Jungkook masuk kedalam kamarnya kemudian menutup pintu perlahan. Ia masih sadar hari sudah larut malam dan tak ingin membangunkan orang-orang yang masih terlelap.
Jungkook menyandarkan tubuhnya dibalik pintu kemudian tubuhnya merosot membuatnya terduduk. Kedua tangannya mencengkram kepalanya frustasi. Ia meruntuki sikapnya tadi. Menangis didepan taehyung membuatnya merasa bodoh. Jungkook bingung kenapa ia begitu lemah dihadapan tuan mudanya itu."Yugeom apa yang harus aku lakukan?" Desahnya frustasi kemudian terisak lagi.
Mengingat Yugeom, tangis Jungkook makin pecah. Keputusannya sudah bulat. Jungkook tak akan mengungkapkan perasaannya pada Taehyung. Ia takut untuk kehilangan juga takut merasakan sakit lagi. Ia menyerah.
.
.
.
.Pagi yang cerah tapi tidak dengan wajah Jungkook dan Taehyung. Keduanya terlihat mendung. Hal itu tak luput dari pandangan Baekhyun yang sedang menyiapkan makanan diruang makan. Di sana ada Daehyun sang kepala keluarga yang tengah membaca koran dengan setelan jas rapi, Taehyung yang duduk disebelah kanan Daehyun nampak melamun menatap cangkir kopinya, sedangkan Jungkook berdiri dibelakang Taehyung tapi matanya terlihat bengkak seperti habis menangis.
Baekhyun meletakkan dua piring roti bakar dihadapan suami dan anaknya. Dengan sengaja menarik Jungkook untuk mengikutinya ke dapur.
"Apa kau sakit?" Tanya Baekhyun memandang Jungkook dengan raut khawatir dan tersenyum tipis agar ibu angkatnya itu tak khawatir.
"Aku baik-baik saja ibu."Baekhyun menghembuskan nafas pelan kemudian tersenyum lembut. Tangannya yang halus mengelus lembut rambut Jungkook.
"Jika kau ingin bercerita temui aku. Ingat, aku ini sekarang orang tuamu."
Jungkook menunduk merasa bersalah tak bisa jujur pada lelaki manis didepannya.
'Maafkan aku'Dimeja makan Taehyung hanya menyentuh rotinya tanpa niat memakannya. Daehyun jadi heran melihatnya.
"Kau baik-baik saja Tae?" Tanya sang ayah yang kemudian melipat korannya dan mengalihkan atensinya pada sang anak.
"Entahlah ayah. Aku sendiri bingung." Balas Taehyung kemudian meminum kopinya lamat-lamat.
Daehyun mengacak rambut Taehyung gemas dibalas erangan protes oleh anak tunggalnya itu. Anaknya masih polos meski sudah besar.
"Terkadang apa yang menurutmu benar bisa saja salah. Jika logikamu mengatakan salah hatimu bisa mengatakan sebaliknya. Terkadang antara logika dan perasaan sulit untuk sama-sama dipahami. Jika suatu saat kau merasa bimbang, kau hanya perlu mendengar kata hatimu dan percayai dengan segenap jiwamu."
Taehyung terdiam mendengar nasehat sang ayah. Jujur saja ada yang aneh pada dirinya. Rasa ketertarikan yang tak bisa ia pahami pada bodyguard manisnya itu. Terkadang Taehyung merasa mati-matian meyakinkan dirinya sendiri jika ia masih menyukai Irene. Tapi makin ia sering bersama sang bodyguard yang wajahnya bisa mengalahkan wanita, Taehyung merasakan ketertarikan yang berbeda.
Perlahan Taehyung merogoh saku celananya mencari ponselnya. Mendial nomor dengan nama Irene tertera dalam layar ponselnya itu.
"Noona bisakah kau datang ke rumahku hari ini?"
"..."
"Baiklah. Aku menunggumu."
"..."
"Aku tak ada jadwal hari ini."
"..."
"Ya. Terima kasih Noona."
Sambungan telepon dimatikan dan Taehyung hanya bisa mendesah lelah. Ia menoleh ke samping dan melihat bagaimana Jungkook akrab dengan sang ibu. Entah apa yang dibicarakan tapi gigi kelinci yang lucu itu beberapa kali terlihat membuat Taehyung gemas sebenarnya.
Daehyun hanya bisa tersenyum melihat bagaimana putra tunggalnya yang tak berhenti menatap Jungkook. Kepalanya menggeleng pelan kemudian melanjutkan sarapannya.
Hari menjelang siang dan Jungkook kini berada di markas militer menemui Namjoon dan beberapa jajaran militer lainnya untuk mengadakan rapat pengamanan negara menjelang pertemuan perdana Korea Selatan dan Korea Utara.
Kebetulan Taehyung tak ada jadwal diluar sehingga Jungkook diijinkan pergi. Dan kini ia tengah duduk bersama beberapa anggota militer yang mempunyai pangkat tinggi. Salah satunya Mingyu yang telah kembali dari perjalanan dinasnya ke Rusia.
Namjoon nampak berdiri dengan gagah memimpin jalannya rapat. Ada beberapa strategi pengamanan yang dijabarkan. Rapat hari ini untuk mengoreksi dan juga mendengar usulan dari anggota rapat yang hadir.
"H-7 menjelang pertemuan pasukan militer akan terus berpatroli sepanjang perbatasan selama 24 jam. Kita juga bekerjasama dengan polisi Anti teror dan juga anti huru hara. Kita semua harus waspada karena teroris sewaktu-waktu bisa membuat keonaran dan mengancam membatalkan pertemuan penting negara kita."
Semuanya hening mendengarkan Namjoon dengan seksama. Tak ada protes dari peserta rapat mengenai rencana yang sudah dipaparkan oleh sang jendral. Rapat kemudian dibubarkan.
"Jungkook, Mingyu kalian ikut aku ketempat Hoseok. Ada yang ingin aku bicarakan." Perintah Namjoon yang dibalas anggukan kepala kedua anak buahnya.
Mobil SUV hitam milik Namjoon yang dikendarai Mingyu membelah jalanan menuju pondok ditengah hutan tempat Hoseok tinggal. Tak ada pembicaraan berarti karena mereka semua dalam mode serius. Sebetulnya Mingyu jengah tapi melihat atasan dan sahabatnya tak bisa diajak ngobrol santai ia mengurungkan niatnya. Mobil SUV itu memasuki parkir bawah tanah yang didesain khusus agar tak menarik perhatian.
Mereka bertiga menemui Hoseok yang tengah berkutat didepan layar komputer. Sesekali bibirnya berdecak kesal. Entah apa yang ia lakukan. Kehadiran ketiga prajurit militer itu mengalihkan atensi Hoseok.
"Ah kalian cepat sampai."
"Waktu kita tak banyak. Lebih baik kau sampaikan apa yang telah kau dapat." Namjoon menyela sambil berdiri disamping Hoseok yang hanya bisa mendengus menatap sang ketua dalam mode luar biasa serius. Jungkook dan Mingyu memilih duduk di sofa.
Niat Hoseok berbasa-basi harus ia tunda. Jemarinya dengan lincah mengoperasikan perangkat komputer canggih didepannya. Kemudian sebuah gambar dengan latar belakang pantai terpampang dilayar komputernya.
"Ini adalah salah satu pantai pribadi milik pejabat parlemen. Dan aku menangkap sesuatu mencurigakan."
Sebuah proyektor yang berada diatas kepala Jungkook dan Mingyu tiba-tiba menyala dan menyorotkan sebuah gambar ke layar putih didepannya. Di sana terlihat beberapa orang berpakaian hitam sedang berjaga disebuah villa yang cukup mewah. Seakan ada sesuatu yang penting di sana.
"Daerah ini sangat jarang dikunjungi. Kalian pasti pernah melihat potongan video yang diperlihatkan oleh ketua." Hoseok terdiam sebentar melihat ekspresi rekan setimnya yang nampak berkonsentrasi penuh.
"Ya. Lokasinya sama. Dan dari mata-mata yang kita kirim orang-orang itu sedang merencanakan sesuatu berhubungan dengan rencana presiden bertemu pimpinan Korea Utara."
Hoseok melanjutkan kemudian mengganti gambar pada layar proyektor menjadi gambaran sebuah pesta. Di sana orang-orang nampak bersenda gurau dengan gelas sampanye ditangan. Tapi sosok yang familiar tertangkap oleh atensi semua diruangan itu.
"Bisa kalian lihat dan bisa kalian tebak. Itu bukan pesta biasa mengingat banyaknya penjahat kelas kakap yang menjadi buruan internasional. Dan ditengah-tengah mereka adalah orang yang mungkin bertanggung jawab atas banyaknya teror yang terjadi di negara kita. Park Chanyeol."
.
.
.
.
.
.TBC
________________&&&&________________
Happy birthday uri maknae Jeon Jungkook 💜💜💜💜💜💜💜
Kelinci badan L-man muka Bebelac 🥳🥰😘
KAMU SEDANG MEMBACA
MY CUTE BODYGUARD
ActionJeon Jungkook seorang kapten kesatuan khusus militer ditugaskan menjaga Kim Taehyung sang aktor terkenal, anak tunggal Menteri pertahanan Korea Selatan. bxb (batangxbatang) action,drama Top Tae Bot Kook Mpreg! Ini bukan book dengan banyak romansa...