BAB 30

2.7K 147 6
                                    

Weslie berjalan ke dalam kapal, lalu ia disambut oleh pemilik club yang dulu selalu membantunya. "Akhirnya aku bisa melihatmu lagi setelah semua kekacauan yang kau buat," wanita tersebut berdiri diiringi dua lelaki kekar berbaju hitam.

"Dimana temanku? Aku ingin melihatnya!" Weslie berusaha tenang namun suaranya satu oktaf lebih tinggi dari lawan bicaranya.

"Ia aman bersama kami, aku hanya ingin memastikan kau membawa uang dan tidak akan menipu" wanita tersebut memberi kode pada lelaki yang ada di samping kirinya, lelaki bertubuh tegap tersebut lantas mengangguk patuh dan berjalan mendekat pada Weslie.

"Brengsek, aku ingin melihat Kayana!" Weslie mencengkram tali tas dan berusaha menepi, "Jika kalian tidak memperlihatkan wanita itu padaku maka aku akan membuang uang ini ke air," Weslie bergetak maju mendekati jendela, posisinya yang sedikit jauh membuat bodyguard tadi tidak mampu berbuat banyak, dan jika pria itu memaksakan diri untuk mendekat—maka uang itu pasti sudah terlebih dulu jatuh ke air.

"Cih, ternyata nyalimu besar juga. Baiklah, aku akan membawa wanita itu dan memperlihatkannya padamu. Bawa tawanan kita kemari!" anak buahnya berjalan masuk ke ruangan dalam, terdengar suara gaduh, hingga akhirnya lelaki tersebut menyeret Kayana yang masih dalam keadaan terikat, mulutnya ditutup oleh kain dan tangannya diikat ke belakang.

Weslie melihat beberapa memar di wajah Kayana, membuat pria itu meringis. Dapat dipastikan wanita itu mengalami kekerasan secara fisik, Weslie berharap Kayana tidak mendapat pelecehan sexual selama disekap. Jika itu terjadi, entah akan bagaiman nasib pernikahannya bersama Daniel nanti.

"Bawa ia padaku dan aku akan melempar uang ini ke sana."

Setelah mendapat persetujuan pemimpinnya, lelaki yang menyeret Kayana membawa tawanannya untuk mendekat ke arah berlawanan. Weslie melepas ikatan dan membuka kain yang menutup mulut Kayana, kain itu membuat Kayana tidak dapat berteriak. Setelah ia menarik Kayana untuk berdiri di belakangnya, Weslie melempar travel bag dengan sedikit gusar.

"Brengsek! Kalian membuatnya memar!" Geraman Weslie dibalas senyum culas dari wanita pemilik club.

"Ayo cepat kita pergi!" Weslie menarik Kayana untuk segera keluar dan menjauh dari kapal tersebut, namun saat hendak melangkah, para lelaki bertubuh besar itu menyeret mereka untuk kembali masuk, saat Weslie berusaha untuk melawan, sebuah pukulan mendarat keras di ulu hati hingga membuat tubuhnya terhuyung kebelakang.

"Tidaak!" Kayana berteriak dan berusaha menangkap tubuh Weslie, namun sial sebuah tangan kekar membawa tubuhnya menjauh, ia diseret kembali ke bagian dalam kapal. Kayana terus meronta kala menyaksikan tubuh Weslie terus dihujani pukulan, bunyi berdebam dan sebagianya membuat telinganya sakit. Saat wajah pria itu mendapat pukulan ke tiga, dari hidungnya mengalir darah, bibir Weslie sudah tidak lagi berbentuk, kini wajah tampan pria itu sudah dilapisi darah segar yang menutupinya.

Lelaki yang lebih besar menendang tubuh Weslie hingga berulang-ulang, posisinya yang sudah terkapar di lantai kapal membuatnya menjadi sasaran empuk. Hingga akhirnya Weslie sukses memuntahkan darah pekat yang masih segar, rasa sakit yang Weslie tanggung mencapai batas, hidungnya patah dan seluruh wajah telah berubah lebam dan berbau anyir. Ulu hatinya merasakan nyeri yang luar biasa hebat, terlalu menyakitkan saat kaki manusia bayaran itu terus menendang di bagian yang sama.

"Aku mohon jangan sakiti dia!" teriakan Kayana menggema bersama dengan umpatan Junho.

Pengacara itu melakukan perlawanan saat menyaksikan Kakaknya audah terkapar dilantai dan tidak berdaya. "Brengsek! Akan kubunuh kalian semua!" Junho kembali melayangkan pukulan, meski ia sudah terhuyung saat lelaki yang menyeretnya berhasil mendaratkan tinju di bagian punggung.

Sementara itu Daniel tidak kalah sengit melakukan perlawanan, ia berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan diri dari kekangan tangan kokoh yang begitu kuat.

"Kayana!" Daniel melirik ke arah Kayana yang berdiri dalam cengkraman seorang pria.

Emosi Junho dan Daniel tidak terkendali saat melihat Weslie yang kembali terbatuk, ia sudah terkapar di lantai kapal dengan wajah tidak berbentuk dan bersimbah darah. "Brengsek! Kami sudah melakukan semua permintaan kalian, kenapa kalian tidak membebaskan kami?!" Daniel berusaha semampunya, ingin meraih Kayana namun tenaga yang ia milikki tidak sebanding dengan lelaki bertubuh besar yang mendekapnya.

"Di area masuk pelabuhan salah satu anak buahku mengatakan banyak mobil polisi yang menuju kemari. Jika bukan kalian tersangkanya, lalu siapa hah? Aku yakin salah satu diantara kalian sudah melapor, dan sebagai balasan karena kalian tidak mau mendengarkanku maka terimalah ini," wanita tersebut mengambil karung kentang yang berada di sudut ruangan.

Dengan sigap tubuh Weslie dimasukan ke dalamnya, Junho berontak histeris, ia tidak mengindahkan ancaman peluru yang berada di atas kepalanya.

"Jangan lukai dua pria itu, aku ingin mereka melihat orang yang mereka sayangi mati secara perlahan," wanita itu kembali melemparkan karung ke arah lelaki yang menjaga Kayana.

"Tidak! Tidak. Brengsek apa yang akan kalian lakukan padanya?!" Daniel terus berusaha melakukan perlawanan saat lelaki tersebut melakukan hal yang sama pada Istrinya—memasukan tubuh Kayana ke dalam kantung kentang.

Kayana yang tidak memiliki banyak tenaga dengan sangat mudah telah berada di dalam karung tersebut, makian Junho dan Weslie tidak dihiraukan, mereka berjanji dan berseia melakukan apapun asalkan kedua orang tersebut dilepaskan.

"Aku tidak akan tergiur dengan tawaran kalian, uang yang kumiliki sudah cukup untuk melarikan diri dan menghilangkan jejak. Jadi sebaiknya nikmati saja pemandangan ini."

Tepat saat wanita itu mengarahkan jari telunjuknya ke air, karung yang membungkus tubuh Kayana dan Weslie dilempar dalam waktu yang bersamaan. Suara deburan terdengar dan membuat riak besar pada permukaan air.

"Tidaak!!" Daniel meronta dan berusaha untuk melompat, hatinya bagaikan disayat saat menyaksikan kejadian tersebut. Ia harus melihat dengan mata kepalanya sendiri, wanita terkasihnya menuju bahaya besar, air di bawah sana begitu dingin, sementara Kayana dan Weslie tidak mungkin dapat melepaskan diri.

Karung tersebut diikat dengan sangat kuat, air itu telah kembali tenang saat tubuh Junho dan Daniel terkapar di dermaga. Mereka di lempar dari atas kapal, penjahat itu telah melarikan diri dengan kapal Ferry yang menjadi saksi kekejaman yang baru saja terjadi. Raungan sirine dari mobil polisi yang begitu dekat nyaris tidak terdengar, Daniel merangkak maju dan berusaha melompat untuk mencari jejak Istrinya, ia tidak mungkin dapat hidup tenang jika hal yang mengerikan itu menjadi nyata.

Junho tidak dapat bergerak, seluruh tubuhnya terasa ngilu. Ia mendapatkan beberapa pukulan di bagian punggung dan perut. Ketika ia menyaksikan tubuh Weslie yang tidak berdaya, ingin rasanya ia menguliti para penjahat itu dengan perlahan, dan menuangkan cairan garam ke atas luka mereka. Sebelum mereka berdua mencapai permukaan air, tangan kokoh para penegak hukum membawa mereka menjauh dari dermaga. Sekuat tenaga Daniel berusaha meronta, ia hanya ingin melihat Kayana dan Weslie selamat.

"Istriku di dalam air, apa yang kalian lakukan biarkan aku menyelamatkannya," Daniel meracau dengan suara bergetar, sementara Junho mulai tenang tatkala matanya menangkap siluet manusia dengan peralatan menyelam yang lengkap, telah turun ke dalam air.

"SELAMATKAN MEREKA BERDUA!"

Daniel menarik kerah baju salah satu opsir yang berusaha untuk menenangkannya, ia tidak mampu lagi melakukan perlawanan saat petugas kedokteran menyuntikan cairan ketubuhnya. Samar ia melihat sebuah karung kentang yang tengah berusaha diangkat naik ke daratan, setelah pemandangan tersebut terlihat semakin buram, selanjutnya kegelapan merengkuh tubuh Daniel hingga tidak dapat menyentuh cahaya.

Marriage Failed The First NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang