PROLOG

859 105 33
                                    

"Terimalah kisah ini dari penulis biasa, tapi kisahku untukmu luar biasa. Saya tak punya pena, saya tak punya rasa, yang saya punya hanyalah kisah sederhana yang tulus untuk cinta luar biasa"
============================

Apa yang kamu pikirkan setelah menikah?

Apakah tentang malam pertama?

Apakah tentang anak?

Atau, apakah tentang kematian?

Berbahagialah. Asal jangan berlebihan. Kamu tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Menikah itu bukan perkara kamu dan dia atau kamu dan uang, tapi lebih dari itu. Aku akan kasih contoh seperti apa kehidupan setelah menikah. Yang memiliki berbagai genre kehidupan.

Di sebuah kamar bernuansa putih susu dengan ornamen kayu yang menjadi pengganti lantai, serta perabot seperti; dua kursi, dua nakas yang masing-masing diberi lampu tidur dan tanaman hias seukuran pot mini, pigura foto yang terpasang di dinding mengelilingi ruangan, dan yang terakhir sebuah ranjang tidur berukuran king size bercover bed abu-abu. Terbaring dua manusia dalam balutan selimut hangat, tertidur nyenyak menghadap ke sebelah kiri.

Tubuh seorang gadis berambut panjang dan mata bulat tiba-tiba tersentak kaget ketika membuka mata. Napasnya memburu seperti baru saja menyelesaikan garis finish. Jantungnya berdegup kencang.

Dari arah samping, seorang lelaki yang mengenakan kaus putih terbangun dan memegang pundak gadis itu. "Kenapa?"

Gadis ini berbalik, matanya berlinang. Kedua tangannya langsung melingkar di perut lelaki itu.

"Kamu kenapa?"

"Takut...," lirih gadis itu.

"Cerita sini. Kenapa?"

Gadis itu melepas pelukan dan bangun, menatap bola mata hitam yang pagi ini menyambutnya. "Aku mimpi buruk."

"Udah nggak papa, cuman mimpi." Lelaki itu ikutan bangun, lantas mengelus rambut si gadis. Menenangkan dengan cara sentuhan.

Namun, si gadis menggeleng. "Nggak, kali ini mimpinya paling buruk."

"Memangnya kenapa?"

Si gadis menoleh pada deretan pigura foto, satu persatu ia tatap dan terakhir wajah lelaki ini. Susah sekali menjelaskan dengan detail, karena peristiwanya begitu beruntut dan seolah telah dibuat dengan matang, sampai hasilnya seperti nyata. Bukan karena ia percaya, namun mimpinya begitu berpengaruh akan perasaannya yang mudah ketakutan sejak beberapa hari ini. Ia takut, mimpi ini akan benar-benar terjadi suatu saat nanti.

"Kenapa?" Si lelaki menunggu dengan penasaran.

Gadis itu menunduk, mengusap kedua matanya yang basah. Ia menarik napas dalam, dan langsung mendongak. Tidak boleh ada rahasia. Sekarang ia harus mengatakannya. Tatapannya berubah menjadi tajam dan dingin.

"Kamu... mati."

*

*

*

Selamat datang!

Semoga kalian suka dengan awalan yang saya buat:)

Vote dan comment ya.

Salam Yam!

HUGLUVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang