BAB 9

5.2K 263 15
                                    

Kedua sejoli itu berjalan di tengah kerumunan pengunjung lain yang berlalu lalang. Sesekali Daniel memalingkan wajahnya, untuk melihat keberadaan Kayana. Ia terlalu khawatir jika nantinya gadis itu menghilang di tengah kerumunan manusia.

"Auw!" terdengar suara Kayana mengaduh, wanita itu hampir terjatuh saat beberapa orang bertubuh besar menyenggol pundaknya hingga oleng. Sebelum tubuhnya terhempas, Daniel yang sedari tadi memperhatikan istrinya telah sigap menangkap, merengkuh Kayana dalam dekapan hangatnya.

Suasana canggung menyelimuti saat tatapan keduanya bertemu. Menimbulkan letupan aneh dalam hati mereka, seolah ada kembang api yang menyala dalam dada keduanya. "Terima kasih," ucap Kayana seraya menyembunyikan wajah yang mulai memerah.

"Pegang tanganku!" Daniel mengulurkan tangannya, meminta Kayana agar menggengamnya. Untuk menghindari kejadian seperti barusan agar tidak terulang. Meskipun awalnya ragu tapi pada akhirnya Kayana memenuhi permintaan itu. Ia menerima uluran tangan Daniel, dan merasakan betapa hangatnya genggaman pria itu.

Mereka telah tiba di kawasan People's Park, mereka segera menuju pusat perbelanjaan yang terkenal dengan kisaran harga yang terbilang sangat murah. Keduanya telah berada di area yang dibatasi oleh jalan New Bridge Road, Upper Pickering Street, Cantonment Road serta South Bridge Road. Kayana sibuk memilah cenderamata yang dijajakan penjual. Berkali-kali ia meminta pendapat Daniel, namun pria itu hanya menjawab seadanya saja.

"Daniel, kau sedang apa di sini?" Suara serak seorang wanita membuat Daniel memalingkan pandangan dari Kayana.

"Ellie, apa yang kau lakukan di sini?" pria itu berusaha bersikap wajar meski hatinya tidak tenang.

"Aku sedang berbelanja, kau sendiri sedang apa? Dan ke sini bersama siapa?" Gadis yang dipanggil dengan sebutan Ellie itu mencecar Daniel dengan banyak pertanyaan.

"Aku kemari bersama seseorang," jawab Daniel santai, tanpa berniat memberitahukan statusnya saat ini.

Ellie hanya mengangguk, kemudian tersenyum. "Karena kita sudah bertemu, aku ingin mengajakkmu makan siang," ujarnya, seraya menarik lengan Daniel menuju tempat makan yang letaknya tidak jauh dari tempat mereka berdiri saat ini. Meninggalkan Kayana yang masih sibuk belanja.

"Maaf, tadi pagi aku tidak dapat lebih lama berkumpul dengan kalian," gadis itu memasang wajah bersalah sesempurna mungkin, lalu dia meneguk Orange Juice yang baru dipesannya.

"Tidak apa-apa, setelah kau pergi kami juga kembali ke rutinitas masing-masing," Daniel menjawab dengan senyuman.

"Kau masih sama seperti dua tahun yang lalu ya. Senyumanmu tidak pernah berubah meski aku telah menyakitimu." Mendengar penuturan Ellie, raut wajah Daniel seketika berubah. Ia menerawang jauh ke masa lalu, masa di mana ia harus mengakhiri kisah cinta dengan gadis yang kini kembali muncul dalam hidupnya. Bahkan dia datang tak tahu waktu, di saat dirinya tengah berbulan madu.

"Maaf, saat itu aku terlalu egois. Aku lebih mengutamakan karir dibandingkan dirimu," Ujar Ellie dengan segala rasa bersalahnya, buah dari keputusannya yang terburu-buru di masa lalu. Ia tersenyum kecut mengingat kebodohannya yang menyia-nyiakan pria sebaik Daniel.

"Lupakanlah. Selama dua tahun aku selalu mencoba untuk melupakanmu," gumam Daniel dengan nada malas. Ia benci ketika mengenang rasa sakit yang pernah diberi oleh Ellie di hatinya. Perbincangan mereka terusik kala dering ponsel Daniel berbunyi. "Halo," Daniel menjawab santai. "Aku ada di Cafe sebelah utara dekat tempat parkir, kemarilah. Aku sedang bersama temanku, jadi tidak bisa ke sana," Daniel meminta Kayana agar menyusulnya.

"Aku akan menunggumu di tempat Parkir saja," terdengar jawaban Kayana di seberang sana. Memaksa Daniel untuk segera beranjak dari tempat duduknya.

"Maaf, aku harus segera pulang. Setelah ini kau akan kemana?" Pria itu menanyakan hal apa yang akan dilakukan Ellie selanjutnya.

"Aku akan pulang juga, karena semua barang yang aku cari telah aku dapatkan semua," gadis itu menjawab diiringi senyum yang merekah di wajahnya. Senyum yang pernah membuat Daniel terkesima akan pesonanya, senyum yang pernah membuat pria itu mencintainya terlalu dalam dan membuat hatinya bergetar. Saat ini, kala senyuman itu terukir di hadapannya, hati Daniel masih berdesir meski tidak seperti dulu.

"Kau menginap di mana? Biar kuantar," tanya Daniel menawarkan diri.

"Aku menginap di Hotel yang sama denganmu," jawab Ellie singkat, tangannya merapikan barang belanjaan.

"Baiklah, kita bisa kembali ke Hotel bersama," Ellie tidak menjawab karena Daniel telah membawa semua barang belanjaannya. Gadis itu mengekor, berjalan di belakang pria yang masih sangat dia cintai sampai saat ini.

"Biar aku bawa sendiri, kau tidak perlu repot-repot." Ellie berusaha mengambil alih tali goodie bag yang berada dalam genggaman Daniel.

"Sudah tidak apa-apa, lagi pula aku yang ingin membantumu, jadi kau tidak usah sungkan," pria itu menjawab tanpa mengalihkan pandanganya; masih menatap lurus ke depan pada arah jalan yang akan dia lewati. Keduanya mulai melihat mobil CRV berwarna silver metalik dengan seorang gadis yang bersandar pada daun pintunya.

Kayana mengedarkan pandangan, sudah lima belas menit dia menunggu di bawah terik matahari yang menyengat. Tatapannya berhenti saat mendapati Daniel membawa belanjaan bersama seorang wanita yang berjalan di sampingnya.

Mereka terlihat akrab, senyum keduanya mengembang seolah mereka teman lama yang sudah lama tidak berjumpa. "Kenapa kau lama sekali?" Kayana memasang wajah masam saat Daniel telah berada di hadapannya.

"Ellie, ini Kayana." Daniel menunjuk Kayana, dia memperkenalkan istrinya kepada mantan kekasih sekaligus cinta pertamanya.

"Aku Ellie." gadis itu membungkuk, tidak luput dia tersenyum anggun. Membuat Kayana sedikit bergidik melihat aura kecantikan yang terpancar dari pribadi Ellie. Gadis itu begitu sopan, berwajah cantik dan ramah, dapat dipastikan bahwa dia adalah wanita yang terpelajar dan berpendidikan. Kayana hanya tersenyum kaku menanggapi perkataan gadis itu.

Dia segera memasukkan semua barang belanjaanya ke jok belakang. Matanya menyipit keheranan kala Daniel membantu gadis itu menyimpan semua barang yang tadi dibelinya.

"Masuklah, kau duduk saja di depan," perintah Daniel pada Ellie, membuat gadis itu sedikit tidak enak hati pada Kayana.

"Apakah tidak apa-apa jika aku duduk di depan?" tanya Ellie ragu akan titah Daniel padanya. Manik mata gadis itu melirik Kayana sekilas. Kayana yang merasa diperhatikan oleh Daniel dia segera menyergah dan berkata bahwa dia tidak merasa keberatan. Dengan sedikit kesal Kayana duduk di kursi belakang bersama barang belanjaan yang menumpuk. Well, sebenarnya dia tidak marah, hanya saja merasa kesal melihat kedekatan suaminya bersama wanita lain.

Aish, kenapa aku bisa merasa seperti ini?

🌺🌺🌺

Semoga sukaa. Kalau banyak yang coment next bab aku update secepatnya. Hari ini double up lho spesial buat teman-teman yang udah nungguin 🥰😘

Marriage Failed The First NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang