganku untuk melakukan hal itu."

Chanyeol menyeringai membuat sekujur tubuh Baekhyun merinding. Ada ketakutan besar dalam benaknya. Mengingat Chanyeol itu orang yang bisa menghalalkan segala cara agar keinginannya tercapai. Baekhyun menatap Chanyeol dengan tatapan tajam.

"Apa maksudmu?"

Chanyeol terkekeh dan itu membuat Baekhyun tak senang. Chanyeol melepaskan cengkraman tangannya pada wajah Baekhyun dengan kasar kemudian berdiri dengan angkuh.

"Mungkin menjadikan suamimu sebagai pengkhianatan negara lebih menyenangkan."

Mata Baekhyun melebar. Suaminya dalam bahaya besar. Tanpa aba-aba Baekhyun berdiri langsung menerjang Chanyeol dengan sekuat tenaga. Mencengkram kerah sang mantan tunangan dengan amarah yang menyala dimatanya. Tetapi, Chanyeol tetaplah lebih kuat darinya. Dengan sekali pukul, Baekhyun langsung tersungkur diatas lantai dengan luka robek disudut bibirnya. Tanpa jeda Chanyeol langsung menendang perut Baekhyun bertubi-tubi. Baekhyun meringis menahan sakit.

"Jangan bermimpi untuk melawanku. Kali ini aku tak akan segan membunuhmu. Setelah aku menghabisi pria brengsek itu, kau berikutnya yang akan aku habisi dan terakhir anak kesayanganmu."

Ucapan bernada rendah milik Chanyeol membuat Baekhyun terdiam dengan tubuh gemetar. Chanyeol pergi meninggalkan kamar tempat Baekhyun dikurung. Baekhyun hanya bisa mengepalkan tangannya penuh rasa sesal. Dalam benaknya ia kesal karena terlalu lemah tak bisa melakukan apapun untuk menyelamatkan kedua orang yang ia sayangi. Daehyun dan Taehyung.

Chanyeol berjalan menjauhi kamar tempat Baekhyun dikurung. Kedua tangannya mengepal marah. Ia berhenti dan berbalik menatap anak buah yang mengikutinya yang reflek ikut berhenti.

"Jangan ada kesalahan. Apa kalian mengerti" ucap Chanyeol dengan nada beratnya.

"Baik tuan!"

.
.
.
.
.
.

Daehyun nampak fokus pada pekerjaannya dan kini ia berada disalah satu ruangan dalam kompleks istana negara. Mengatur semua agar sesuai dengan yang diinginkan. Pertemuan dua negara yang sangat langka berjalan lancar dan aman. Meski dalam hatinya masih tak tenang mengingat sang istri diculik orang yang sangat ia benci. Suho benar ia tak boleh kehilangan fokus karena semua ini menyangkut kepentingan negara dan orang banyak.

Seseorang menepuk bahu Daehyun pelan membuat ayah Taehyung itu menoleh. Suho berdiri dibelakangnya dengan sebuah senyum hangat dan disebelah tangannya menenteng sebuah tas karton. Dari baunya seperti bau ramen.

"Hyung?"

"Mari makan bersama. Aku tahu kau belum makan sejak tadi pagi. Jangan membuatku dimarahi Baekhyun jika mengetahui suami tercintanya menyiksa diri seperti ini. Ini perintah dan kau tak boleh menolak."

Daehyun hanya bisa mengulum senyum pasrah. Sebetulnya rasa laparnya sudah hilang sejak istrinya diculik. Tapi, jika ini perintah langsung dari presiden ia tak bisa membantahnya.

Suho mengajak Daehyun untuk duduk disalah satu kursi diruang makan pribadi milik presiden Korea Selatan itu. Suho sengaja menyuruh anak buahnya membelikan ramen kesukaan Daehyun. Mereka memang mengenal sejak lama. Sejak bangku sekolah menengah atas. Meski mereka tak seumuran tapi mereka akrab karena pernah sama-sama tergabung dalam satu organisasi di sekolah. Dan Baekhyun sendiri adalah sepupu Suho.

Suho menyayangi Daehyun seperti adiknya sendiri dan mengetahui hampir segalanya termasuk ulah Chanyeol pada sepupunya itu. Dulu Suho hanyalah seorang politisi yang belum mempunyai kuasa yang kuat dan tak mampu melawan Chanyeol yang sudah terkenal punya banyak koneksi yang mendukung kuasanya dalam politik dan juga bisnis. Suho bertekad akan melindungi orang-orang yang disayanginya termasuk negara dan juga rakyat yang sudah mempercayakan dirinya untuk memimpin negara.

Esok hari tepat pukul sebelas diperbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara, dua pemimpin dari dua negara akan melakukan kerjasama bilateral yang amat penting dan bersejarah.
.
.
.
.
.
.

Taehyung duduk dengan gelisah di sofa yang berada ditengah markas. Di sana hanya ada dirinya dan Hoseok yang tengah mempersiapkan beberapa alat yang menunjang komputernya yang semakin terlihat rumit sekaligus menakjubkan. Tiga layar monitor berukuran cukup besar dan alat-alat yang saling terhubung dengan kabel yang tidak dimengerti Taehyung. Namjoon telah pergi bersama Jungkook ke markas militer atas perintah ayahnya. Melihat Taehyung yang gelisah, Hoseok merasa risih sendiri.

"Ada apa?"

Taehyung sedikit tersentak mendengar Hoseok yang bertanya padanya. Sebetulnya Taehyung bingung sendiri kenapa ia tiba-tiba begitu gelisah. Ada perasaan tak enak dalam benaknya.

"Entahlah. Aku hanya khawatir."

Taehyung hanya bisa menunduk tak mengerti dengan dirinya sendiri. Hoseok beranjak dari duduknya kemudian pergi kearah dapur. Tak lama Hoseok kembali dengan dua kaleng softdrink ditangannya. Ia kemudian duduk disamping Taehyung dan menyerahkan satu minuman itu pada yang lebih muda.

"Minumlah."

Tangan Taehyung menyambut minuman dingin itu setelah mengucapkan terima kasih. Mereka berdua meminum softdrink dalam diam. Setelah habis setengahnya Hoseok angkat bicara.

"Aku tak tahu cara memberikan kata-kata penghibur. Tapi aku hanya ingin kau percaya pada kami semua termasuk pada ayahmu. Kami akan menyelamatkan ibumu." Senyum Hoseok mencoba membuat tuan muda Kim itu lebih tenang.

Taehyung hanya bisa membalas Hoseok dengan senyum kotak andalannya. Menyembunyikan kegelisahan yang masih ia rasakan. Hoseok beranjak kembali ke meja kerjanya. Di depan komputer canggih nan rumit.

"Kemarilah. Aku akan memperlihatkan sesuatu padamu." Ucap Hoseok pada Taehyung.

Dengan segera Taehyung menghampiri Hoseok yang duduk tak jauh darinya. Taehyung mendekat di di sana ia bisa melihat beberapa gambar dalam kotak terpisah dalam layar komputer Hoseok.

"Kau bisa lihat, dari sini aku bisa memantau seluruh pergerakan orang-orang di seluruh negara melalui pantauan CCTV. Tentu saja ini legal." Senyum Hoseok.

Taehyung merasa takjub melihat bagaimana Hoseok profesional dengan pekerjaannya. Dan dari layar itu ia bisa melihat bagaimana orang-orang berlalu lalang dijalankan hingga ke sudut-sudut kota. Hoseok nampak mengklik sebuah kotak dalam layar yang memperlihatkan Jungkook dan Namjoon tengah berjalan disebuah lorong. Taehyung merasa tak asing dan ia menyadari jika itu adalah markas militer. Wajah Taehyung memerah mengingat kejadian tadi pagi. Tapi ia bersyukur Jungkook tak menyadari apa yang ia lakukan.

Hoseok menyadari bagaimana raut wajah Taehyung berubah ketika layar memperlihatkan wajah Jungkook yang sedang berjalan dibelakang Namjoon menggunakan seragam militer lengkap. Sepintas ide jahilnya muncul dan dengan ekspresi geli Hoseok menatap Taehyung yang masih memandang layar komputernya dengan wajah memerah.

"Aku tahu kau mencium Jungkook tadi pagi."

Cengiran usil Hoseok membuat Taehyung terdiam mematung. Otak Taehyung rasanya blank seketika.
.
.
.
.
.




TBC

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang