act. 13

17.5K 1.9K 79
                                    

.
.
.
.
.

Dan disinilah mereka bertiga yang kembali membuat heboh seisi rumah sakit. Ditambah kehadiran Irene yang memang banyak fansnya.

Seokjin sebenarnya bingung kenapa Irene mau ikut menjenguk Jungkook. Tapi Seokjin tak mau ambil pusing yang terpenting kehadiran Irene tak membuat keadaan Jungkook memburuk. Atau mungkin nanti bisa ada kemajuan.

Langkah mereka berhenti disebuah kamar yang berpenjagaan ketat. Irene sebenarnya agak bingung mengenai latar belakang bodyguard Taehyung itu. Terlihat penting dan punya jabatan yang tinggi di militer.

Ketika mereka masuk, Jungkook masih terlihat sama terbaring lemah tanpa kemajuan. Mesin-mesin penunjang kehidupan itu masih senantiasa menemani tidur Jungkook.

"Dia kenapa?"tanya Irene yang melihat Jungkook dengan pandangan iba.

"Dia menjadi salah satu anggota penyelamat saat penyerangan teroris di mall waktu itu. Dan karena ledakan bom waktu itu sekarang dia terbaring disini. Ditambah lagi dia ini yatim piatu sejak kecil." Seokjin menjawab dengan nada sedih.

Irene menutup mulutnya terkejut. Taehyung sendiri hanya bisa diam sambil memperhatikan perubahan yang terlihat pada Jungkook setelah 2 minggu tak menjenguknya. Wajah yang sebelumnya terlihat banyak luka kini nampak sudah sembuh. Meski wajahnya kini lebih pucat. Rambutnya yang biasanya pendek dan rapi kini terlihat memanjang. Jungkook terlihat makin menawan.

"Tae... " Irene menepuk lengan Taehyung karena tampak melamun sambil memandang Jungkook intens.

"Ah kenapa Noona?"

Taehyung tersadar dari lamunannya sedikit kaget dan itu tak luput dari pandangan Irene. Dengan senyum lembut Irene mengajak duduk di sofa.

"Dimana Jin Hyung?" Tanya Taehyung  yang tak melihat managernya itu.

"Keluar menemui dokter yang menangani bodyguardmu" jawab Irene kalem masih dengan senyum terpatri di wajah cantiknya.

"Tae.. apa kau menyukai bodyguardmu itu?" Tanya Irene tiba-tiba membuat Taehyung menoleh kearah Irene cepat.

"Apa maksud Noona? Tak mungkin aku menyukai laki-laki" Taehyung menyangkal dengan cepat tapi kemudian terdiam ketika pandangan mata Irene menatapnya dalam.

Taehyung terlihat tak berkutik dan dengan terburu-buru memalingkan wajahnya. Taehyung gugup tapi entah kenapa pandangan itu tak membuatnya berdebar. Tak seperti tatapan mata polos Jungkook waktu itu. Jantung Taehyung berdebar sangat cepat.

"A-aku ke toilet dulu."

Taehyung terburu-buru keluar dari ruang rawat Jungkook. Irene tersenyum geli melihat tingkah konyol Taehyung. Kenapa harus keluar ruangan jika dikamar rawat itu sendiri ada kamar mandi dalam.

Irene melangkah pelan dan duduk disamping ranjang pasien. Mata cantiknya menatap Jungkook dari ujung kepala hingga kaki.

"Pantas saja Bogum Oppa suka padamu. Kau sangat manis dan cantik meski kau laki-laki" Irene tersenyum getir mengingat kisah cintanya tak berjalan mulus.

"Kau mau tahu? Aku sadar jika Taehyung menyukaiku tapi aku lebih menganggap dirinya seperti adikku sendiri. Aku tak bisa memberikan harapan lebih padanya. Aku takut menyakiti perasaannya"

Tangan lentik milik Irene menyentuh rambut yang menutupi sedikit dahi Jungkook perlahan. Menatap Jungkook membuat Irene menginginkan seorang adik rasanya.

"Hei... Kau tak lelah terus tertidur?"

Pandangan mata Irene menyendu. Meski baru dua kali ini bertemu, Irene merasa dekat dengan sosok Jungkook.  Seperti ada ikatan yang tak kasat mata diantara mereka.

"Jika kau sadar nanti, aku ingin mengobrol tentang banyak hal denganmu."

Dan Irene tanpa henti berbicara meski tahu Jungkook tak akan merespon ucapannya. Mungkin sebagian orang itu hal membosankan tapi bagi Irene yang dilakukannya sangat menyenangkan. Ada rasa yang bisa ia ungkapkan meski tak ada tanggapan dari lawan bicaranya.

Tak lama kemudian seorang pemuda membuka pintu kamar rawat Jungkook dengan sedikit kasar. Nafas pendek-pendek terdengar jelas ditelinga Irene. Sepertinya pemuda itu berlari sepanjang koridor rumah sakit untuk menemui Jungkook. Pemuda tegap berkulit Tan itu nampak lelah dan berkeringat.

"Jungkook... "

Pemuda itu perlahan mendekati Jungkook yang masih terbaring lemah tanpa menyadari sosok lain disamping pasien. Irene hanya mampu mengerjapkan matanya bingung.

Pemuda itu duduk bersimpuh diseberang Irene sambil menggenggam tangan Jungkook sambil melihat pasien dihadapannya dari atas kepala hingga ujung kaki. Air matanya tak terbendung lagi.

"Maafkan aku baru bisa menemuimu..."

Pemuda itu nampak terisak. Irene yang sejak tadi memperhatikan ikut merasakan kesedihan pemuda didepannya.

"Yugeom sudah tak bersama kita." Tangis pemuda itu makin deras mengalir.

"Cepatlah sadar. Hanya kau sahabat yang aku punya."

Tangis pemuda bernama Kim Mingyu itu tanpa menyadari seorang gadis ikut menangis bersamanya. Irene bisa mengerti apa yang dirasakan pemuda didepannya.

Dan suara pintu menyadarkan ke dua orang yang menangis bersama. Seokjin berdiri didepan pintu dengan ekspresi bingung. Seokjin bertanya-tanya dalam hatinya apa yang terjadi dengan ke dua orang yang sedang menangis itu. Sedangkan mesin perekam jantung Jungkook masih menyala stabil. Tak mungkin Jungkook sudah tiada. Lebih membingungkan lagi Seokjin tak mengenal pemuda yang menangis itu.

"Kau siapa?" Tunjuk Seokjin pada Mingyu yang sedang menghapus air matanya dan buru-buru berdiri.

"Kau sendiri siapa? Aku sahabat Jungkook sejak sekolah menengah atas" Mingyu balik bertanya sekaligus menjawab pertanyaan Seokjin yang mendekat ke ranjang pasien.

"Ah kau anak buah Namjoon rupanya. Aku Kim Seokjin."

"Aku Kim Mingyu. Salam kenal" Mingyu membungkuk sopan sedikit malu karena ketahuan menangis. Kepalanya yang tak gatal digaruknya pelan.

"Bagaimana hasilnya Oppa?" Tanya Irene yang membuka suara setelah sejak tadi jadi hanya diam memperhatikan.

Mingyu yang baru tahu ada orang lain selain dirinya dan Seokjin di ruangan itu langsung menoleh ke arah Irene yang dihadiahi senyum cantik. Wajah Mingyu kontan memerah antara malu dan terpesona.

"A-ah se...sejak kapan?"

"Sejak kau membuka pintu aku sudah ada disini." Senyum Irene menjawab lembut membuat Mingyu makin malu.

"Kondisi Jungkook sudah pulih sepenuhnya, hanya saja dokter tidak mengetahui pasti kapan Jungkook akan sadar. Dokter menyarankan agar Jungkook sering diajak berbicara. Tapi, aku terlalu sibuk untuk melakukannya." Seokjin menjawab pertanyaan Irene dengan pandangan sedih ke arah Jungkook yang tertidur di ranjang pasien.

"Aku tak bisa terus berada disisinya. Aku tidak bisa meninggalkan tugas negara." Ucap Mingyu sedih tak bisa menjaga sang sahabat.

"Semoga ada keajaiban" ujar Irene tersenyum sendu.

Ketiga orang di ruangan itu kembali terdiam sambil memandang Jungkook  sedih yang sama. Suara pintu terbuka mengalihkan atensi ketiganya. Taehyung tampak masuk ke dalam ruangan itu santai sambil meminum kola.

"Dia siapa?" Tanya Mingyu

"Kau tak tau dia?" Irene balik bertanya dan sungguh terkejut ada yang tak tahu siapa Taehyung. Mingyu hanya membalas dengan gelengan kepala dan tatapan polos.

Taehyung perlahan mendekat kemudian tersenyum kotak andalannya.

"Sepertinya aku harus sering tampil di televisi,majalah ataupun koran." Kekehnya merasa lucu tanpa merasa kesal.

"Perkenalkan aku Kim Taehyung." Ucap Taehyung riang dengan senyum kotak terpatri diwajahnya. Dan mereka semua tak menyadari jika Jungkook sekilas menggerakkan jari telunjuknya.
.
.
.
.
.

TBC

MY CUTE BODYGUARDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang