Play mulmed biar kena feelnya:)
Jika dapat meminta sesuatu yang mustahil, aku akan meminta waktu.
Menjeda semua yang bergerak. Membiarkan desiran darah mengalir dan lisan berucap.
Itu saja, jika bisa.
-Rindu Arayana-
🥀🥀🥀
Setelah sampai di Changi Singapore airport. Aku bergegas mengambil koperku dan berlari keluar untuk menyetop taksi.
Ku lambaikan tangan, lalu sebuah taksi berhenti tepat di hadapan ku. "Changi General Hospital." Ucapku pada supir.
Taksi pun melaju meninggalkan bandara. Pikiran ku terfokus pada sosok yang sudah beberapa bulan ini tidak bertemu. Cairan bening mengalir sempurna di pipiku.
Denyut jantung ku seakan melemah membayangkan kondisinya, Jingga. Ada segenap pertanyaan yang ku simpan dan akan ku tanyakan padanya nanti.
Ku ambil sapu tangan dari dalam sling bag peach milikku, ku tatapi dengan sendu. Ku usap lembut nama yang tertera di sana.
"Jingga"
Entah berapa banyak kata Maaf yang ingin ku katakan padanya. Perlakuan ku yang pasti menyakiti raganya atau bahkan menimbulkan goresan di hatinya.
Aku bodoh! Sangat bodoh! Kebodohan ku mengabaikan seseorang yang jelas-jelas lebih membutuhkan perhatian. yang jelas terlihat lebih rapuh. Rasanya aku ingin memutar waktu, kembali dimana tak akan pernah ku lakukan hal sebodoh hingga menyakiti Jingga yang tulus kepadaku.
Setelah sampai, bergegas aku turun dan membayar, "Thank you, sir." Supir itu mengangguk dan tersenyum ramah.
Tubuhku membeku.
Langkah kaki ku tertahan.
Nafasku berderu tak beraturan.
Pikiran ku melayang jauh.
Mataku memburam.Ku pejamkan mata,
Tes, tes
Air mataku lolos begitu saja. Ku tarik nafas kuat dan berjalan memasuki gedung bertingkat itu. Setibanya ku di resepsionis, "Excuse me, room patient in the name Jingga Pranata Adilfia?"
"Room 22."
"Thank you, sus,"
Langsung saja dengan langkah tergesa ku tarik koper menuju lift.
Aku mencari kamar rawat nomor 22.Setibanya aku disana, ku tatap pintu itu nanar. Pasti Jingga terbaring lemah di balik ruangan ini. Ku tarik nafas dan menghembuskannya perlahan.
Belum sempat memutar kenop pintu, samar-samar aku mendengar suara Rafhel.
"Tante, jangan berfikiran seperti itu. Saya yakin Jingga dapat melewati semua ini. Kita cukup memberikan dukungan melalui do'a. Dan do'a ibu lebih manjur tan,"
Aku menoleh ke arah kanan, benar saja dugaanku. Rafhel berjalan bersama mama Jingga.
Aku memutar badan menghadap Mama Jingga dan Rafhel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scars |Rindu-Jingga|
Conto[R E V I S I] setelah tamat|| 🛇Banyak Typo bertebaran🛇 •Dua puluh persen kisah nyata, selebihnya imajinasi liar on my mind• Kalo suka Add ke reading list or u library|| if no, don't talk too much👻 _________________________ Kamu adalah senja dan f...