[22] Marah

112 21 18
                                    

Dulu seperti kertas dan pulpen, saling melengkapi. Lalu sekarang apa kabar?

-Rindu-

Hanya butuh sementara waktu untuk saling mengerti.

-Jingga-

🍩🍩🍩

Sejak kejadian semalam aku jadi enggan pergi sekolah, bangun dari tempat ternyaman saja rasanya sangat malas.

"Rindu!" Panggil tante ku dari lantai dasar.

Malas menjawab panggilan tanteku, aku menaikkan selimut hingga menutupi seluruh wajahku. "Rindu! kamu budek ya diteriakin dari tadi gak nyaut!" Ocehnya.

"Lagian rindu gak nyuruh tante teriak-teriak." ucapku santai membuatnya emosi.

"Gak tau diuntung! bangun kamu." Ia menyibakkan selimutku dan membuangnya kelantai.

ya ini sudah biasa, "Mau jadi apa kamu males-malesan hah?!"

"Jadi manusia lah!" aku sudah mulai muak dengan manusia yang satu ini.

Plakk!!

Satu tamparan mendarat di pipiku dan meninggalkan bekas merah, perih.

Aku langsung berjalan menuju bilik kamar mandi kemudian menangis.

aku menyalakan shower agar tak terdengar suara tangisan ku.

Setelah itu aku keluar dari bilik dan bersiap-siap untuk pergi ke sekolah.

"Buat apa tuhan nyiptain gue, kalo cuma buat benalu doang?" Frustasi ku pada diri sendiri.

ku putuskan berangkat, ya walau ku tahu sudah telat.

Sepuluh menit berlalu. "Kamu lagi kamu lagi, bosen saya." Ucap pak satpam.

"Ehehe, maaf pak semalem dirumah saya banyak nyamuk, jadi gabisa tidur deh." ucapku beralibi.

Aku tahu pak satpam sudah malas dengan kelakuan ku. "Sudahlah kamu boleh masuk." akhirnya pak satpam membuka kan gerbangnya.

aku melangkahkan kaki dengan setengah niat. "Makasih pak." ucapku pura-pura tersenyum.

Aku tidak masuk kelas, melainkan ke rooftop.

Saat aku ingin menyesap rokok seseorang merebutnya lalu membuangnya.

aku terkejut kala mengetahui siapa orangnya.

MAAF SAAT ITU AKU SEDANG FRUSTASI, JADI AKU TIDAK MEMAHAMI SEMUA NASEHAT MU, LUKA MANIS.

🍩🍩🍩

Sweet Scars |Rindu-Jingga| Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang