Aku seorang Mualaf *
"_______________________________"
@IkhyaLilHusna
~_______________________~
________❇Happy reading❇_______
🍀Kini rachel sedang memasuki koridor rumah sakit dan berlari mencari ruang rawat dimana ibunya sedang terbaring.
Dan rachel menghampiri bi ijah yang sedang duduk sendiri memasang wajah cemasnya.
"Bi... Mamah mana?" bi ijah pun berdiri.
"Nyonya lagi ditangani oleh dokter non, non yang sabar yah" bi ijah mengelus pundak rachel menenangkan anak majikannya
Bi ijah tau, seberapa sayangnya rachel pada mamahnya, walapun ibunya sering membentak dia, mengabaikan dia, dan mungkin masih banyak lagi yang mungkin membuat sakit hati rachel.
Namun rachel memang anak yang penyayang, seberapa orang tuanya kejam, keras kepadanya, dia tidak pernah menanam rasa benci.
"Udah chel, lo yang tenang"
"Iya, gue yakin kok nyokap lo baik baik aja"
Fina dan karin terlihat kasihan melihat rachel gelisah, dan mondar mandir.
"Gue gak bisa tenang!" katanya dan duduk dengan wajah yang ditutup telapak tangannya.
"Lo yang sabar chel semuanya akan baik baik aja kok" ucap fari yang mengelus rambut rachel.
"Dan lo harus yakin, Tuhan memberi kita ujian tidak melebihi batas kemampuan hambanya" nimbrung karin yang bijak.
"Benar kata temen temen non, Tuhan memberi kita ujian tidak melebihi batas kemampuan hambanya, lebih baik non berdoa sama tuhan non semoga nyonya bisa selamat dan sembuh" rachel hanya mengangguk dan menundukan kepalanya.
"Yaudah, bibi mau sholat dulu yah" bi ijah pun beranjak dari duduknya.
"Bi, saya ikut dong" ucap karin
Sebelumnya memang karin beragama islam namun dia bergaul dengan anak anak yang tak seagama dengan nya, katanya cari teman tak harus sama agama, suku, dan bangsa kan?
Sedangkan agama fani dia sama dengan rachel.
"Kesambet apaan lo mau sholat?" ucap fani
"Yah apa salahnya gue mau sholat" karin pun langsung menyusul bi ijah yang menuju ke musholah.
"Cekleek" pintu kamar ibunya rachel terbuka.
"Dokter... bagaimana keadaan ibu saya?"
"Ibu anda kritis karena mengalami banyak pengeluaran darah dibagian kepalanya, dan kita membutuhkan pendonor darah secepatnya"
"Saya... Saya aja yang mendonor, saya anaknya" ucap rachel tak sabar.
"Baiklah kita harus melakukan cek darah terlebih dahulu, mari" dokter itupun berlalu terlebih dahulu.
"Gue kesana dulu yah, kalo bi ijah nanyain-"
"Udah, banyak omong lo, cepet sana masuk gue juga ngerti kali" rachel pun mengangguk dan menuju ruang pengecekan darah
******
Setelah beberapa menit kemudian, dokter membawa secarik kertas dan menelitinya.
"Maaf, darah anda tidak sama dengan pasien"
"Loh..kok bisa? Saya kan anaknya" rachel terkejut.
"Mungkin bisa jadi darah anda sama dengan ayah anda, sedangkan pasien memiliki darah AB negatif sedangkan anda memiliki darah AB positif" rachel frustasi, dia mengacak rambut nya, dia sudah menghubungi ayahnya yang masih bekerja di luar kota namun jawaban dari ayahnya tidak memuaskan, ayahnya lebih memilih pekerjaannya dibanding istrinya.
"Biar saya saja dokter yang mendonor" rachel menoleh ke arah bi ijah yang berbicara tadi.
"Bi ijah mau mendonorkan darah bibi?"
"Iya non, gak papa" ucapnya tersenyum.
"Tapi bibi kan sudah tua, bibi juga sering sakit kan, kalo darah bibi diambil, bibi bisa drop" bi ijah hanya tersenyum.
"Gak papa non"
"Maaf, bu kalau yang pendonor fisiknya harus sehat, nanti jika ibu punya penyakit itu akan berpengaruh bagi kesehatan ibu juga" usul dokter.
"Lalu bagaimana dok?" rachel mulai bingung dan menitikkan air matanya.
"Biar saya saja yang mendonorkan" ucapan dokter tadi membuat mata rachel terbelak kaget.
"Dok...dokter...mau donorin darah dokter buat ibu saya?" balas rachel lirih, dan dibalas anggukan senyum dari dokter tersebut.
"Apa dokter serius?" lanjut rachel memastikan.
"Saya serius, sebagai dokter saya juga harus membantu pasien yang memang sangat memerlukan darah, kebetulan darah saya sama dengan darah ibu anda" bibir rachel bergetar matanya tak sanggup lagi menampung air matanya.
"Makasih dok... Makasih banget..." rachel pun langsung menyalami tangan dokter itu
"Dokter sudah dua kali menolong saya, saya sangat berterimakasih dok...""Itu hanya kebetulan" dokter itu langsung melepas genggaman tangan rachel yang menangis.
"Memang dokter ini sudah menolong non apaan?" tanya bj ijah.
"Dokter ini bi, yang semalem bantu rachel dan dokter inilah alasan doa bibi semalem terkabulkan" fani dan karin mengerutkan keningnya dan saling menatap.
"Lo ngomong apaan sih chel, gue kagak ngerti" fani menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Entar gue ceritain" balas rachel.
"Nama saya Muhammad Hafidz hibatullah, panggil saja Hafidz" hafidz mengulurkan tangannya kearah rachel
"Nama gue, Rachel gak ada nama panjangnya, jadi panggil gue Rachel aja" hafidz tersenyum.
"Ya sudah, saya permisi dulu untuk pengambilan darah untuk pasien, permisi" dibalas anggukan rachel, hafidz pun hilang dari hadapan rachel dan yang lain.
"Ouh... Ternyata namanya Hafidz"
Alhamdulillah bisa Up juga😇😊
Si Author lagi sakit nih😷 makannya telat Up, bantu doa yah manteman biar cepet sembuh😊 Amiiin....Dan kasih VotMen nya😍😘😚
Tunggu part selanjutnya yah😋💙💋💞💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku seorang Mualaf
Teen Fiction[BELUM DI REVISI. TYPO MASIH BERTEBARAN.] Tak seharusnya aku tambatkan hati padanya. Tak seharusnya ku luluh kan hati ku pada seseorang yang langkah kakinya tak satu arah dengan ku. Tak seharusnya aku selalu berada di setiap harinya. Karena pada das...