act.36

11.8K 1.1K 33
                                    

Bau mesiu dan juga ledakan membuat aliran listrik dikediaman pribadi sang presiden mati total. Bulan purnama saksi bisu dimana banyak manusia jadi korban tajamnya peluru yang menembus tubuh mereka. Para penjaga mansion  banyak yang tewas. Para pelayan yang masih bekerja tak luput jadi sasaran kekejaman itu.

Eunwoo terengah sembari melindungi seorang pelayan tua yang tadi membawakannya segelas teh dan cemilan juga mengintruksikan pelayan lain yang selamat untuk tetap diam. Kebanyakan dari mereka adalah wanita. Suara dobrakan kencang tanda penyusup mulai memasuki kediaman sang presiden.

Eunwoo tak bisa memastikan berapa banyak orang yang mengincar nyawa mereka.

"Bersembunyilah ditempat aman dan jangan mengeluarkan suara apapun sampai mereka bisa diatasi. Kalian mengerti?" Perintah Eunwoo dengan suara sepelan mungkin.

Para pelayan wanita dan ada juga laki-laki mengangguk mengerti. Eunwoo memperhatikan dengan diam bagaimana para pelayan itu mencari tempat aman untuk bersembunyi dalam situasi yang gelap yang hanya diterangi sinar bulan yang menembus tirai tipis didekat jendela yang kini pecah akibat tertembus peluru tajam.

Setelah memastikan para pelayan itu sembunyi dengan baik, kini Eunwoo bergerak mencari Jungkook dan juga Suho dengan senjata api yang selalu ia bawa. Dari tempatnya bersembunyi, Eunwoo bisa melihat beberapa laki-laki berpakaian serba hitam tengah memasuki halaman rumah pribadi milik Suho. Eunwoo sedikit terkejut melihat senjata yang mereka bawa. Itu semua bukan senjata sembarangan. Lebih tepatnya senjata api yang cukup berbahaya yang telah hilang beberapa waktu yang lalu di teluk persia. Eunwoo yakin raibnya senjata-senjata itu masih berhubungan dengan Park Chanyeol.

Tangis Jungkook total berhenti ketika telinganya menangkap suara peluru yang terdengar cukup keras hingga rentetan tembakan membuat listrik dirumah sang paman mati. Kamar tempatnya berada tepat berada ditengah bangunan utama sehingga efek dari peluru tak langsung terasa.

Jungkook langsung siaga dan mengaktifkan mode senter pada jam tangan khusus miliknya untuk mencari keberadaan sang paman.

"Paman."panggil Jungkook pelan dan sosok yang ia cari kini terlihat berdiri terpaku dekat pintu.

"Aku baik-baik saja. Aku tak menyangka mereka mengincarku secepat ini." Kekeh Suho miris membuat Jungkook mengernyit tak memahami jalan pikiran sang paman yang nampak tak ketakutan.

Jungkook tak banyak bertanya ketika Suho mengajaknya ke sebuah ruangan yang berada tepat dibawah ruang pribadinya. Sebuah ruangan yang tak terlalu luas tapi cukup nyaman sebagai tempat persembunyian. Didalamnya terdapat  listrik cadangan yang mampu menerangi ruangan itu. Tetapi Jungkook tercengang ketika Suho memutar sebuah lemari kayu.

Deretan senjata lengkap dengan pelurunya. Suho nampak mengambil sebuah senjata yang tak asing bagi Jungkook. Salah satu senjata mematikan yang banyak digunakan sniper handal pada masanya. Barret model 99.

"Aku menyimpannya sebagai kenang-kenangan antara aku dan ayahmu. Tak ada yang bisa menggunakan senjata ini dengan baik kecuali ayahmu."

Suho menyerahkan senjata itu pada Jungkook yang diterima dengan tangan gemetar. Meski Jungkook mampu mengendalikan banyak senjata, tapi baru kali ini rasanya darahnya berdesir ketika tangannya menyentuh senjata mendiang sang ayah.

"Aku akan berada di ruangan ini sampai kau bisa mengatasi orang-orang asing itu sampai bantuan datang. Aku percaya padamu nak."

Jungkook terdiam sesaat ketika kata-kata Suho membuat hatinya makin menghangat. Jika tidak ingat ada suasana genting seperti saat ini mungkin Jungkook sudah menangis kembali. Biarlah ia dianggap cengeng.  Yang terpenting sekarang ini ia begitu bahagia ternyata ia tak sendirian.

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang