BAB 20

4.3K 218 5
                                    

Pekikan beberapa orang yang melihat kejadian aneh tersebut sempat terdengar. Namun selanjutnya keadaan kembali seperti semula, semuanya kembali terlihat acuh seolah tidak pernah melihat kejadian apapun, dan hanya sesekali para gadis muda yang terus merilik ke arah sekumpulan orang aneh tersebut.

Daniel bangun dengan tangan yang terus mengusap bibir, seolah bibirnya baru saja menyentuh hal yang paling tidak ia inginkan di dunia. Ya, walaupun sejujurnya memang seperti itu. Baginya mencium bibir Weslie itu adalah Double sialan yang harus ia terima saat ini, bahkan sisa Singapore Sling dari mulut Junho masih ada yang menetes, melewati rambutnya yang terlihat berantakan.

"Astaga Daniel, aku masih normal. Kau mencuri ciuman dariku!" Weslie melakukan hal yang sama seperti Daniel—ia mengusap bibirnya menggunakan punggung tangannya, ia tidak menyangka akan mendapatkan insiden yang memalukan di bawah terik matahari, di tengah pantai, serta dilihat olah puluhan pasang mata saat seorang pria mencium bibirnya.

"Itu menjijikan!" Desis Daniel kesal, ia melihat Weslie melalui ekor matanya.

"Daniel, akan kuambilkan handuk untukmu," setelah beberapa waktu hanya bungkam, akhirnya Kayana menemukan kembali suaranya yang tadi sempat menghilang saat melihat Daniel terjerembab.

"Tidak, aku tidak butuh handuk, aku hanya—" belum sempat Daniel menyelesaikan perkataannya, suara lain telah terlebih dulu ikut mendominasi.

"Ia lebih butuh kain pantai yang kau kenakan, agar ia dapat membersihkan wajah di depan pahamu dan berjongkok," seloroh Weslie dengan nada mengejek, selanjutnya pria itu terkikik geli. Karena isi kepalanya dipenuhi rekaman ekspresi frustasi Daniel ketika melihat istrinya berjalan tadi.

"Diam kau!" Balas Daniel galak.

Demi Tuhan ia merasa ditelanjangi di hadapan istrinya sendiri, sementara itu Daniel dapat mendengar tawa yang berusaha Junho redam namun gagal untuk disembunyikan. Oh tidak, Daniel membenci dua manusia tersebut, ingin rasanya ia melenyapkan dua mahluk tersebut dari muka bumi ini. Agar tidak lagi mengganggu acara bulan madu yang seharusnya ia nikmati.

Otak Daniel terus berputar, memikirkan cara untuk membalas dendam pada Weslie. Ia tidak ingin lelaki itu mendapat maaf darinya tanpa mengalami penderitaan terlebih dulu, hingga akhirnya alarm tanda perang dimulai. Seperti ada bola lampu menyala di atas kepala Daniel, saat ia mendapat ide untuk membuat Weslie merasa tertekan dan menyesal karena sudah banyak menyusahkannya.

Sementara itu Kayana menundukkan wajah, ia merasakan pipinya memanas saat Weslie mengucapkan kata yang tidak senonoh di muka umum, Kayana malu. Kepalanya secara reflek membayangkan suaminya tengah membersihkan wajah menggunakan kain pantai yang kini menjuntai dari pinggul hingga semata kakinya.

Kayana menyadari saat angin yang bertiup kencang membuat kain itu berkibar hingga membuat pahanya sedikit terekspose. Ternyata meski mengenakan baju yang sedikit tertutup tetap saja ia mendapat perhatian di bagian tertentu, padahal jika dibandingkan dengan pengunjung lain yang mengenakan bikini, dirinya termasuk paling sopan dan tertutup.

"Daniel, tunggu sebentar, aku akan mengambil sesuatu," Kayana beranjak tanpa menunggu persetujuan pria itu.

Daniel hanya pasrah saat Kayana memintanya untuk menunggu, ia memutuskan untuk berjalan mendekati bibir pantai. Ingin merasakan terpaan air laut agar menyapu kakinya yang telanjang. Sesekali Daniel menggerak-gerakan kakinya tanpa arah, berusaha mengusir bosan dan rasa kesal yang masih tersisa.

"Halo, apa Oppa dari Korea?" Suara serak seorang wanita menyapa pendengarannya, sontak Daniel menoleh dan mendapati wanita yang Daniel yakini orang Singapore asli. Bikini Two Peace membalut tubuh rampingnya, rambut coklat keemasan dibiarkan tergerai, hidung mancung serta bibir tipis membuat wanita itu terlihat sangat menarik. Namun tidak membuat hati Daniel berminat.

Marriage Failed The First NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang