BAB 35

2.3K 121 4
                                    

Kayana mengerjap saat mimpi buruk hampir membuatnya berteriak histeris, di sana ia menyaksikan Daniel terkapar bersimbah darah. Para penjahat yang tidak diketahui dari mana datangnya telah berhasil membuat pria itu menjadi kesakitan. Luka lebam dan bau anyir tercium sangat jelas, ia melihat wajah Daniel sudah seperti Weslie ketika tragedi di dermaga.

Setelah menenangkan perasaannya, Kayana turun dari ranjang, ia berniat mengambil air untuk membasahi tenggorokannya yang terasa kering. Mimpi itu telah membuatnya bersimbah keringat, seluruh ototnya terasa tegang. Saat ia mengambil air dari lemari pendingin, suara langkah kaki yang mendekat ke arahnya terdengar kontras, Kayana berbalik dan mendapati Junho tengah berdiri di depan pintu.

"Mas, kenapa kau bangun pagi sekali?" ia tidak mengerti bagaimana bisa pria itu bangun padahal orang-orang masih terlelap.

"Aku mendengar suara pintu, jadi aku putuskan untuk melihat ada hal apa yang membuatmu keluar dari kamar pada jam sepagi ini," Junho menguap sambil mengacak rambutnya. Pria itu masih terlihat sulit untuk membuka mata, namun janjinya pada orangtua Kayana mengharuskannya sigap dalam setiap kondisi.

"Astaga, Mas. Aku tidak mungkin melarikan diri dan menemui Suamiku. Aku tidak ingin menyusahkan dan membuatmu berada dalam masalah, jadi sebaiknya kembalilah tidur. Aku akan memasak sesuatu untuk sarapan kita," Kayana meminta Junho untuk melanjutkan kembali tidurnya, ia tahu pria itu pasti lelah karena harus menjaga dirinya dan Junho juga harus menjaga Weslie yang masih berada di rumah sakit.

"Kayana, jika kau merasa bosan di rumah nanti siang aku akan mengajakmu jalan-jalan," Junho berkata sebelum menghilang di balik pintu. Kayana hanya tersenyum, ia memang merasa kurang bersemangat karena terus berada di dalam rumah.

***

Kayana berkutat dengan bahan-bahan makanan, ia ingin membuat sarapan untuk dirinya dan Junho. Hal yang pertama melintas dalam benaknya adalah membuat Kimbab, selain caranya yang praktis ia juga sudah melihat bahan di dalam kulkas cocok untuk membuat makanan tersebut.

Kayana mengiris zukini, wortel yang dipotong memanjang. Ia mengecek rebusan bayam yang sudah siap untuk diangkat, bekerja seperti itu di dapur selalu memberi kepuasan tersendiri baginya. Cita-citanya selama ini hanyalah menjadi Ibu rumah tangga yang baik yang bisa menyiapkan segala sesuatu untuk keluarga kecilnya dengan tangan sendiri.

Setelah semua sayuran dipotong sesuai keinginan, Kayana mengambil nori (rumput laut yang biasa digunakan untuk membuat sushi). Lantas ia mengambil nasi untuk ditaruh di atasnya, menata sayuran dan daging sapi potong dadu, serta telur dadar yang sudah ia siapkan sebelumnya. Tidak lupa ia mengambil bayam yang sudah diberi minyak wijen.

Setelah semuanya ditata, Kayana menggulung Bamboo Matt (bambu yang buat alas dan menggulung sushi) yang ia jadikan alas nori dan bahan lainnya. Kimbab buatannya kini telah siap untuk dihidangkan, hanya tinggal dipotong agar terlihat lebih cantik seperti yang ada di restoran pada umumnya.

Tepat setelah semuanya selesai, Kayana berjalan ke kamar mandi, ia ingin membersihkan diri sebelum Junho bangun untuk sarapan bersama, mungkin jika orang yang tidak tahu bisa beranggapan dirinya dan Junho memiliki hubungan.

Hidup mengucilkan diri dari sekitar, seperti tengah bersembunyi dari pengawasan orang yang mereka kenal. Kayana menggeleng lemah saat pemikiran buruk itu melintas, ia berusaha menepis rasa takut dan kekhawatiran yang kian menjadi. Berharap Daniel akan menemukannya saat ia berada di tempat umum—bukannya di rumah tengah berdua bersama Junho.

***

Junho meraih Kimbab menggunakan ujung sumpitnya, ia menikmati masakan Kayana yang terasa lezat dan pas di lidah.

"Kayana, aku rasa kau berbakat dalam hal ini," Junho kembali meraih potongan Kimbab yang masih utuh. Tidak butuh waktu lama baginya untuk menghabiskan beberapa potong makanan itu.

"Jangan menghinaku, membuat Kimbab adalah hal yang sangat mudah. Jadi aku merasa ini tidak special sama sekali," Kayana mendengus dengan wajah ditekuk. Meski senang Junho memujinya, tapi ia merasa bersalah karena Daniel belum pernah mencicipi masakan yang dibuat olehnya.

"Aku serius, Kimbab buatanmu begitu lezat," Junho menghabiskan potongan Kimbab terakhir, ia tersenyum penuh kesungguhan. tidak sedang membual atau sengaja berbohong hanya untuk menyenangkan Kayana. Faktanya makanan yang baru saja ia santap memang terasa lezat.

"Terima kasih karena sudah menghabiskan makanan buatanku," Kayana tersenyum seraya meraih piring dan beranjak menuju wastafel.

"Kayana, bersiaplah kita akan pergi jalan-jalan hari ini. Aku tidak tega melihatmu terus terkurung tanpa ditemani oleh Daniel."

"Terima kasih sudah memperhatikan dan menjagaku hingga sejauh ini," Kayana lekas mengelap tangannya yang basah setelah mencuci piring, ia berjalan menuju kamar untuk bertukar pakaian, setidaknya siang ini ia ingin sedikit melepaskan penat. Hidup seminggu tanpa Daniel di sisinya terasa seperti di neraka. Ia memilih gaun bahan sifon dengan potongan rendah. Meski memiliki tali, tapi leher dan bahunya masih terekspose. Potongan bawahnya jatuh tepat di atas lutut, hingga kakinya yang jenjang terpampang dengan sempurna.

Saat ia memakai anting-anting mutiara, matanya menatap flat shoes yang pernah menemaninya ketika disekap di club malam itu. Seketika denyutan rasa sakit seperti mencekiknya hingga kesulitan bernafas. Kayana hanya memandangi semua sepatu yang seadanya, tidak dapat memutuskan ingin memakai alas kaki yang mana, suara ketukan di pintu sudah berkali-kali terdengar. Junho sudah menunggunya sekitar lima menit yang lalu.

"Iya, tunggu sebentar aku hampir selesai."

Kayana menjawab dengan tangan memasukan flat shoes yang tadi dipandanginya. Berusaha untuk membuang semua memori yang mengerikan, saat ini ia hanya ingin sedikit membebaskan diri dari semua masalah. Ia membuka pintu dengan gerakan cepat, hal itu bertepatan dengan tubuh Junho yang terjungkal jatuh di depan kakinya. Ketika Kayana berniat untuk meminta maaf, tatapan Junho bergerak dari ujung kaki hingga ke ujung kepala. Pria itu nyaris tidak dapat menutup mulut.

Sial! Ia terlihat sangat cantik!

❤️💝💝💝❤️

Selamat pagi, long time no see ya sama cerita ini. Semoga masih pada ingat hehe.

Happy reading everyone, hope you enjoy read this story 🥰

Love
Meliza

08 febryary 2020
Sydney-Australia

Marriage Failed The First NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang