Author's POV
Cuaca diluar sedang tidak bagus. Sebuah mobil melintas di jalan tol dengan kecepatan sedang. pandangan Feri terbatas karena hujan turun cukup lebat.
Seorang bocah perempuan yang duduk dibelakang dan masih menggunakan seragam sekolah dasar tertidur dengan damai. sang ibu menoleh ke belakang menatap putri sematawayangnya yang terlihat kelelahan.
"Rindu terlihat kelelahan." Ucap wanita itu kepada feri.
"Biarkan saja ia istirahat." Balas Feri lembut dan menatap mata istrinya.
Keadaan menjadi sunyi dan hanya terdengar suara petir dan hujan yang sangat deras. Saat di Tikungan Feri melihat orang berdiri di tengah jalan. Badannya basah kuyup dan wajahnya sangat pucat.
sontak Ia membanting setir ke kiri dan langsung menginjak rem membuat keduanya terhuyung ke depan. Rindu yang berada di belakang terkejut dan langsung memanggil mamanya.
"Ma.." Ucap Rindu ketakutan.
"Rindu, kamu gak apa-apa kan?" Rindu mengangguk pelan.
"Tenang sayang, mama disini." Winda menggapai tangan anaknya dan mengelusnya memberikan sebuah ketenangan bagi Rindu.
"Mas, kamu kenapa sih!" Feri nampak shock dan menetralkan nafasnya.
Ia tidak yakin bahwa yang ia lihat adalah manusia. Ia memang mempunyai kemampuan melihat yang tidak semua orang memilikinya.
Selang beberapa detik sebuah truk besar menabrak mobil Feri. Rindu menjerit kala ia melihat kedua orang tuanya bersimbah darah. ia ketakutan dan berteriak sekeras-kerasnya.
Truk itu menabrak bagian depan samping dimana Ibu dan ayah nya duduk. Rindu melepaskan seatbelt mencoba meraih tangan ibunya yang sudah dipenuhi darah.
"Ma..mama bangun ma.." Isak tangis Rindu pecah. kemudian ia beralih mengguncang bahu sang ayah dan responnya nihil.
"Pa..bangun pa..."
"Jangan tinggalin rindu sendirian." ia menangis histeris. tak lama pandangannya memburam dan akhirnya ia jatuh pingsan.
Samar-samar Rindu mendengar suara sirine. Matanya perlahan terbuka dan sekilas ia melihat ayah dan ibunya dimasukkan ke dalam mobil ambulan yang berbeda dengannya.
"Rindu gak mau di pisah! rindu mau sama mama sama papa!" Rindu berteriak saat pintu ambulan yang membawa kedua orangtuanya di tutup. petugas ambulan dan dokter mencoba menenangkan Rindu kecil yang sangat terpukul.
Rindu mengalami Luka ringan dan trauma yang membuatnya kehilangan sebagian ingatannya.
Trauma yang mengharuskan Rindu ke psikiater. Mental nya agak terganggu kala itu. Namun, berkat dukungan dari neneknya Rindu semakin hari semakin membaik.
"Ingatan Rindu akan pulih seiring berjalannya waktu." Ucap Dokter berumur kurang lebih empat puluh tahun.
"Terima kasih dok," Nenek Rindu sangat senang mendengarnya ia memeluk erat satu-satunya cucu yang ia miliki.
"Nek, apa Rindu harus terapi lagi?" Pertanyaan polos yang Rindu lontarkan. Neneknya menggeleng. "Nggak sayang." Neneknya membelai rambut Rindu.
Selang beberapa tahun neneknya meninggal tepat saat ia memasuki masa putih biru.
Ia begitu kehilangan seorang yang selama ini ada untuknya. akhirnya ia dititipkan ke tantenya saat kenaikan kelas delapan.
Tantenya yang super sibuk tak pernah mengurus dirinya dengan baik.
"Udah gede. udah bisa ngurus diri sendiri, gausah manja!" Ujar tante Rindu. Rindu merasa seperti orang tak hidup.
dan saat puncaknya ia melampiaskan semuanya dengan mengikuti pergaulan bebas seperti merokok, nongkrong, pulang larut malam. Dan itu semua tak pernah mendapat teguran dari tantenya. ia merasakan bebas nya dunia luar.
Saat kelas delapan semester dua ia pernah sekali mencoba minuman alkohol dan itu hanya sekali.
hati kecilnya merintih. mengapa kasih sayang yang tulus dari orang-orang disekitarnya cepat berlalu
Ibu? ayah? nenek? mereka semua pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweet Scars |Rindu-Jingga|
Cerita Pendek[R E V I S I] setelah tamat|| 🛇Banyak Typo bertebaran🛇 •Dua puluh persen kisah nyata, selebihnya imajinasi liar on my mind• Kalo suka Add ke reading list or u library|| if no, don't talk too much👻 _________________________ Kamu adalah senja dan f...