BAB 14

5.6K 292 12
                                    

Langit seakan runtuh menimpa alam semesta, bumi seolah berhenti berputar pada porosnya. Angin bagai menghilang tanpa tersisa, bahkan lautan seolah menumpahkan seluruh isinya ke daratan. Sendu kelam tanpa cahaya, seperti itulah hati Kayana kini. Berada pada titik terendah dengan segala kesialan yang menimpa, hanya harapan-harapan hampa yang masih setia dijunjung tinggi dalam angan penuh kesakitan.

Dinding beton yang mengurung tubuh ringkih Kayana bak monster yang siap menelannya hidup-hidup. Suasana kamar yang temaram membuat paru-paru Kayana sesak. Merasa oksigen ikut menipis akibat penerangan yang tidak sempurna, pemandangan yang terpampang sudah cukup meluluh lantakkan asa; tatkala pria bermata sipit tersebut membuka bajunya dengan tergesa. Membuat tubuh atas lelaki itu terekspose.

Jijik! Itulah yang Kayana rasakan, ia tidak berniat sedikitpun untuk melihat hal yang bisa membuatnya muntah saat itu juga.

Rasa takut yang Kayana geluti kian menjadi, manakala tubuh pria yang bertelanjang dada itu kian mendekat. Menampakkan tubuh atletis yang tampak mengerikan dalam jarak pandang. Ia takut! Demi apapun situasi seperti ini membuat dirinya seolah berada di mulut tebing yang curam, tebing dengan kobaran api yang sewaktu-waktu dapat melahap tubuhnya dengan ganas.

"Tolong aku, aku mohon siapapun yang ada di luar sana selamat aku!" Kayana terus mengguncang pintu. Berharap ada seseorang menyelamatkannya dari iblis bejat—lelaki di hadapannya.

"Jangan buang tenagamu untuk hal yang tidak berguna seperti itu. Sebaiknya pergunakan tenagamu untuk melayaniku dengan baik, cantik!" lelaki itu mencengkram tangan Kayana teramat kuat, hingga menampakkan tanda kemerahan di pergelangan tangannya.

"Brengsek! Lepaskan aku, jangan menyentuhku bajingan!" Kayana terus meronta meski tenaganya yang ia milikki tidak seberap dan mulai merasakan panas di permukaan kulit tangan.

"Diam! Atau aku akan mencambukmu dengan ikat pinggang ini!" Lelaki itu terus menyeret tubuh Kayana menuju ranjang. Tidak sedikitpun mengindahkan raungan Kayana yang terus memekik penuh cacian. Telinga lelaki itu seolah tuli atau memang ia tidak mau perduli atas apa yang mangsanya kini tengah ucapkan.

"Cih! Lebih baik aku dicambuk, bahkan mati bila perlu! Daripada harus menyerahkan diri pada lelaki bajingan sepertimu!" Kayana meludah tepat mengenai wajah lelaki tersebut, raut wajah penuh gairah itu seketika berubah, digantikan oleh rona penuh kemurkaan yang tergambar jelas.

Urat-urat leher yang timbul terlihat nyata, tatkala rahang yang mengeras menghiasi guratan wajah lelaki tersebut. Kini sorot mata yang berkilat penuh dendam menatap Kayana dengan pandangan membunuh. Hingga sedetik kemudian amarahnya meluap, jari kokoh itu mengoyak permukaan wajah Kayana. Sudut bibir Kayana mengeluarkan darah pekat.

"Aaah," Kayana meringis, ada rasa perih di permukaan pipi sebelah kiri serta merasa sakit yang teramat sangat di sudut bibir.

"Jika kau berani berbuat kurang ajar lagi padaku. Maka aku akan membuat sekujur tubuhmu mengeluarkan darah," lelaki itu berucap dengan seringai menjijikan! Jika dapat melakukan—ingin sekali Kayana menyiram air keras ke sekujur tubuh lelaki yang kini menarik rambutnya dengan kasar.

Namun apa daya, karena saat ini ia mulai kehabisan tenaga. Sisa kekuatan yang dimilikinya sangat mustahil untuk melawan lelaki dengan otot mengembang dan tenaga berkali-kali lipat. Lelaki itu mulai menjalankan aksinya. Kembali, dia menyeret tubuh Kayana hingga mendekati ujung ranjang.

Ruangan semakin gaduh, makian yang Kayana lontarkan terus menggema. Terdengar dentuman pintu yang dibuka kasar; membuat Kayana dan lelaki itu menatap ke asal suara. Di sana sudah berdiri bibi pemilik Club, wanita itu menatap garang lelaki bajingan yang masih mengenggam keras rambut Kayana.

Marriage Failed The First NightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang